Harga Lada kian Anjlok

Sabtu 07-12-2019,13:00 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

Meski anjlok, lada masih tetap dikembangkan di Merancang Ilir, Kecamatan Gunung Tabur.(HENDRA) TANJUNG REDEB, DISWAY- Semakin hari, harga lada semakin terpuruk. Di sejumlah kampung Kecamatan Gunung Tabur, harganya hanya Rp 32 ribu per kilogramnya. Tak jarang kondisi tersebut membuat petani lada harus memutar otak, untuk mencari cara agar pemeliharaan tetap bisa dilakukan di tengah harga yang terus mengalami penurunan. Hal itu disampaikan warga Kampung Merancang Ilir, Agus. Dikatakannya, harga lada di kampungnya, dalam setahun terakhir tidak pernah mengalami kenaikan. "Tidak pernah naik, kalau turun sering. Sampai harganya sekarang Rp 32 ribu per kilogram. Tidak tahu kalau di tempat lain, tapi harganya sekitaran itu," ungkap petani lada ini, Jumat (6/12) kemarin. Anjloknya harga lada, membuat banyak petani mengalami kerugian dalam hal perawatan. Pasalnya, harga yang terlalu rendah tidak sebanding dengan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan. "Jelas tidak sebanding. Tapi mau bagaimana lagi, tetap dipelihara kalau dibiarkan sayang juga. Siapa tahu tahun depan harganya bisa naik," ujarnya. Sementara petani lada lainnya, Andi, juga mengaku hal senada. Mereka terpaksa harus menyimpan ladanya setiap kali dipanen lantaran harus menunggu harga lada naik. Sebab kata dia, dengan kondisi harga sekarang, petani jelas tidak dapat mengambil keuntungan. "Ya disimpan dulu. Tunggu harga bagus baru dijual," jelasnya. Dijelaskannya, sejak tahun 2017 lalu harga lada memang tidak pernah stabil. Meskipun sempat beberapa kali mengalami kenaikan. Akan tetapi lanjut dia, kenaikan itu tidak berlangsung lama. Sebenarnya petani lada sempat mengalami masa kejayaan, di mana harga lada yakni pada tahun 2014 hingga sekitar tahun 2016 mencapai Rp 100 ribuan per kilogram. "Turunnya memang sedikit-sedikit, tapi sering. Sempat juga kemarin itu Rp 50 ribu, Rp 40 ribu, terakhir ini Rp 32 ribu. Semoga saja nanti tidak turun lagi," jelasnya. Sementara itu, Kepala Kampung Merancang Ilir, Zulfikar mengatakan, terkait kondisi harga lada di kampungnya memang sedang tidak bagus. Meski begitu, dirinya tidak mengetahui apa penyebabnya. "Memang turun, tapi saya tidak tahu penyebabnya. Cuman saya menduga ada kontribusi oknum tengkulak yang ikut mempermainkan harga ini," jelasnya. Kampung Merancang Ilir dikatakannya, sebagai salah satu kampung penghasil lada terbesar di Kabupaten Berau. Pasalnya, hampir seluruh warganya merupakan petani lada. Dia pun berharap, harga lada dapat normal lagi, sehingga kembali menumbuhkan semangat petani dalam mengembangkan tanaman lada. Dari segi geografis Merancang Ilir dikenal sebagai wilayah yang cocok untuk perkebunan lada. Bahkan kampung tersebut juga dijuluki sebagai kampung milioner beberapa tahun lalu, karena petani di sana cukup sukses dalam mengembangkan lada. "Banyak petani lada di sini, cuman saya lupa berapa luas perkebunan lada secara umum. Kami sangat berharap harga dapat kembali bagus, agar pertanian lada dapat terus berkembang di sini," pungkasnya. (*ZZA/APP)

Tags :
Kategori :

Terkait