Kukar, nomorsatukaltim.com- Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menghadapi masalah serius akibat merebaknya kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dalam beberapa waktu terakhir.
Cuaca panas tanpa hujan selama tiga bulan terakhir di wilayah tersebut telah menjadi penyebab utama munculnya kebakaran hutan dan lahan.
Keadaan ini semakin memburuk dengan air Sungai Mahakam yang terus surut, terlihat jelas tanah-tanah di tepi sungai.
Menurut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kukar, Abdul Rasid, situasi ini menjadikan risiko karhutla di Kukar semakin tinggi.
"Cuaca yang panas dalam kurun hampir tiga bulan tanpa hujan telah mengakibatkan kondisi yang cukup kritis. Bahkan, terlihat air Sungai Mahakam yang surut," ungkap Abdul Rasid, Selasa (15/8/2023).
Abdul Rasid mengajak masyarakat Kukar untuk senantiasa berada dalam kewaspadaan dan mengantisipasi potensi bahaya karhutla.
Rasid dengan tegas meminta warga untuk tidak melakukan pembakaran lahan atau kebun. "Situasi ini sangat rawan, oleh karena itu saya ingin mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan atau kebun," pesannya.
Selain itu, Rasid juga mengamati perubahan cuaca yang telah menimbulkan kabut asap akibat karhutla. Oleh karena itu, tindakan pencegahan ini menjadi tanggung jawab bersama semua pihak.
Tujuannya untuk mencegah perluasan wilayah terdampak karhutla di Kukar dan menghindari terjadinya korban.
“Kami memiliki tim pemadam kebakaran, namun ada kekhawatiran bahwa tim mungkin tidak dapat menjangkau area yang terlalu jauh karena keterbatasan, khususnya dalam menghadapi kebakaran di lahan gambut yang sulit dijangkau truk pemadam kebakaran,” jelasnya.
Sebagai informasi, kasus karhutla di Kukar telah terjadi di beberapa lokasi, termasuk Desa Sabintulung di Kecamatan Muara Kaman, Desa Bendang Raya di Kecamatan Tenggarong, serta Loa Kulu, Loa Janan, dan Kota Bangun. (*/adv/dprdkukar_23)