Tekan Harga Telur, NFA Tebar 1.100 Ton Jagung

Senin 22-05-2023,17:17 WIB
Reporter : Rudi Agung
Editor : Rudi Agung

Nomorsatukaltim.com - Tingginya harga telur ayam mulai menarik perhatian pemerintah. Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), menyebut penyebab melambungnya harga lantaran terjadi peningkatan biaya produksi. Terutama soal pakan.

Untuk itu, guna menekan harga pakan, NFA berupaya melakukan stabilisasi dengan memfasilitasi distribusi jagung sekitar 1.100 ton. Distribusi ini disalurkan dari wilayah produksi ke para peternak.

Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi mengatakan, ekosistem perunggasan sangat erat kaitannya dengan komoditas jagung sebagai salah satu komponen utama pakan ternak.

"Untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga jagung, NFA meningkatkan fasilitass distribusi pangan komoditas jagung dari petani atau gapoktan kepada peternak," jelas Arief, melalui keterangan tertulis, Senin (22/5/2023).

Ia berujar, NFA terus mendorong fasilitasi distribusi jagung dari NTB dan Sulawesi Selatan ke wilayah produsen telur di Jateng, Jatim, dan Lampung.

"Saat ini telah mencapai 1.100 ton dan masih berproses pendistribusian ke Solo Raya 100 ton. Dengan pasokan jagung yang lancar akan dapat menurunkan biaya produksi,” papar Arief.

Adapun, kondisi harga telur berdasarkan Panel Harga Pangan per 21 Mei 2023, secara rerata nasional berada di kisaran Rp 31.276 per kilogram. Adapun untuk harga per kabupaten/kota, kondisi harga telur terpantau beragam dan dinamis.

Harga telur di bawah harga acuan pembelian/penjualan (HAP) Rp 27 ribu per kg terdapat di 66 kabupaten/kota atau 14,44 persen, sedangkan harga telur yang terpaut sedikit di atas HAP atau di kisaran Rp 27.001 per kg sampai dengan Rp 29.999 per kg terdapat di 84 kabupaten/kota.

Sebagian besar harga telur saat ini berada di kisaran Rp30 ribu per kg sampai dengan Rp34.999 per kg. Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, dalam dua pekan harga telur sudah naik 5,33 persen.

Upaya stabilisasi harga pakan ini, menurut Arief, harus disikapi melalui kolaborasi bersama stakeholder, termasuk kementerian/lembaga terkait.

“Berdasarkan Struktur Ongkos Usaha Tani, biaya pakan berkontribusi sebesar 67 persen dari biaya pokok produksi telur, dengan 50 persen pakan adalah jagung giling,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dinamika harga telur ini harus dilihat dari pelbagai sisi karena tidak terlepas dari upaya menjaga keseimbangan dan harga yang wajar di tingkat peternak, pedagang, dan konsumen.

Ia menuturkan, upaya menjaga keseimbangan harga telur ini harus dimulai dari hulu karena secara sistematis turut membentuk harga di tingkat hilir.

“Saat ini, di tingkat hulu atau peternak terjadi perubahan biaya produksi, khususnya variabel biaya pakan," jelasnya.

Untuk menjaga biaya produksi di tingkat peternak tidak semakin melonjak, kita prioritaskan untuk dilakukan langkah stabilisasi harga pakan.

Arief berujar, bantuan pangan telur dan daging ayam untuk menurunkan stunting yang saat ini tengah digelontorkan pemerintah kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting. Hal ini juga menjadi salah satu langkah strategis untuk mengendalikan keseimbangan harga telur dari hulu hingga hilir.

“Bantuan pangan terus kita dorong ditingkatkan intensitas penyalurannya melalui BUMN pangan ID Food," ujarnya.

Sebab, lanjut Arief,  selain membantu penurunan stunting juga membantu masyarakat mengurangi pengeluaran pembelian telur. Selain itu menjaga produksi di tingkat peternak diserap dengan harga yang baik.

Bantuan pangan telur dan daging ayam ini menjadi semacam closed loop yang dibuat dari hulu melibatkan peternak mandiri. Tujuannya untuk dapat berkontribusi dalam menurunkan stunting melalui pemenuhan kebutuhan protein bagi masyarakat khususnya keluarga risiko stunting.

“Jadi melalui bantuan ini di hilir juga ditekan agar tidak terjadi lonjakan inflasi. Untuk di hulu kita jaga harga di peternak tetap baik, agar peternak dapat melanjutkan produksi dan meningkatkan produktivitasnya," jelasnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait