Lahan Pertanian Kaltim Kian Menyempit

Senin 03-04-2023,16:00 WIB
Reporter : Rudi Agung
Editor : Rudi Agung

Nomorsatukaltim.com – Wakil Ketua Parlemen Kaltim, Muhammad Samsun mengaku prihatin dengan banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi. Rerata alih fungsi lahan pertanian itu berubah menjadi kawasan industri. Sebagian lainnya dijadikan pemukiman. Akibatnya, lahan pertanian di provinsi ini kian menyempit. "Lahan pertanian kita semakin menyempit akibat alih fungsi lahan, dari yang semula pertanian, dirubah menjadi pemukiman. Bahkan parahnya lagi tak sedikit dialihkan untuk pertambangan batu bara," ujar Samsun, Minggu (2/4/2023). Namun, ia tak merinci total luasan lahan pertanian yang beralih fungsi. Samsun hanya menerangkan, alih fungsi lahan lebih banyak ke pertambangan. Ia prihatin, meski Provinsi Kaltim telah memiliki Perda Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Namun, pertambangan masih saja merajalela. Bahkan sudah ada pula Undang-undang Minerba yang mengharamkan menambang di wilayah pertanian. Samsun mengingatkan, selama lahan pertanian di dalamnya mengandung batu bara maka akan terus digali. Lalu kenapa petani membiarkan lahannya ditambang bahkan ditawarkan? Sebab, ujarnya, jika dihitung hasil lahan pertanian saat ini tak menguntungkan, lebih baik menjualnya kepada perusahaan tambang. Untuk itu, samsun menyarankan petani pemilik lahan agar mempertahankan lahannya supaya tidak dijual ke perusahaan tambang. Sekaligus menjadikan Kaltim lumbung pangan. “Lebih baik ditanam pohon buah, seperti menanam alpukat setiap tahun berbuah dan tanaman lainnya yang memiliki nilai ekonomis. Masalahnya lahan kita banyak yang tidak produktif, sehingga dialih fungsikan kegiatan pertambangan, tambang pasti cari untung. Akhirnya tinggal menyisakan lubang-lubang tambang jika tidak produktif lagi," paparnya. “Mereka berpikir lebih baik dijual ke tambang dengan harga mungkin sekitar Rp1 miliar, dan mereka bisa menikmati itu,” imbuhnya. Beda hal jika hasil produksi pertanian mereka meningkat, pasti para petani akan merasa sayang kalau menjual lahannya ke tambang. Masalahnya sekarang, lahan pertanian banyak yang tidak produktif. “Coba kemudian hasil pertanian menarik, pasti mereka sayang mau dijual, mending tanam alpukat setiap tahun berbuah. Yang jadi masalah sekarang, lahan kita banyak yang tidak produktif,” tuturnya. (*/Ant)

Tags :
Kategori :

Terkait