Bayi Pesut Ditemukan Mati, BKSDA Cari Penyebab Kematiannya

Kamis 23-09-2021,19:32 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

KUTAI KARTANEGARA, nomorsatukaltim.com - Seekor bayi pesut ditemukan mati di km 1 perairan Desa Kedang Kepala, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara (Kukar). Kematian hewan dilindungi itu diketahui pada Rabu (22/9/2021) sekitar pukul 08.15 pagi. Seekor bayi pesut Mahakam berjenis kelamin jantan tersebut, ditemukan seorang warga saat sedang mencari kayu bakar. Saat ditemukan kondisi tubuh hewan mamalia tersebut, sudah dalam keadaan terkelupas. Dengan isi perut yang keluar dari tubuh mungil hewan tersebut. Hal inipun dibenarkan oleh Founder yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb. Setelah mendapatkan informasi dari warga, anggota RASI pun langsung meluncur ke pos pantau pesut yang ada di Desa Bukit Jering, Muara Kaman. Sembari mengamankan bangkai hewan endemik Kalimantan tersebut, sebelum diperiksa dan dikubur oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur (Kaltim). "Iya ini kemarin sudah ada dokter hewan kesana dari BKSDA, dan tim mengambil sample untuk diteliti lebih lanjut," ujar Danielle saat dihubungi Disway Kaltim, Kamis (23/9/2021). Dia pun membenarkan, jika ini menjadi kematian yang keenam sepanjang tahun 2021. Mirisnya, kasus ini menjadi kematian bayi pesut mahakam kedua yang terjadi. Pertama pada akhir Agustus, baru-baru ini. Ditemukan di Desa Tanjung Batu, Tenggarong Seberang. Meski ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kematian hewan mirip lumba-lumba ini, namun Danielle lebih memilih menunggu hasil laboratorium penyebab kematian hewan imut ini. Inipun dianggap Danielle semakin memperkecil jumlah pesut Mahakam di Kalimantan. Dimana data terakhir menunjukkan hanya ada sekitar 80 ekor pesut mahakam yang ada di Sungai Mahakam. Dan menjadi salah satu hewan yang terancam punah keberadaannya. Namun dengan tegas, Danielle menyebut itu data yang diperoleh pada tahun 2019 lalu. Sehingga bisa jadi jumlah tersebut terus menyusut tiap tahunnya. "Masih dalam tahap identifikasi,  mudah-mudahan dalam waktu dekat kami umumkan (jumlah pesut Mahakam) yang terbaru," tutup Danielle. Sementara itu, Kepala BKSDA Kaltim, Ivan Yusfi Noor, pasca menerima laporan dari yayasan RASI, langsung menurunkan tim dokter hewan ke lokasi Pos Pantau Pesut di Desa Bukit Jering. Dimana lebih dahulu yayasan RASI berada di lokasi. Tim dokter BKSDA Kaltim pun langsung melakukan nekropsi (otopsi pada hewan), pada bayi pesut malang tersebut. Dengan melakukan pemeriksaan pada fisik bayi pesut tersebut. Bahwa ditemukan adanya luka mirip lebam dibagian wajah, juga luka pada bagian kulit disekujur tubuh hewan tersebut. Namun ia tak mau buru-buru mengambil kesimpulan. Butuh pemeriksaan lebih lanjut melalui uji laboratorium. Melalui uji sampel yang diambil dari hewan mamalia air tawar itu. Seperti sampel kulit, daging dan organ dalam pesut mahakam. "Apakah ada faktor lain yang sebenarnya menjadi kematian hewan ini. Pemeriksaan menyeluruh memerlukan waktu, agar mendapatkan kesimpulan," beber Ivan kepada Disway Kaltim. Terkait faktor-faktor penyebab kematian, Ivan menyebut jika 70 persen didominasi karena tersangkut jaring milik masyarakat dan nelayan. Dikarenakan sebagai hewan kelas predator, kerap membuat pesut Mahakam berburu ikan untuk dikonsumsi. Cenderung memangsa ikan-ikan yang tersangkut di jaring. Sehingga hanya ada kemungkinan, ikut terjerat di jaring, sehingga tidak mampu naik kepermukaan untuk bernafas. Atau termakan jaring tersebut. Sehingga tak kadang ditemukan tumpukan jaring yang ditemukan didalam perut bangkai hewan bernama latin Orcaella Brevirostris. Selain itu 30 persen penyebab kematian pesut Mahakam, dikarenakan sering tertabrak berbagai kendaraan yang melintasi di area ekosistem pesut mahakam. Terkait angka kelahiran dan kematian pesut mahakam. Ivan menyebut jika terhitung tahun 1999 hingga 2021, angka kematian pesut Mahakam berada diangka 5 ekor tiap tahunnya. Paling tinggi pada 2019 mencapai 10 ekor, dan sepanjang September 2021, kematian sudah mencapai 6 ekor. Dengan angka kelahiran rata-rata mencapai 5 ekor. Dianggap masih cukup berimbang. Sementara itu, upaya pelestarian pun coba digodok oleh yayasan RASI, BKSDA Kaltim dan Pemkab Kukar saat ini. Bagaimana mendorong dan menciptakan kawasan pelestarian habitat pesut Mahakam. Termasuk wilayah pendukung pakannya, seperti rawa dan danau sekitar. "Konsep sedang diajukan dan bisa jadi ditetapkan oleh Pemkab Kukar sebagai kawasan pelestarian," imbuh Ivan. Namun dengan adanya kawasan itu nantinya, tentu bakal ada konsekuensi berupa pengaturan dan larangan di wilayah kawasan itu nantinya. Seperti contoh penyebab utama kematian pesut Mahakam karena jaring atau rengge, bisa saja nantinya akan dilakukan pengaturan penggunaan rengge, meskipun tidak bisa melarang sepenuhnya masyarakat. Tapi akan coba atur terkait hal itu, seperti kapan dipasang dan dimana yang diperbolehkan untuk dipasang. "Kawasan pelestariannya, fokus di Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun hingga Kecamatan Muara Kaman dan sekitarnya, termasuk anak sungai Mahakam, dan areal rawa dan danaunya," pungkas Ivan. (mrf)

Tags :
Kategori :

Terkait