Timbun Obat-obatan, Berhadapan dengan Kapolda Kaltim

Minggu 25-07-2021,22:00 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal

Jangan main-main menimbun obat selama pandemi. Bagi pihak yang nakal, akan berhadapan langsung dengan Kapolda Kaltim.

nomorsatukaltim.com - Ancaman itu dilontarkan Kapolda Kaltim, Irjen Pol Herry Rudolf Nahak, khususnya kepada distributor obat. Ia mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak mencari keuntungan di tengah pandemi COVID-19. Jika hal tersebut tetap dilakukan, maka siapa pun yang “nakal” akan berhadapan dengan dirinya langsung. "Kalau ada yang coba-coba nimbun obat, tidak didistribusikan, disimpan supaya dinaikkan harganya, akan berhadapan dengan saya," ujar Herry Rudolf Nahak di hadapan awak media saat peninjauan Serbuan Satu Juta Vaksin yang digelar TNI-Polri di Balikpapan Sport and Convention Center (BSCC), Minggu (25/7/2021). Lanjut Kapolda Kaltim, tidak hanya obat-obatan yang saat ini sangat dibutuhkan rumah sakit, maupun pasien yang terinfeksi COVID-19. Ketersediaan oksigen juga jadi perhatiannya. "Kalau kita sudah berkoordinasi dengan produsen-produsen atau distributor oksigen yang ada di Kaltim, semuanya oke melayani," jelasnya. Selain itu, Kapolda juga membantah adanya kelangkaan oksigen di wilayah hukum Polda Kaltim. Bahkan, ketersediaan oksigen di produsen maupun di distributor di Kaltim, saat ini masih tersedia atau kondisi aman. "Kata siapa ada kelangkaan oksigen? Saya sudah cek itu semua, dan ketersediaannya sampai saat ini masih aman semua. Di semua daerah ya," tambah Kapolda Kaltim. Herry pun meminta kepada masyarakat untuk segera melapor, jika terdapat hal-hal yang mencurigakan terhadap jual beli obat-obatan ataupun oknum nakal yang mengganggu kamtibmas di Kaltim terkait wabah pandemi ini. "Kalau ada yang bilang ada kelangkaan, tolong lapor sama kita. Kita cek itu di mana. Tapi saya cek di seluruh Polres itu tidak ada kelangkaan oksigen, karena semuanya masih tercukupi," tutupnya. Penimbunan obat sempat jadi sorotan wakil rakyat di Senayan. Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad mengaku heran dengan hilangnya peredaran obat terapi COVID-19 saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) sidak ke salah satu apotek di Bogor, Jawa Barat. Dasco dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (24/7/2021), dilansir dari Antara menjelaskan, obat-obatan untuk terapi COVID-19 yang dicari oleh Presiden tersebut sebagian besar adalah produk BUMN Farmasi, seperti Oseltamivir produksi Indofarma, Favipiravir, dan Azithromycin produksi Kimia Farma. Dasco yang juga Ketua Satgas Lawan COVID-19 DPR mengatakan, dalam rapat antara Komisi VI DPR dengan para direktur utama BUMN Farmasi beberapa waktu lalu, memastikan obat-obatan untuk terapi COVID-19 tersebut telah diproduksi melebihi kapasitas produksinya, dalam memenuhi pasokan obat selama pandemi ini. "Saya heran kenapa obat-obatan terapi COVID-19 itu saat ini seolah-olah hilang di pasaran. Padahal para direktur utama BUMN Farmasi dalam rapat bersama Komisi VI memastikan bahwa mereka telah memproduksi lebih dari jumlah kapasitas produksinya dalam memenuhi pasokan di pasaran selama pandemi ini," katanya. Oleh karena itu, Ketua Harian DPP Partai Gerindra itu meminta kepada aparatur pemerintah serta pihak kepolisian untuk menyelidiki hilangnya obat-obatan untuk terapi COVID-19 tersebut. Sebab, kata dia, jangan sampai dugaan buruk terjadi, yakni adanya penimbunan obat-obatan untuk terapi COVID-19 tersebut oleh sebagian pihak. "Saya meminta pemerintah serta aparat kepolisian untuk menyelidiki hilangnya obat-obatan ini. Jangan sampai adanya dugaan penimbunan obat terapi COVID-19 karena kepanikan masyarakat terhadap pandemi saat ini," ucap Dasco. Sebelumnya pada Jumat (23/7/2021), Presiden Jokowi mengecek langsung ketersediaan obat terapi COVID-19 di apotek tersebut. Namun, apoteker menjawab stok Oseltamivir kosong. Presiden menanyakan kembali di mana ia harus mencari obat tersebut. Apoteker mengatakan bahwa pihaknya sudah lama tidak menerima pasokan Oseltamivir. Terakhir, stok Oseltamivir yang sempat tersisa adalah merek Fluvir. "Tapi sekarang juga sudah kosong," kata apoteker wanita tersebut. Presiden kemudian menanyakan lagi ketersediaan obat jenis Favipiravir. Apoteker juga menjawab tidak punya stoknya, begitu juga dengan vitamin D3. Apotek tersebut hanya memiliki vitamin D3 1000, sedangkan D3 5000 sudah habis. Kepada Jokowi, apoteker menyampaikan bahwa pihaknya sudah memesan lagi produk vitamin tersebut, namun tidak dapat. Hingga akhirnya Presiden menelepon Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk memberitahu bahwa obat-obatan yang ia cari untuk terapi COVID-19 kosong di pasaran. (Bom/zul)
Tags :
Kategori :

Terkait