COVID-19 Ancam Anak-Anak di Kaltim, Pemerintah Bisa Apa?
Kamis 08-07-2021,23:14 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus COVID-19 pada anak di Kalimantan Timur meningkatkan 400 persen dalam dua bulan terakhir. Sudah 19 anak meninggal dunia karena paparan corona. Apa upaya pemerintah daerah?
Samarinda, nomorsatiukaltim.com - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kalimantan Timur mencatat sebanyak 9.266 kelompok usia anak telah terpapar Coronavirus Disease 2019 di Kaltim. Data itu dikumpulkan dalam rentang waktu 1 Januari 2020 sampai dengan 4 Juli 2021.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.451 telah dinyatakan sembuh. Dan menghasilkan persentase kesembuhan pada kelompok penderita usia anak sebesar 91,20 persen.
Sedangkan angka meninggal dunia akibat terpapar COVID-19 pada kelompok usia tersebut, dilaporkan terjadi pada 19 anak di Kaltim. Dan menghasilkan angka Case Fatality Rate (CFRa) atau persentase angka kematian berdasarkan kelompok umur (AGE CFRa) sebesar 0,21 persen.
Satgas COVID-19 Kaltim mendata jumlah terpapar dan meninggal dunia pada berdasarkan usia ini dalam dua kelompok besar usia anak. Yakni kelompok usia bayi (Neonatus) yang terdiri dari kelompok anak usia 0-28 hari. Kemudian golongan usia 1-11 bulan, 1-5 tahun, dan 6-7 tahun.
Lalu kelompok usia sekolah yang terdiri dari golongan anak usia 8-9 tahun dan 10 sampai 18 tahun.
Dari data akumulasi usia anak terpapar COVID-19 di Kaltim tersebut, ditunjukkan bahwa kelompok usia 10-18 tahun paling dominan dalam hal jumlah. Yakni sebanyak 5.207. Dan angka kesembuhannya sebanyak 4.775. Serta jumlah meninggal dunia pada kelompok tersebut sebanyak 9 anak.
Kelompok terbanyak berikutnya adalah anak usia 1-5 tahun, yang menyumbang 1.915 kasus terpapar. Dengan angka kesembuhan sebanyak 1.730. Dan 4 meninggal dunia.
Masih dari pencatatan data yang sama, dilaporkan sebanyak 6 anak usia 0-28 hari meninggal dunia, dari 418 yang terpapar. Dan 381 yang sembuh.
Juru bicara Satgas COVID-19 Kaltim, Andi Muhammad Ishak mengatakan, kelompok usia anak termasuk rentan ketika terinfeksi SARS-CoV-2. Kerentanan itu secara umum dipengaruhi oleh imunitas tubuh yang belum maksimal untuk merespon papara virus ganas yang muncul pertama kali di Wuhan, China itu.
Ia menjelaskan, sejauh ini belum ditemukan varian virus mutasi yang menjangkiti kelompok usia anak dari jumlah yang dicatat Satgas COVID-19 Kaltim tersebut.
Lebih dari itu, dokter Andi M.Ishak memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan rujukan di Kaltim sudah cukup memadai untuk melakukan penanganan pada anak yang terpapar COVID-19.
"Karena setiap faskes rujukan mempunyai dokter spesialis anak yang berkompeten untuk masalah tersebut," tuturnya, berbicara kepada Disway Kaltim, Rabu (7/7).
Ia juga menjelaskan, penanganan atau terapi COVID-19 pada anak umumnya sama dengan dengan penanganan virus corona pada kelompok penderita usia dewasa.
"Penanganannya sama. Hanya tatalaksana yang berbeda," imbuh dr. Andi M.Ishak singkat tanpa menjabarkan lebih jauh.
Pertambahan Kasus Harian
Angka pertambahan kasus positif COVID-19 di Kalimantan Timur pada (7/7) kemarin, kembali menyentuh jumlah tertinggi. Yakni sebesar 757 kasus positif. Balikpapan tetap menjadi daerah paling dominan, dengan menyumbang 198 kasus. Disusul Kutai Kartanegara 146 kasus, Samarinda 139 kasus dan daerah-daerah lainnya di Kaltim dengan jumlah kasus bervariasi dalam rentang di bawah 100.
Yang menarik Kabupaten Mahakam Ulu. Kabupaten berstatus zona hijau penyebaran COVID-19 yang sebelumnya telah memutuskan menutup pintu masuk, kemarin mencatatkan 1 kasus positif.
Dari hasil pantauan infografis Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, 325 orang di Kaltim dinyatakan sembuh dari virus pagebluk, kemarin, kurang dari 50 persen dari jumlah terkonfirmasi positif. Dan 23 orang meninggal dunia akibat tak kuasa menahan serangan keluarga virus corona.
Secara akumulasi, angka meninggal dunia akibat terpapar COVID-19 di Kaltim, mencapai 1.943. Dari jumlah total akumulasi kasus infeksi sebanyak 81.763. Sedangkan jumlah kesembuhan, tercatat sebanyak 73.083. Sebanyak 6.737 orang dirawat dalam keadaan terjangkit COVID-19 menurut laporan Diskes Kaltim kemarin.
Di hari yang sama, otoritas melaporkan angka positivity rate mencapai tingkat 26.9 persen dari kasus yang diperiksa. Tingkat kematian mencapai 2,4 persen dari jumlah terkonfirmasi positif. Angka kesembuhan pada level 89.4 persen dari kasus terkonfirmasi. Dan angka kasus per 100.000 penduduk berada pada angka 2.197,1.
Kasus Pada Bayi
Kasus positif COVID-19 pada usia anak di Balikpapan terus meningkat. Data terakhir satgas pertanggal 7 Juli, mencatat 24 kasus penambahan positif dari 198 kasus baru, merupakan anak berusia 1 sampai 18 tahun. Bahkan mulai ada korban yang berjatuhan.
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Balikpapan Andi Sri Juliarty mengungkapkan kekhawatirannya terhadap perkembangan tren kasus yang kini menyasar anak-anak usia belia. "Bahkan kemarin ada kasus meninggal bayi usia 4 hari," ungkapnya, Rabu (7/7).
Kasus positif pada bayi bukanlah penyakit keturunan atau bawaan dari kondisi ibu yang dinyatakan positif. Namun tetap didiagnosa sebagai penyakit menular. "Jadi covid ini kelompok penyakit menular, bukan keturunan," tukasnya.
Menurutnya ibu hamil yang positif dan dalam proses bersalin belum tentu menularkan COVID-19 kepada si jabang bayinya. Namun, ada risiko bahwa bayinya bisa tertular selama proses bersalin. "Enggak harus. Bahkan banyak (ibu hamil positif COVID-19) yang setelah melahirkan tidak menularkan ke bayinya," kata Dio, sapaannya.
Adapun penyebab kematian pada bayi atau anak usia beliau, dikarenakan gagal nafas. "Semua kasus covid masalahnya di gagal nafas," katanya.
Sementara soal varian virus yang biasanya menular pada anak, kata dia, masih virus yang sama yang menyerang para pasien COVID-19. Ia belum berani mengasumsikan bahwa ada varian virus baru yang beredar di masyarakat.
"Sampel sudah kami kirim sejak tanggal 30 (Juni) tapi belum ada hasilnya. Rumah sakit juga mengirim. Hampir 100 sampel kami kirim ke Litbangkes. Saya tidak bisa berspekulasi karena harus dibuktikan secara ilmiah," ujar Dio.
Menurutnya pemerintah pusat juga sudah memberikan arahan kepada beberapa laboratorium kesehatan untuk menguji sampel yang dikumpulkan dari berbagai daerah. "Kita hanya mengirim sampel saja yang dikumpulkan dari kelompok yang diwaspadai. Itu yang kita kirim," tukasnya.
Untuk saat ini, kata dia, Diskes Balikpapan gencar memberi imbauan kepada keluarga. Terkait dengan penambahan kasus harian yang melonjak. Menurutnya kasus positif pada usia anak selalu ada dan selalu tertinggi proporsinya dari seluruh kasus yang dirilis setiap hari. "Mohon data-data ini tidak dibiarkan begitu saja tapi dijadikan satu kewaspadaan," imbuh Dio lagi.
Ia menyebut lingkungan terkecil yakni di tingkat keluarga harus proaktif menjaga anak-anak, yang bisa dimulai dari ibu hamil. "Mohon ibu hamil tidak keluar rumah bila tidak sangat penting, kecuali mau kontrol kandungannya mungkin ya," katanya.
Karena dengan melindungi ibu hamil, otomatis juga melindungi janin yang ada dikandungannya. Sekarang, kasus ibu hamil positif melahirkan cukup banyak. Dan ini berisiko bagi anak yang dilahirkan. Selain itu anak-anak usia balita, termasuk anak-anak teenager usia belasan, juga mesti dibatasi aktivitasnya. "Sebaiknya di rumah saja ya, banyak permainan yang bisa dilakukan anak-anak di rumah. Termasuk (kunjungan) ke tetangga tidak usah dulu," tukasnya.
Selain itu, ia berpesan agar ayah dan ibu di rumah juga mulai mengajari anak-anaknya mengenakan masker dengan baik dan benar. "Pakai masker ini agak susah. Ajari anak cuci tangan dan waspada dengan orang lain," ucapnya.
Sebelumnya, kasus pada anak di Kaltim disinyalir meningkatkan 400 persen, berdasar data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Dari dada tersebut, tercatat sudah lebih dari 300 anak di Balikpapan yang terpapar, dalam dua bulan terakhir. Data tersebut dikumpulkan sejak 5 Mei 2021 lalu.
IDAI sudah menginisiasi usulan penggunaan vaksin Sinovac untuk anak kepada Kementerian Kesehatan. Namun demikian, penggunaan vaksin terhadap anak juga harus mendapat rekomendasi dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). "Sedang diusahakan vaksinasi untuk anak di atas 12 tahun," kata Dio menimpali. (*DAS/RYN/YOS)
Tags :
Kategori :