Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memang dikenal cukup kebal dari kondisi krisis. Namun bukan berarti, para pelakunya tak memiliki masalah pelik. Dalam penjabaran Bank Indonesia (BI) baru-baru ini misalnya, UMKM di Kalimantan Timur masih sangat membutuhkan penguatan. Utamanya dalam hal pemasaran dan permodalan.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, sebagian besar UMKM di Kaltim masih berada pada level 2. Dan masih terbatas akses pembiayaan dari pihak lain. Tak hanya itu, pasar utama produk UMKM masih dalam skala lokal. Alias berada di lingkup kabupaten/kota dan provinsi. Kendala utama yang banyak menghambat perkembangan mereka adalah pemasaran (36,7%) dan modal (21,5%).
Selain dua faktor itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Tutuk SH Cahyono mengatakan masih ada tantangan yang akan ditemui UMKM agar bisa berkembang dan naik kelas.
"Penguatan pengembangan yang dimaksud adalah korporatisasi (penguatan lembaga), kapasitas (usaha dan SDM), perluasan akses pasar (digitalisasi) serta akses pembiayaan," jelas Tutuk SH Cahyono melalui webinar dengan tema UMKM maju di Ibukota Negara Baru yang diselenggarakan Transkon Jaya, pada Senin 21 Juni 2021.
Dari survei yang dilakukan berdasarkan akses pembiayaan umum. Sumber pembiayaan dari dana pelaku UMKM sebanyak 77%, pihak lain 17% dan sepenuhnya pihak lain sebesar 6%.
UMKM di Kaltim juga cenderung tidak memanfaatkan lembaga perbankan untuk memenuhi permodalan. Alasan tidak meminjam di bank adalah tidak butuh 51%, lainnya 19%, bunga tinggi 15%, tidak memenuhi syarat 8% dan prosedur sulit sebanyak 8%.
Tutuk menjelaskan, Bank Indonesia Kaltim akan turut membantu mewujudkan UMKM untuk naik kelas dengan mengacu kepada 4 level pengembangan UMKM. Yaitu dimulai dari UMKM Potensial, UMKM Sukses, UMKM Digital dan UMKM Eskpor.
Jika dirinci, poin UMKM Sukses berarti UMKM itu telah memiliki izin usaha, mencatat transaksi keuangan, skala produksi meningkat di pasar regional, dan layak dibiayai. Kemudian, poin UMKM Digital artinya melakukan pemasaran online secara nasional dalam skala produk tersertifikasi.
“Pada poin UMKM Ekspor berarti produktivitas dan kualitas produk berkelanjutan, lolos kurasi, [masuk] pasar nasional/global, memiliki kelengkapan dokumen ekspor dan produksi ramah lingkungan,” jelasnya.
Dalam pengembangan ekspor, Bank Indonesia telah memiliki pelatihan dan pendampingan secara terprogram yang dimulai sejak 2020 melalui Akademi Ekspor Kaltim (AEK).
Selain itu, dia menyebutkan UMKM difasilitasi dengan berbagai kegiatan pengembangan usaha dan kurasi serta diikutsertakan pada pameran dagang dan event internasional lainnya di berbagai negara.
“Mudahan ada yang ekspor perdana di tahun ini. Pasar ekspor sangat menjanjikan,” katanya.
“Seperti yang dilakukan oleh Transkon, mereka sudah besar kemudian mengajak yang lainnya untuk ikut naik kelas,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT Transkon Jaya Tbk, Lexi R Rompas menjelaskan pihaknya akan membina UMKM sebagai bagian dari kolaborasi antara perusahaan dengan pelaku usaha untuk mendapatkan ilmu baru terkait pentingnya UMKM secara umum bagi perekonomian, khususnya di Kaltim.
“Kami akan memberikan worksop atau pelatihan kepada UMKM terpilih, jadi kami akan mengambil 5 UMKM untuk datang ke fasilitas kami dan mendapatkan materi langsung dari ahlinya,” ujarnya.
Lexi menambahkan, pembinaan UMKM tersebut akan berlangsung secara bertahap, yaitu mulai 8 sampai dengan 29 Juli 2021. Di mana, rangkaian acara yang digelar dari minggu pertama hingga ke empat adalah mengenai konsep bisnis, pitching tips, pembukuan, pelaporan keuangan, perpajakan untuk UMKM dan pengenalan akan lembaga pembiayaan atau permodalan.