Ternyata, mereka harus mengikuti bina mental dan fisik di markas batalyon itu. Di hari yang sama, terjadilah keributan antara Diego Michiels dan Nabil Husein tersebut. Situasinya menjadi sangat rumit kala itu. Mario Gomez bahkan dipanggil lebih cepat ke Samarinda untuk menyelesaikan masalah ini.
Diakui atau tidak, program outbound yang berlangsung selama 7 hari itu (6-12 April). Memberi dampak yang sangat bagus untuk skuat Pesut Etam. Sama-sama ditempa oleh tentara dan tinggal dalam barak. Membuat mereka harus meningkatkan kekompakan, kepedulian, serta kepercayaan antar pemain. Mereka juga ditempa untuk menuntaskan berbagai tantangan sulit. Yang dalam aplikasinya nanti, para pemain tidak boleh menyerah bahkan dalam situasi tersulit dalam pertandingan. Harus manyala selama 90 menit. Terakhir mereka dipupuk untuk memiliki kebanggaan pada klub. Ribuan kali nama Borneo FC disebut oleh pemain dalam latihan itu.
Kembali bahwa, Borneo FC Samarinda mestinya bisa dibilang telah melakukan hal yang benar dalam ambisi mereka memiliki skuat yang bermental juara. Jika pada akhirnya harus dibayar mahal dengan keluarnya Diego Michiels, Pesut Etam enggan mundur. Tapi simbol kemarahan pesut pada logo Borneo tentu harus diwujudkan.
Dari apa yang terjadi setelah pelatihan mental itu. Seluruh pemain lokal yang sekira 25 pemain termasuk Rival Lastori sebelum dipinjamkan. Pulang dengan keadaan bahagia. Serta dada yang menggelora, dan kuping yang masih terngiang satu bisikan “Borneo”. (frd/fdl/ava)