AWAL musim 2020, Borneo FC Samarinda kembali menyusun kerangka tim dengan pelatih anyar dan deretan pemain anyar pula. Ahmad Amiruddin adalah satu-satunya tim pelatih yang tersisa. Yang tentunya, ia memegang data, statistik, serta hal non teknis yang terjadi selama musim 2019 yang luar biasa itu.
Iya, 2019 memang jadi musim yang luar biasa bagi Borneo FC Samarinda. Mereka cukup lama bertahan di posisi 2 besar. Di bawah Bali United yang meninggalkan kontestan lain di puncak klasemen.
Bayang-bayang finis di papan atas sudah jadi pembicaraan reguler di Stadion Segiri. Sedikit lagi Borneo akan mengukir rekor sendiri. Karena sebelumnya, pencapaian terbaik mereka hanyalah peringkat ketujuh Liga 1. Pada musim 2018.
Sial bagi Pesut Etam. Di beberapa pertandingan terakhir. Mereka tiba-tiba hobi tergelincir. Yang kemudian berakhir dengan finis di peringkat … ketujuh. Sama seperti sebelumnya.
Musim berganti, manajemen baru dan tim pelatih yang baru membuat evaluasi. Apa yang kurang dari Borneo FC sampai harus terpental jauh di tikungan terakhir Liga 1 musim 2019.
Sembari menyiapkan tim, evaluasi terus berjalan. Sampai akhirnya didapat. Iya, masalah yang menghambat laju Pesut Etam pada 2019 itu diketahui. Mental. Kamu sedang tidak salah membaca.
Saat itu, seperti diceritakan ulang sumber dalam klub. Borneo yang dalam posisi bagus finis di papan atas. Memiliki tekanan besar ketika mulai terpeleset. Tekanan semakin besar, hingga pemain kurang fokus ketika pertandingan.
Ternyata, bagi manajemen, kualitas saja tidak cukup. Mereka bertekat memiliki pemain yang bermental baja. Bermental juara. Misi itu, akan dimulai pada musim 2021 ini.
Rencana itu diawali dengan pendatangan Hendro Siswanto. Eks kapten Arema FC itu dianggap punya mental yang kuat. Sehingga selain ingin menyuntikkan kualitas di lini tengah, Borneo berharap Hendro dapat mengangkat mental Pasukan Samarinda ketika bertanding. Itu adalah langkah konkret.
Lalu pada 26 Februari 2021. Di Jumat pagi kala itu, Borneo FC Samarinda menggelar latihan perdana. Menjelang latihan berakhir, General Manager Borneo FC, Firman Achmadi memberi pengantar singkat pada skuat.
Ada 3 poin yang ia sampaikan. Yang kesemuanya berbicara soal pentingnya mental dan karakter yang baik. Pertama, pemain harus memiliki kebanggaan membela panji Pesut Etam. Kedua, harus punya kepercayaan diri dan pada rekan setim, serta tidak boleh meremehkan lawan. Ketiga dan terakhir, setiap individu harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya di atas lapangan. Lagi-lagi, manajemen mau agar Sultan Samma dkk berubah menjadi pemain yang trengginas di lapangan hijau.
Berbagai motivasi terus diberikan pada pemain. Namun semua treatment itu dirasa belum cukup. Karena di Piala Menpora, di 3 pertandingan yang mereka jalani. Masih saja ada kesalahan tak perlu yang dilakukan pemain.
Pada evaluasi awal, manajemen saat itu merasa sangat perlu menambah pemain baru yang berpengalaman. Karena terlihat sekali ada kejomplangan kualitas antara pemain inti dan pelapis.
Pulang lebih awal dari Piala Menpora, Borneo memutuskan untuk libur sejenak. Para pemain diberi waktu untuk pulang ke rumah masing-masing selama 12 hari. Hingga tanggal 12 April 2021. Setelah itu, sesuai rencana, mereka akan menjalani latihan reguler lagi hingga jelang Lebaran Idulfitri.
Tapi di awal masa libur, manajemen dan tim pelatih tetap intens menjalin komunikasi. Mengevaluasi penampilan buruk di Piala Menpora. Manajemen sih, tidak masalah jika target mereka di turnamen pra musim itu meleset jauh. Tapi lewat performa buruk di 3 laga, mereka percaya harus membuat gebrakan. Lewat peremajaan tim, dan … dan … peningkatan mental!
Tanggal 5 April, seluruh pemain lokal diwajibkan kembali ke Samarinda. Tidak jadi libur 12 hari. Rencana itu mulanya tertutup dari media. Hendro Siswanto bahkan menyebut kembalinya dia ke Samarinda lebih awal karena sedang ada ‘urusan’.