Terkesan Buru-Buru, Kajian Lingkungan Hidup Strategis IKN Menuai Kritik

Rabu 09-10-2019,23:55 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Pertemuan yang digagas P3EK menampung masukan dan data keanekaragaman hayati dari berbagai pihak. (Darul Asmawan/DiswayKaltim)

Balikpapan, DiswayKaltim.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menargetkan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk master plan ibu kota negara (IKN) selesai awal November 2019.

Untuk mengejar target itu. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan (P3EK) KLHK. Melakukan inventarisasi keanekaragaman hayati (biodiversity). Dipusatkan di wilayah PPU, Balikpapan dan Kukar.

Dalam sebuah rapat khusus di kantor BKSDA Kaltim, Selasa (9/10/2019). P3EK mengundang sejumlah pemerhati lingkungan, peneliti, LSM, akademisi dan instansi pemerintah daerah di bidang lingkungan. Untuk memberikan masukan dan data-data terkait keanekaragaman hayati di kawasan yang akan dibangun IKN.

Kepala P3EK Nunu Anugrah mengatakan, data-data biodiversity tersebut untuk memenuhi kebutuhan KLHS yang sedang dibahas oleh KLHK. "Saat ini yang dibutuhkan KLHS, data-data biodiversity. Untuk itu P3EK dan BKSDA Kaltim, akan mengumpulkan data-data dan mengirimkannya ke KLHK. Itu memang kewajiban kami," jelas Nunu.

Namun begitu, Rustam Fahmi, akademisi Universitas Mulawarman mengkritisi pertemuan itu. Menurutnya untuk menyusun KLHS tidak cukup hanya mengumpulkan data dari para stakeholder.

Mesti ada praktisi atau orang Kaltim asli yang dilibatkan dalam kelompok kerja (Pokja) penyusun KLHS. Agar informasi dan kajiannya lebih komprehensif dan tepat sasaran.

Hal itu, menurut Rustam. Karena para praktisi di Kaltim yang paling paham terkait kondisi di kawasan IKN itu. "Belum tentu, Pokja KLHS di Jakarta mampu memahami data-data biodiversity yang dikumpulkan, untuk membahasnya. Misalnya, tentang orang utan, kondisi dan sejarahnya, yang paling mengerti ya orang Kaltim," terangnya.

Ia menambahkan, jika tidak melibatkan orang Kaltim, bisa terjadi misinformasi dan pembahasan keluar dari konteks (out of context). Terutama soal lokus atau cakupan wilayah kajian.

"Biayanya juga jadi lebih mahal. Karena, perlu sumberdaya yang lebih, untuk memahami permasalah lingkungan di Kaltim," Imbuhnya.

Terkait konsep forest city yang diusung dalam pembangunan IKN. Dosen fakultas kehutanan Unmul itu menyarankan agar hutan yang dimaksud tidak berdiri sendiri-sendiri (terisolir). Melainkan konsep hutan yang saling terhubung satu sama lain.

"Kemungkinan akan ada banyak jalan yang dibangun. Agar jalan itu tidak memutus jalur satwa yang mendiami kawasan hutan, perlu dibangun koridor yang menghubungkan kawasan yang berhutan," tambahnya.

Peneliti dari Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (YK RASI), Danielle Kreb. Yang hadir dalam diskusi turut memberi data dan informasi serta masukan terhadap penyusunan KLHS.

Penelitian yang dia lakukan dari rentang waktu 2003 hingga 2015. Di Teluk Balikpapan terdapat sedikitnya empat jenis mamalia perairan. Yang terbilang langka dan statusnya hampir punah.

Tiga di antaranya adalah cetacean. Yaitu lumba-lumba irrawadi alias pesut laut (orcaella brevirostis). Lalu ada lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (tursiops aduncus).

Kemudian ada porpois tanpa sirip belakang (neophocaena phocaenoldes). Dan satu jenis sirenia: duyung, dugong dugong.

Dia bilang, khusus irrawadi atau pesut laut saat ini statusnya hampir punah. di Teluk Balikpapan populasinya semakin berkurang. "Diperkirakan saat ini tinggal 60 ekor," sebutnya.

Untuk itu, dia menyarankan agar keberadaan satwa itu benar-benar diperhatikan dalam proses pembangunan IKN. "Mereka (mamalia perairan, red) sangat sensitif terhadap perubahan ekosistem dan gangguan kebisingan di bawah laut," bilang Danielle.

Sementara itu. Aktivis lingkungan dan anggota LSM Kelompok Kerja (Pokja) Pesisir Husain Suwarno menilai, penyusunan KLHS IKN terkesan terburu-buru. Sebab hanya disusun dalam rentang waktu September hingga Oktober. Padahal ruang lingkup KLHS itu, kata Husain. Mencakup dimensi ruang yang sangat luas. Terkait dengan sebaran flora dan fauna serta habitat dan ruang jelajahnya.

"Kawasan itu, kawasan yang bernilai penting atau bisa dibilang ekosistem esensial. Karena banyak tumbuhan dan satwa endemik yang mendiami kawasan itu. Sebut saja mangrove, bekantan, orang utan dan beruang madu. Lalu mamalia perairan seperti pesut dan dugong," ungkap Husain.

Selain itu, lanjutnya, kawasan Teluk Balikpapan dari hulu ke hilir, juga merupakan wilayah tangkap nelayan tradisional yang tinggal di pesisir teluk itu.

"Nelayan sangat bergantung pada kondisi ekosistem Teluk Balikpapan yang rentan dan sensitif terhadap kerusakan," tambahnya.

Ia menyarankan agar wilayah Teluk Balikpapan itu. Dijadikan kawasan konservasi. "Untuk memberikan jaminan perlindungan ekosistem penting," imbuhnya.

Seperti diketahui, penyusunan KLHS adalah salah satu tahapan dalam pembuatan rencana induk (master plan), pembangunan ibu kota negara.

Gunanya, untuk memberikan arahan perlindungan dan kriteria pengamanan lingkungan dalam penyesaian masterplan IKN. (m6/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait