Ardiansyah Sulaiman, Tukang Sapu yang Kini Jadi Bupati

Minggu 28-02-2021,15:00 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Selanjutnya, karier politik suami Siti Robiah ini semakin moncer di Kutim. Banyak warga yang semakin mengenal dirinya sebagai tokoh. Partai Keadilan yang berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pun dibangun semakin kuat. Tahun 2004 ia didapuk menjadi sekretaris PKS Kutim. Pemilu tahun itu menjadi agenda besar PKS. Hasilnya, partai berbasis dakwah itu berhasil merebut kursi wakil ketua DPRD yang diduduki Ardiansyah.

“Hingga sekarang saya tetap di PKS. Saya merasa satu visi dengan partai ini,” ujarnya.

Langkah baru kembali dicoba Ardiansyah. Dirinya mencoba masuk wilayah ekskutif. Tawaran menjadi wakil bupati Kutim bersama Isran Noor diambilnya kala Pilkada 2010. Kemudian bebannya bertambah. Awal tahun 2015, Isran Noor mengundurkan diri jadi bupati Kutim. Otomatis Ardiansyah menjadi pelaksana tugas (Plt) pada Maret  2015. Sampai akhirnya ditetapkan jadi bupati definitive pada bulan Juni. Sayang saat maju di pilkada bersama Alfian Aswad tahun 2015, ia harus mengakui kemenangan Ismunandar dan Kasmidi Bulang.

 *

BANYAK DORONGAN DARI MASYARAKAT

Pada Pilkada 2020, Ardiansyah masih mencoba peruntungan menjadi bupati. Kali ini ia berpasangan dengan Kasmidi Bulang. Hasilnya, suara terbanyak berhasil diraup dari tiga kontestan yang bertarung. Bukan rasa penasaran atau menebus kekalahan periode sebelumnya yang jadi motivasi. Dorongan masyarakat yang jadi pemantik utamanya.

Pernah menjabat sebagai wakil bupati membuat dirinya akrab dengan tokoh masyarakat. Komunikasi pun tak pernah putus meski dirinya tak lagi memiliki jabatan. Para tokoh masyarakat ini yang terus meminta agar dirinya kembali maju menjadi bupati Kutim.

“Saat itu saya hanya jawab, kalau ada kesempatan saya akan maju,” katanya.

Akhirnya semuanya terjawab. Gabungan partai politik bersedia mengusung dirinya bersama Kasmidi. Selain PKS, ada Partai Demokrat dan Berkarya yang sejalan dengannya untuk membangun Kutim. Termasuk jatuhnya pilihan kepada Kasmidi sebagai wakil bupati juga atas keinginan partai. Tetapi ia melihat ada kesamaan antara dirinya dengan Kasmidi dalam visi membangun Kutim.

“Pengalaman. Sama-sama pernah duduk di legislatif dan eksekutif. Jadi saat jadi nanti tidak lagi menyesuaikan diri, tidak lagi belajar satu tahun. Tidak kesana kemari, tapi langsung gas,” jelasnya.

*

SULITNYA MEMBANGUN KUTIM

Meskipun memiliki kesamaan visi, bukan berarti membangun Kutim semudah membalik telapak tangan. Tantangan selalu ada dan perlu banyak koordinasi yang dilakukan. Baik dengan pemerintah pusat dan berbagai kementerian serta pemerintah provinsi. Ardiansyah menilai, sinergitas jadi hal utama dalam membangun Kutim. Mengingat luas Kutim yang sama dengan Provinsi Jateng dan Yogyakarta.

Urusan infrastruktur dasar saja di Kutim masih belum menyentuh seluruh kecamatan. Terutama akses jalan yang masih jauh dari kata baik. Bahkan Ardiansyah mengakui, periode yang ada tidak dapat memenuhi target peningkatan akses jalan tersebut.

“Bisa tembus 60 persen saja itu sudah bagus,” ujarnya.

Saat dirinya bersama Isran Noor memimpin Kutim, mereka punya target 18 kecamatan di Kutim bisa tersambung melewati jalur darat. Namun kala itu, memang hanya diproyeksikan membuka jalan terlebih dahulu. Maka kini dirinya berniat melanjutkan dengan melakukan peningkatan kondisi jalan agar layak dilintasi.

“Tetapi itu tidak mudah. Pengaspalan, semenisasi jalan membutuhkan waktu karena jarak yang jauh,” ungkapnya.

Kemudian dirinya menilai kondisi ekonomi yang mesti dikembalikan lagi usai pandemi COVID-19 terjadi. Lagi-lagi ini perlu sinergi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Tak hanya bicara bantuan, ia menilai perlu ada kesiapan mandiri di bidang pangan, mengangkat industri lokal hingga mengurangi ancaman bencana lainnya. Tetapi tetap melihat kemampuan keuangan daerah sembari mencari peluang bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi.

Tags :
Kategori :

Terkait