Tumbuh Positif

Kamis 04-02-2021,09:19 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY – Realisasi investasi di Bumi Batiwakkal, pada kuartal IV tahun 2020, mengalami kenaikan dibanding tahun 2019. Baik itu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maupun Penanaman Modal Asing (PMA).

Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Berau, realisasi angka PMDN kuartal IV tahun 2020 sebesar Rp 314.292.800.000, sementara tahun 2019 Rp 270.892.000.000. Begitu juga untuk realisasi PMA di tahun 2020 mengalami peningkatan. Realisasi 2020 sebesar 1.829.600 dolar AS. Sedangkan di tahun 2019 hanya sebesar 1.523.675 dolar AS. (lihat grafis) Kasi Pengendalian dan Pemantauan Investasi Penanaman Modal DPMPTSP Berau, Supratman mengaku, realisasi investasi di tahun 2020 berjalan cukup positif. Walaupun di kuartal ke-III PMDN mengalami kemerosotan yang cukup signifikan hanya sebesar Rp 71,761 miliar. Dibandingkan PMDN di kuartal ke-II tahun 2020 sebesar Rp 1,34 triliun. Bahkan pada kuartal II, realisasi investasi menjadi yang tertinggi ke-2 dari 10 kabupaten/kota di Kalimantan Timur (Kaltim), setelah Balikpapan. Sedangkan realisasi PMA kuartal IV tahun 2020 mengalami penurunan jika dibandingkan kuartal III tahun 2020. PMA kuartal III sebesar 9,828 juta dolar AS. Sedangkan PMA kuartal IV tahun 2020 sebesar 1,839 juta dolar AS. “Di kuartal ke IV lumayan tumbuh positif terutama untuk penanaman modal dalam negerinya. Sekiranya ada 46 proyek,” jelasnya kepada Disway Berau, Minggu (31/1). Supratman menjelaskan, pencapaian realisasi investasi berdasarkan dari perhitungan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) secara online pada tahun 2020. Untuk total realisasi investasi di tahun 2020 belum dapat keluar secara kolektif. Sedangkan dirinya mengaku tahun ini menargetkan untuk terealisasi sebesar Rp 5 triliun secara keseluruhan. Secara keseluruhan investasi, paling banyak terbagi menjadi 2 golongan, yaitu sektor primer dan sektor sekunder. Sementara, sektor primer masih mengungguli, yaitu tanaman pangan dan perkebunan, lalu pertambangan. Padahal masih ada sektor primer, yaitu kehutanan, peternakan dan perikanan. Pada kuartal IV 2020 sektor perkebunan, terdapat 18 perusahaan yang berinvestasi dengan total 18 proyek. Sedangkan untuk sektor pertambangan terdapat 4 perusahaan sebanyak 4 proyek. Sektor perikanan sebanyak 1 proyek, dan kehutanan sebanyak 1 proyek. Sedangkan untuk sektor peternakan nihil. Kemudian, yang tergolong dalam sektor sekunder masih diungguli sektor makanan dengan total 6 perusahaan berinvestasi sebanyak 6 proyek. Selanjutnya pada sektor elektronik sebanyak 1 proyek, listrik, gas dan air sebanyak 2 proyek. Perdagangan dan reparasi, konstruksi, hotel dan restoran, transportasi, gudang dan komunikasi juga menyumbang sebanyak 1 proyek. Sisanya di dominasi oleh jasa lainnya. Sedangkan untuk PMA secara keseluruhan juga didominasi pada Tanaman Pangan dan Perkebunan, Pertambangan dan Industri Makanan. Begitu juga dengan Hotel dan Restoran. Lanjut Supratman, untuk PMA masih sedikit sulit berharap, karena investor asing biasanya lebih tertarik di daerah Bontang, Balikpapan dan Samarinda. Jika di Berau, investor asing bisa ditingkatkan dengan melirik daerah pariwisata. Seperti di Maratua, banyak didominasi investor asing dari Jerman dan Malaysia. “Kesulitan tersebut akan berpengaruh pada target jika tidak ada investor baru,” jelasnya. Jika investor baru lebih banyak membuka lahan, maka realisasi juga bisa semakin tinggi. Adapun wacana sejak tahun 2020, akan memperhitungkan industri dengan modal minimal Rp 50 juta. Jika dibantu dengan hal itu, bisa jadi realisasi akan bisa tercapai cepat. Tetapi membutuhkan kerja ekstra. Selain itu, target sulit tercapai, sebab belum adanya investor baru di Berau. Jika investor lebih banyak membuka lahan baru, maka realisasi niscaya tercapai. Kemudian, kendala yang kerap ditemui, banyaknya perusahaan yang belum memberikan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) sesuai dengan anjuran dan jujur kepada DPMPTSP, sehingga bisa saja angka realisasi dikatakan lesu padahal di lapangan tidak terjadi seperti itu. “Contoh saja, perusahaan tambang ada beberapa di Berau, walaupun tidak terlihat jelas bahwa perusahaan itu ada, tapi yang melapor rutin hanya 5 perusahaan saja, kan bisa menjadi kendala juga,” bebernya. Pihaknya pun juga telah mencari cara seperti mendata dengan benar di mana perusahaan yang menjadi jangkauan, untuk realisasi investasi melalui lintas sektor terkait. Dan melaksanakan jemput bola, serta bersurat pada perusahaan. Kedepannya, sesuai dengan arahan pemerintah pusat, jika dalam 3 kali diberi surat teguran hingga peringatan tetap tidak melapor, izin berusaha bisa saja dicabut. Sementara itu kendala anggaran yang minim, serta letak geografis Kabupaten Berau, yang tidak bisa dijangkau dengan cepat. Karena kebanyakan perusahaan berada di perkampungan dan pedalaman. “Untuk 2021 kami tetap positif bisa tercapai lebih tinggi, tapi realisasi 2021 baru bisa setelah bulan 4,” tandasnya. */RAP/APP
Tags :
Kategori :

Terkait