Nyaris Tertimpa Pohon, Pernah Jadi Objek Konten Mistis Youtuber
Selasa 12-01-2021,13:19 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny
Makam itu pekan lalu nyaris tertimpa pohon mangga. Pohon yang tumbuh persis di bagian belakang bangunan makam itu tumbang setelah diterpa angin kencang disertai hujan deras.
Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Mungkin banyak yang belum tahu. Sebuah cagar budaya dari trah Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martapura ada di Balikpapan. Lokasinya berada di Gunung Kemendur. Ialah makam Pangeran Adji Kemala Gelar Pangeran Adji Kerta Intan.
Makam itu dinaungi bangunan seluas 4 meter x 3 meter dengan tinggi 3 meter. Makam ini merupakan salah satu cagar budaya Kota Balikpapan. Yang didaftarkan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Pariwisata (Disporabudpar) 2010 silam.
Kondisi bangunan makam masih terlihat baik. Kain kuning yang menyelemuti bangunan semi permanen itu juga tampak terawat. Tampak kokoh sebab sebagian besar besar dindingnya menggunakan ulin.
Posisi makam itu persis berdampingan dengan Mercusuar Tukong Hill yang ada di atas lahan hutan kota. Di sana juga berbatasan dengan hunian warga dan lahan milik Pertamina. Masih ada cagar budaya lain di kawasan itu. Salah satunya bunker bekas milik penjajah Jepang.
Makam itu pekan lalu nyaris tertimpa pohon mangga. Pohon yang tumbuh persis di bagian belakang bangunan makam itu tumbang setelah diterpa angin kencang disertai hujan deras.
Sang juru kunci makam yang kerap disapa Mbah Suroto, dibantu petugas Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperkim) Balikpapan gotong royong membersihkan area makam. Serta memotong sisa-sisa pohon yang timbang, Minggu (10/1) lalu.
"Sebenarnya sudah lama pohon mangga itu tumbang. Tapi saya sudah mencoba (minta tolong) ke mana-mana, tapi belum ditanggapi. Akhirnya saya bersama teman-teman (Kesatuan Pasukan Adat Koetai), dan dibantu Disperkim, baru bisa dikerjakan," kata Suroto, saat ditemui, di kediamannya, Minggu (10/1).
Selain pohon mangga, ada pohon jambu monyet dan puluhan pohon karet yang posisinya dianggap membahayakan bangunan makam. Namun sampai saat ini belum ada orang yang berani menebangnya. Karena cuaca yang tidak mendukung serta akses jalan yang licin dan berpotensi longsor.
Mbah Suroto, mengaku anggaran pembangunan dan perawatan makam selama ini merupakan hasil swadaya. Dikumpulkan dari sumbangan para pengunjung. Mbah Suroto menjadi juru kunci sekaligus pengelola makam tersebut.
Ia bercerita, sepanjang 2020, trafik kunjungan orang yang melayat ke makam tidak terpengaruh pandemi. Ada saja warga yang datang untuk sekadar melihat-lihat kondisi makam. Baik warga Balikpapan maupun warga dari luar kota. Sejauh ingatannya, kunjungan terakhir datang dari Cirebon di akhir 2020 lalu. Ia mengaku selama ini tidak mencatat seberapa banyak kunjungan.
Sebagai juru kunci, lumrah bagi Mbah Suroto mendapat pertanyaan-pertanyaan dari pengunjung. Mulai sejarah ditemukannya makam tersebut, silsilah, sampai biografi singkat sosok Pangeran Adji Kemala Gelar Pangeran Adji Kerta Intan.
Tak banyak yang bisa ia tuturkan. Kecuali kisah dari penggalan-penggalan sejarah yang diterimanya secara turun temurun. Yakni kisah heroik sosok pangeran yang mensyiarkan islam di Kota Beriman. Tak jarang sang pangeran harus berhadapan dengan penjajah Belanda dalam aktivitas dakwahnya. "Ini kan bahaya, kalau ada yang cerita ngawur tentang leluhur kita," katanya.
Mbah Suroto menyebut pernah kedatangan Youtuber. Asal Balikpapan juga. Mereka meminta izin memanjatkan doa di sekitar makam. Pria yang mengaku sudah menetap di Gunung Kemendur sejak 1969 itu mengizinkan. Namun dengan catatan. Hanya dipersilakan menyampaikan doa sebelum malam. Namun oknum itu ternyata meminta izin melakukan aktivitasnya di malam hari.
Mbah Suroto awalnya tidak menaruh curiga. Sampai ia memergoki para oknum itu memanfaatkan cagar budaya hanya untuk keperluan konten semata. Mereka menceritakan eksistensi makam melalui sejarah dan mistis yang tidak mencerminkan kearifan budaya, apalagi fakta.
Ia khawatir minimnya imformasi berpotensi menyebabkan adanya kekeliruan atau bahkan penyimpangan sejarah. "Ya nggak sopan," katanya.
Mirisnya, sampai saat ini memang tidak ada literatur yang bisa dijadikan rujukan. Sehingga Mbah Suroto juga kesulitan jika diminta untuk menerangkan asal-usul dari makam yang ia jaga.
Ia mengaku sudah meminta referensi. Melalui pertemuannya dengan trah Kesultanan Kutai Kertanegara. Yang dilakukan di rumah jabatan Wakil Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas'ud pada 2019 lalu. Sebelum adanya COVID-19. Bahkan para sanak saudara kesultanan juga sempat menziarahi makam leluhurnya itu.
Meski minim literatur, ia tetap meyakini jika Sang Pangeran Kutai itu merupakan sosok penyebar ajaran Islam yang sangat dihormati masyarakat di Balikpapan.
Ia berharap ada upaya dari pemerintah maupun masyarakat yang peduli terhadap sejarah dan budaya. Menurutnya, keberadaan makam itu juga penting bagi generasi muda Kota Beriman. Untuk menggali lebih jauh asal-usul dan keberagaman kebudayaan leluhur. "Ini yang mesti ditanamkan ke anak cucu kita. Bahwa sejarah harus terus digali dan dilestarikan," imbuhnya. (eny/bersambung)
Tags :
Kategori :