Samarinda, nomorsatukaltim.com – Pasangan pebiliar Heri Hendi-Rusdi berhasil membuat Kaltim bangga. Keduanya berhasil menjuarai turnamen nasional yang di selenggarakan di Bali belum lama ini. Usai hancur lebur saat main di kelas perseorangan.
Perjuangan Heri dan Rusdi untuk sampai babak final lalu menggondol medali emas tidaklah mudah. Yang paling keduanya ingat. Bahwa mereka tidak berbekal alat tempur yang layak untuk melawan pebiliar dengan level berat itu.
Di olahraga biliar. Selain mental dan skill. Perangkat seperti stik terkadang sangatlah menentukan. Ibaratnya, Cristiano Ronaldo tak akan bisa melewati catatan gol Pelle jika di sepanjang kariernya menggunakan sepatu Rp 200 ribuan. Peralatan mendongkrak skill.
Ternyata, tanpa Heri dan Rusdi sadari. Stik yang mereka bawa ke turnamen itu hanyalah stik kelas bawah. Yang kualitasnya kurang mumpuni. Sementara banyak lawannya berbekal perangkat yang jauh di atas milik mereka.
“Ya, paling berkesan adalah soal stik ya, kami menjalani kejuaraan kali ini rupanya dengan kualitas stik paling rendah. Rata-rata pemain yang turun kala itu sudah menggunakan stik mahal,” kata Heri belum lama ini.
Tapi karena tak ingin mengulang kegagalan saat berlaga di kelas single. Pasangan ini terus menggojlok mental mereka sepanjang turnamen. Walau diam-diam saling down ketika melihat stik lawan. Lewat bisik-bisik dan bahasa isyarat. Heri dan Rusdi saling menguatkan. Untuk fokus ke permainan saja.
Mereka lalu memainkan trik-trik ‘nakal’. Di mana selain harus memasukkan bola ke lubang sasaran. Mereka juga sebisa mungkin memarkir bola putih di tempat yang menyulitkan lawan. Hal itu terus-menerus mereka peragakan. Lawan pun dibuat pusing. Dalam situasi tersebut, tentu kualitas stik tak banyak berbicara.
“Apalagi saat final lawan Jabar itu, Mas. Stik mereka kelihatan jauh lebih bagus lho, membuat kami berdua grogi. Tapi ya tekad kita kuat untuk membawa pulang hadiah utama dalam kelas ini,” lanjutnya.
Selain perkara stik, langkah mereka dari babak 32 besar sampai babak puncak tidaklah mudah. Yang paling berkesan adalah partai pada semifinal. Saat itu Heri dan Rusdi harus berhadapan dengan sesama pebiliar Kaltim.
Adalah pasangan Bambang-Pasek yang harus mereka kangkangi untuk mencapai babak final. Pertarungan ini sebenarnya sangat diharapkan terjadi di babak puncak. Tapi justru terjadi di babak 4 besar. Yang walau bagi Kaltim sendiri ini tetaplah sebagai keuntungan. Karena salah satu pasangannya akan berlaga di final. Secara pribadi, keempat atlet tentu memiliki tingkat adrenalin yang berbeda.
Laga pun berlangsung sengit. Karena kedua pasangan ini sudah saling mengetahui karakter permainan lawannya.
“Di babak semifinal pasangan kami ketemu sama pasangan Bambang-Pasek. Sama-sama wakil Kaltim. Tapi alhamdulillah kami yang berhak maju ke final,” ujarnya.
Bagaimana pun, kejuaraan ini sedikit membuka wawasan mereka. Bahwa persaingan di level nasional sangatlah ketat. Sepulangnya dari Bali, motivasi untuk lebih baik itu dijaga dan akan dituangkan pada program persiapan selanjutnya.
Heri mewakili kelima atlet biliar Kaltim untuk PON nanti sepakat. Ingin melakukan latihan di luar daerah. Karena seperti di turnamen ini. Ternyata level permainan atlet biliar luar Kaltim sangat mumpuni. Sehingga mereka berpikir, kalau dalam latihan bisa beradu tanding melawan atlet yang levelnya setara atau di atas mereka. Secara tidak langsung akan mengasah kemampuan para kontingen Kaltim ini.
“Rencana terdekat kami akan diajak sparing ke Jogja, itu bagus sekali untuk menambah jam terbang. Karena kita di Kaltim tidak ada sparing kecuali melalui turnamen lokal. Seperti ketika saat saya mengalami kekalahan dengan lawan handicap di bawah, kekalahannya terjadi dengan sangat mudah, artinya si lawan menang mudah karena diuntungkan dengan aturan kita di sini,” pungkasnya. (frd/ava)