Samarinda, nomorsatukaltim.com – Diperpanjangnya kontrak Teres Puhiri selama 2 musim oleh Borneo FC Samarinda selintas bukan hal yang mengejutkan. Tapi jika dilihat dari sisi sepak bola industri. Kesepakatan ini berarti sangat besar. Bahwa Borneo FC Samarinda masih sangat berkomitmen mempertahankan filosofi yang mereka pegang. Apa sih filosofi mereka.
Borneo FC Samarinda memang bukan klub yang memiliki sejarah panjang dan mendarah daging. Layaknya saudara tua mereka, Persisam yang kini sudah menjadi Bali United itu. Kehadiran mereka begitu instan. Mengakuisisi Perseba Super Bangkalan, bermain di Divisi Utama semusim, lalu promosi ke kasta teratas. Secepat itu.
Yang tentu dalam perjalanannya, proses transisi, terutama soal dukungan suporter – Pusamania. Berjalan lamban namun pasti.
Tak memiliki sejarah panjang bukan berarti sebuah tim sepak bola tak memiliki nilai. Dalam kasus ini, Borneo FC Samarinda dari musim ke musim terus memantaskan diri. Pertama mereka ingin terus berusaha menjadi klub kebanggaan Pusamania, dan Kota Samarinda. Dengan penampilan di atas lapangan hijau. Atau pun dengan inovasi lain di luar sepak bola.
Kedua, Borneo FC Samarinda terus berupaya menjadi klub yang siap bersaing di era industri sepak bola. Ini harus digarisbawahi. Era sepak bola sudah berubah. Paling tidak sejak satu dekade lalu. Tim-tim sepak bola mulai menjajaki diri sebagai sebuah unit bisnis. Di mana klub bisa membiayai seluruh operasional mereka tanpa bantuan pemerintah.
Banyak klub di Eropa misalnya, mulai mendirikan stadion sendiri. Agar lebih mandiri. Dan memiliki kemampuan finansial yang lebih kuat. Pun soal komposisi pemain. Klub rela menghambur miliaran hingga triliunan rupiah hanya untuk mendatangkan 1 pemain.
Ya, pemain adalah investasi dari sebuah investasi besar yang dijalankan klub. Yang tak mampu bersaing secara finansial akibat buruknya pengelolaan investasi. Akan berakhir sebagai klub semenjana. Dan Borneo FC menolak untuk itu.
Pesut Etam lebih mengedepankan pendekatan proyek jangka panjang. Di Eropa, kita pernah dengar Manchester United yang bisa sukses jangka panjang dengan pemain jebolan akademinya. Class of ’92. Yang paling melekat di benak milenial tentu Barcelona dengan La Masianya itu. Jalan itu yang ingin ditempuh Borneo FC. Sembari juga terus mempersiapkan sisi bisnisnya. Agar semakin mapan dan mampu menopang target tim.
Borneo FC Samarinda sebenarnya bisa saja. Membeli banyak pemain bintang. Membentuk Los Galacticos. Dan memenangkan sejumlah trofi bergengsi. Domestik, atau pun internasional. Bisa. Percayalah.
Tapi sekali lagi, bukan itu yang diinginkan mereka. Borneo FC lebih senang memberi kesempatan pemain muda berkembang. Talenta muda berbakat mereka tamping. Mereka yang tak mendapat kesempatan bermain di klub lain yang kebanyakan masih lebih suka memainkan pemain matang dan berpengalaman. Punya kans besar di proyek jangka panjang Borneo FC.
Itu adalah filosofi besar Borneo FC. Sukses dengan pemain binaan. Bukan pemain belanjaan. Walau membeli pemain bintang dan berpengalaman juga tetap mereka lakukan dalam skala kecil. Untuk mengimbangi laju tim menuju target papan atas.
Borneo FC perlahan mulai membuang kebiasaan lama klub Indonesia. Utamanya dalam hal kontrak mengontrak. Beberapa pemain senior mulai di kontrak 2 musim. Pemain muda berbakat malah lebih. Ada yang sampai 4 musim.
Alasan mengontrak jangka panjang itu adalah agar gerak tim stabil. Pemain muda juga punya waktu untuk berkembang. Bisa fokus ke sepak bola.
Kasus Terens Puhiri adalah salah satu penegasan bahwa Borneo FC masih memegang teguh filosofinya itu. Terens memang pemain kelahiran Jayapura, Papua. Tapi sejak level akademi, ia sudah berada di akademi Persisam. Saat Persisam merger dengan Bali. Tak lama berselang, Terens kembali ke Samarinda. untuk membela tim Samarinda lainnya, Borneo FC.
Kiprah Terens di kompetisi level teratas Tanah Air seusia dengan kiprah timnya juga. Sejak debut di ajang ISC pada musim 2015. Sampai kini Liga 1 sudah memasuki edisi kelimanya. Terens tetap membela panji Borneo FC. Klub sama sekali tidak ingin kehilangan pemain 24 tahun itu. Karena menganggap The Flash –julukannya. Adalah sebuah investasi klub. Sekaligus sebagai ikon klub.
Si empunya klub, Nabil Husein yang menegaskan itu. Kehadiran Terens di sisi sayap kanan Borneo diharapkan membuat lini serang mereka kian menakutkan. Dan di luar perkara kualitas, alasan kuat BFCS mengikat Terens lebih lama adalah karena dedikasi dan kesetiaannya. Bukan sebuah rahasia, kalau Borneo FC dalam perjalanannya kerap memiliki pemain asal Papua. Tapi yang hatinya benar-benar Samarinda, ya baru Terens ini.