Gaet Milenial, Dinas Pertanian Manfaatkan Teknologi Modern

Senin 09-09-2019,23:36 WIB
Reporter : Devi Alamsyah
Editor : Devi Alamsyah

Heria Prisni

=========  

Balikpapan, DiswayKaltim.com - Minat generasi milenial menjadi petani sangat rendah. Tak terkecuali di Balikpapan. Dari tahun ke tahun, orang yang menggeluti sektor pertanian terus menurun.

Berdasarkan data Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Balikpapan, jumlah pekerja sektor ini hanya 9.341 orang.

Jumlah itu terbagi 262 kelompok tani. Terdiri dari 147 kelompok tani pangan. 56 kelompok nelayan. 14 kelompok wanita tani. 5 kelompok pengolah hasil. Dan 4 kelompok pembudi-daya perikanan.

Angka itu menurun. Apabila merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan tahun 2018. Jumlahnya tak mencapai 2.500 Kepala Keluarga.

“Memang beberapa tahun terakhir jumlahnya menurun,” kata Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DPPP) Balikpapan, Heria Prisni.

Terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Balikpapan, Achmad Zaini membeberkan. Hasil survei Pertanian Antar Sensus (Sutas) tahun 2018.

Jumlah petani yang tercatat sebanyak 8.646 orang. Dari angka itu, laki-laki masih mendominasi bidang pertanian sebanyak 78 persen. Sedangkan sisanya, 22 persen petani perempuan.

Adapun rumah tangga pertanian berdasarkan jenis usaha utama adalah:

  1. Tanaman padi sebanyak 30 rumah tangga.
  2. Tanaman palawija 633 rumah tangga
  3. Hortikultura 2.342 rumah tangga.
  4. Perkebunan 1.246
  5. Peternakan 1.173 rumah tangga.
  6. Budidaya ikan sebanyak 263 rumah tangga.
  7. Penangkapan ikan 1.218.
  8. Budidaya tanaman kehutanan 2 rumah tangga.
  9. Kehutanan 25.
  10. Dan jasa penunjang pertanian 3 rumah tangga.
 

“Di banding tahun sebelumnya, menurun cukup drastis,” kata Achmad Zaini.

Menurunnya minat masyarakat antara lain karena upah yang murah.

“Buruh tani di wilayah Balikpapan mendapat upah antara Rp 90 ribu – Rp 100 ribu perhari. Tidak sesuai dengan cara kerja dan biaya kebutuhan sehari-hari,” kata Heria Prisni.

Para pemilik lahan cenderung tak punya biaya untuk memberikan upah lebih besar. Mereka menyerahkan pengelolaan kepada anak-anaknya atau turun-temurun.

“Banyak alih fungsi lahan pertanian di luar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),” ucap Heria.

Pada tahun 2017. Luas lahan pertanian di Balikpapan mencapai 15 ribu hektare. Namun tahun berikutnya hanya 10 ribu hektare yang dimanfaatkan untuk pertanian.

Lalu bagaimana upaya meningkatkan minat warga untuk bertani? Belum lama ini DPPP mulai mengenalkan peralatan teknologi pertanian modern. Kultivator.

Dengan peralatan ini, maka cara kerja petani menjadi lebih praktis. Lebih efektif meningkatkan produktivitas pertanian.

Alat dan mesin pertanian modern ini sudah diterapkan di Balikpapan. Kultivator berfungsi mengaduk dan menghancurkan gumpalan tanah yang besar.

Kultivator menggantikan fungsi cangkul atau bajak. Mesin ini digunakan sebelum penanaman dengan tujuan meng-aerasi tanah. Bisa juga untuk menanam benih dan membunuh gulma.

“Kan sekarang para milenial tidak mau kerja capek. Dengan alat kultivator ini hanya berapa jam dapat mengolah satu hektare lahan,” jelas Heria Prisni.

Kultivator seharga Rp 17 juta itu sebagian disalurkan ke petani melalui bantuan APBN.

Pemerintah berharap, melalui teknologi pertanian dapat memberikan dampak pada penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Sehingga semakin banyak generasi muda yang mau menjadi petani. (K/fey/dah)

Tags :
Kategori :

Terkait