Tak Semua Daerah Bisa Terapkan Belajar Tatap Muka Januari 2021

Selasa 24-11-2020,16:47 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Perkara sinyal internet ini sangat mengganggu sistem belajar daring yang selama ini digelar. Transfer ilmu sulit dilakukan, siswa juga kerap kesusahan mencerna materi dari guru ketika jaringan tiba-tiba semelekhete.

“Saat belajar daring, murid tidak memperhatikan pelajaran dengan baik. Guru pun tidak bisa mengontrol situasi itu,” tandasnya.

BONTANG

Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Disdikbud Bontang Saparuddin (Ichwal/ Nomor Satu Kaltim)

Beberapa waktu lalu, Nomor Satu Kaltim pernah membuat liputan khusus. Soal apa saja kendala yang terjadi saat pembelajaran daring. Salah satu fakta yang kami temukan saat itu adalah. Bahwa pembelajaran daring ini bikin orang tua siswa pusing tujuh keliling.

Bukan perkara penyediaan kuota internetnya. Tapi lebih ke teknis belajarnya. Orang tua dituntut untuk turut menjadi guru dan siswa. Ya, mereka harus mengajari anaknya yang selama belajar daring kurang menyerap ilmu dari guru. Juga menjadi siswa, karena ketimbang menuntun anak mengerjakan soal yang menyita waktu memasak dan kerja. Para orang tua memilih mengerjakan sendiri soal anaknya itu.

Itu pun, tidak semua orang tua bisa lakukan. Masih banyak yang kesulitan juga. Terkhusus bagi yang anaknya sudah di jenjang SMP dan SMA. Yang bagi orang tua kelahiran tahun 70 atau 80-an. Sudah sangat tidak relevan lagi.

Hal-hal di atas tak hanya terjadi di Bontang saja. Hampir jadi fenomena nasional. Artinya adalah, selain masalah jaringan internet. Permasalahan lain pun kerap muncul di sistem pembelajaran daring ini.

Dengan keluarnya SKB 4 Menteri ini. Pemkot Bontang pun langsung timang-timang. Sama seperti daerah lain, mereka pun sudah sangat ini kembali membuka sekolah.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Disdikbud Bontang Saparuddin mengatakan, Bontang sudah siap menggelar pembelajaran tatap muka. Tapi dengan syarat. Syaratnya itu yang masih dipikir.

Ada 2 opsi pelaksanaan belajar tatap muka. Opsi pertama hanya membuka kelas tatap muka bagi sekolah yang benar-benar siap saja. Opsi kedua, dengan menerapkan sistem shift.

"Itu yang kita pikirkan, makanya besok mau rapat dulu," ujar Saparuddin kepada wartawan saat ditemui, Senin (23/11/2020).

Nantinya, jika benar-benar terlaksana belajar tatap muka hanya berlangsung 2 jam saja. Selebihnya murid belajar di rumah lagi. Pertemuan dengan guru hanya pemantik. Supaya aktivitas belajar mengajar terpenuhi.

Di dalam kelas pun muridnya dibatasi. Misalnya kapasitas ruangan 36 orang hanya diperbolehkan separuhnya saja.

"Kelas pertama misalnya digelar jam 08.00 Wita nanti jam 10.00 Wita ganti lagi rombongan kelas separuhnya," ungkapnya.

Disdikbud juga masih koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Diskes). Pelaksanaan belajar tatap muka pun akan terus dievaluasi. Jika opsi yang dipilih berhasil. Tidak ada klaster sekolah bisa diteruskan.

"Tapi kalau ada temuan (klaster baru) yah dievaluasi lagi," timpalnya.

Sekolah tatap muka ini tak wajib. Jika khawatir atau takut tidak ada paksaan. Tak ada nilai merah jika absen sekolah. Asalkan tetap mengikuti belajar dari rumah. Toh Kemendikbud juga menyerahkan ke daerah dan orang tua murid.

Tags :
Kategori :

Terkait