Basis Produksi Baru di Dunia, Asia Bisa Jadi Kiblat Ekspor Indonesia

Jumat 06-09-2019,09:18 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Ilustrasi. (ist) Jakarta, DiswayKaltim.com- Ekonom Perdagangan Luar Negeri dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal menilai Asia merupakan kiblat baru yang berpotensi besar. Penguatan dan perluasan kerja sama ke kawasan Asia akan membuat potensi ekspor bisa semakin besar ke depannya. Menurutnya, Asia merupakan pabrik besar baru di dunia. Negara-negara maju di Eropa dan Amerika bahkan sudah menyadari hal tersebut. Karena itulah, banyak negara maju di dua benua tersebut yang mengalihkan basis produksinya ke emerging market yang ada di Asia. “Pemerintah Indonesia pun dilihatnya juga sudah menyadari hal tersebut. Dari sisi arah sudah ke sana,” ujar Fithra kepada INDOPOS di Jakarta, Kamis (5/9/3019). Dari sisi output, pada tahun 2030 mendatang, terutama emerging market di Asia, ada Tiongkok, ASEAN, Jepang, Korea, dan beberapa negara besar lainnya di Asia, itu bisa menyumbang 33 persen hingga 40 persen output dunia. Namun, ia mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan utilisasi kerja sama perdagangan yang sudah dibuat. Sebab, saat ini pemberdayaan dari kerja sama yang sudah dibentuk baru sekitar 30 persen. Sementara, ekonom Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah mengakui bahwa upaya mengekspor produk-produk Indonesia ke negara lain di Asia, bahkan Eropa, sudah dilakukan pemerintah bersama pengusaha Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) beserta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. “Pembukaan pasar dengan beragam perjanjian yang digenjot Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto merupakan hal yang signifikan terlihat,” katanya. Sedang, Mendag menjelaskan, saat ini banyak negara melakukan pembatasan perdagangan atau menerapkan hambatan baik tarif dan nontarif. Karena itulah, Indonesia harus bergerak mencari negara-negara potensial dan menciptakan perjanjian dagang dengan mereka. “Kita tidak mungkin bisa berkompetisi kalau kita tertutup, tidak ada perjanjian,” tutur Mendag. Perluasan pasar terus dilakukan pada tahun ini. Di mana Kemendag menargetkan merampungkan tiga perjanian dagang di kawasan Asia, yakni RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), Indonesia Korea CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement), dan Indonesia Taiwan ECA (Economic Cooperation Agreemen). Dengan begitu, akan ada 17 perjanjian dagang yang telah disepakati Indonesia dalam 5 thaun terakhir. (dai/indopos/eny)  

Tags :
Kategori :

Terkait