Wandi pun segera undur diri. Dan bergegas menuju mobilnya.
****
Keesokan harinya, setelah apel pagi. Wandi Darma menghadiri rapat terbatas bersama unsur pimpinan Punggawa Militer Besar. Waluyo hadir dan memimpin langsung rapat tersebut. Wandi menjelaskan kepada para pimpinan terkait duduk perkara dan catatan timnya atas kasus tersebut.
Peserta rapat akhirnya sepakat. Punggawa Militer Besar akan melakukan pencekalan terhadap para tersangka. Yakni tidak diperbolehkan keluar kota. Ini juga yang menjadi arahan Waluyo, setelah dia berkoordinasi dengan berbagai pihak. Mengingat selama ini para tersangka itu kooperatif memenuhi panggilan penyidik.
Wandi kemudian menyela. Ia mendapat kabar dari timnya di lapangan bahwa satu tersangka keberadaannya belum diketahui. Seorang perempuan bernama Anita Rossy. Ini dari kalangan masyarakat. Anggota sudah memantau rumahnya dan rumah anaknya di kota sebelah. Namun hingga kini belum juga ditemukan.
“Dia ini saksi kunci. Karena menjembatani antara pemerintah dan para pemilik lahan,” jelas Wandi.
Waluyo hanya manggut-manggut mendengar penjelasan anak buahnya itu. Ia tampak santai mendengar laporan tersebut. Menurut pengalamannya, orang seperti Anita Rossy tidak akan lari terlalu jauh. Perempuan paruh baya itu hanya masyarakat biasa yang diperalat. Akses untuk pergi keluar negeri dan menghilangkan jejak sangat terbatas. Paling-paling hanya sembunyi di tempat terpencil untuk sementara waktu.
“Kita lihat seberapa lama dia mampu bertahan,” kata Waluyo. Namun, ia tetap memerintahkan Wandi untuk terus melacak keberaadaannya.
Waluyo juga berpesan, agar proses penanganan kasus ini dapat berjalan dengan cepat. Mengingat sempat mandek. Ketika dua tahun sebelumnya ditangani oleh Punggawa Militer Sektor. Itulah sebabnya kenapa kasus ini diambilalih Punggawa Militer Besar. Waluyo yang memerintahkan langsung.
“Baik, intinya begitu. Dan tolong nanti Bidang Humas menyiapkan keterangan pers. Karena biasanya, saya ditanya-tanya terus soal perkembangan kasus ini,” kata Waluyo.
Sulaiman, kepala Humas Punggawa Militer Besar pun mengangguk. Kemudian undur diri untuk mempersiapkan keterangan pers yang akan digelar pukul 13.00 setelah makan siang. Ia pun memerintahkan stafnya untuk menghubungi Kaum Hermes agar berkumpul di kantin belakang Kantor Punggawa Militer Besar pada jam tersebut.
****
Sulaiman bergegas meninggalkan ruangannya. Menuju kantin belakang kantor Punggawa Militer Besar. Stafnya sudah menginformasikan bahwa Kaum Hermes sudah berkumpul. Ia berjalan cepat menuju lokasi yang dimaksud. Jaraknya hanya 200 meter dari ruangan kerjanya. Lokasi kantin terpisah dari kantor utama. Berada dekat dengan lokasi parkiran tamu.
Abe dan Henry Natan pun hadir di tempat itu. Bagi Henry, ini momen penting yang sudah ditunggu-tunggu. Sebelumnya Henry dan Abe yang getol mengungkap kasus perluasan lahan pertanian tersebut. Sayang jika jumpa pers ini dilewatkan.
“Ini sudah kuorum, Ndan,” canda Abe.
“Kita ngobrolnya sambil makan siang ya. Kali ini makan siangnya gratis,” seloroh Sulaiman.