Melihat itu, Sentot mengambil sebilah kayu. Rupanya ia masih bisa bangkit. Sambil sempoyongan, ia coba mengayunkan itu ke arah Sagat. Namun Sagat dengan santai mundur dua langkah. Dan bersandar di mobil. Kemudian dia menyingkap bajunya. Terlihat sebilah badik. Kemudian ditarik dan diacungkan ke atas. “Ayok, maju..” kata Sagat.
Sentot pun tiba-tiba kehilangan nyalinya. Ciuuttt seketika. Ia hanya mengayun-ayunkan kayu itu tanpa mau menerjang. Nadirin dan Syamsuddin sadar. Jika diteruskan bisa memakan korban jiwa. Apalagi Sagat. Ia terkenal sebagai preman pasar. Dan tak gentar meladeni setiap tantangan.
“Sudah, sudah,” kata Nadirin. “Nanti bisa kita bicarakan baik-baik soal ini”. Sambil membawa Sentot menjauh dari lokasi.
Sementara Syamsudin meminta Sinuhun Ucok melepaskan H Tiwo. Yang masih dalam petengan tangannya. Ucok pun mengancam. Jika berani lagi bertindak seperti itu, maka ia tak segan-segan untuk melakukan tindak kekerasan.
H Tiwo pun dilepaskan. Mereka segera meninggalkan lokasi tersebut. Sementara Ucok, Sagat dan Anita melanjutkan perjalanan ke Bandara Kota Ulin. Anita hampir saja terlambat penerbangan gara-gara peristiwa itu. BERSAMBUNG- Baca selanjutnya; Geledah 2. (ived18)