Ekonomi Amerika di Tangan Trump (2)

Sabtu 07-11-2020,07:25 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Sektor manufaktur terpangkas 2.000 lapangan kerja pada September 2019. Ini merupakan penurunan pertama sejak Maret 2019.

PENILAIAN PENGAMAT

Ahli ekonomi yang hadir dalam forum World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss menilai sektor investasi di AS mengering pada tahun 2019 setelah bersitegang dengan Tiongkok terkait perang dagang.

Kepala Ekonom Bisnis di IHS Markit, Chris Williamson menyebut, konsumen menjadi tulang punggung utama bagi perekonomian AS untuk mendongkrak iklim ekonomi nasionalnya.

Menurutnya, sepanjang tahun 2020, IMF memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh di kisaran 2 persen. Turun dari 2,3 persen tahun 2019. Sementara ekonomi Tiongkok diperkirakan melambat 6 persen. Turun dari 6,1 persen tahun lalu.

Pertumbuhan yang sangat baik justru akan dialami oleh negara-negara emerging: Eropa, Brasil, dan Meksiko. “Kami mungkin berada di posisi rendah sekarang. Kita harus mulai melihat pertumbuhan semakin cepat seiring berjalannya waktu,” kata Williamson.

Ketua EY, perusahaan konsultan AS yang sebelumnya dikenal sebagai Ernst & Young, Kelly Grier menyampaikan, pasar merespons cukup positif setelah adanya kesepakatan perang dagang yang dilakukan oleh Trump dengan Pemerintah Tiongkok.

Lebih banyak pengeluaran bisnis dan rebound dalam pertumbuhan global akan membantu mendorong manufaktur yang sempat mengalami resesi ringan tahun 2018 di AS dan negara-negara lain.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin memperkirakan, lonjakan pertumbuhan di negaranya menyusul penandatanganan perjanjian perdagangan sebagian Tiongkok dan perjanjian perdagangan AS-Meksiko-Kanada.

Sebagian besar ekonom mengatakan, untuk menyelesaikan transaksi perdagangan dengan Tiongkok adalah positif untuk ekonomi. Meski para ekonom tidak mengharapkan guncangan besar dari itu saja.

Kepala Investasi Global dari Guggenheim Investments dan seorang peserta Davos, Scott Minerd menyatakan, setelah 2020, ada kekhawatiran tentang ke mana AS dan ekonomi global akan mengarah.

Suku bunga yang sangat rendah telah berlaku selama lebih dari satu dekade yang akan memiliki efek samping. Bank Sentral mendorong investor menjadi investasi berisiko yang dapat menjadi bumerang.

“The Fed memompa likuiditas ke dalam sistem. Kami memiliki periode seperti ini pada tahun 1998 dan 1999 yang menggelembungkan gelembung internet. Fakta bahwa Fed tampaknya tidak sadar bahwa mereka menciptakan gelembung dalam aset berisiko benar-benar membingungkan,” kata Minerd.

UTANG NEGARA

Dunia dibanjiri utang lagi. Menjelang krisis keuangan 2008, utang perumahan dan konsumen berada pada rekor, menyebabkan gelembung yang akhirnya pecah.

Pada 2019, utang perusahaan ada sekitar 10 triliun dolar AS, tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya. Tidak ada yang tahu berapa lama ini bisa dipertahankan atau apa yang akan terjadi jika suku bunga naik lagi. Minerd juga menunjuk lonjakan real estate komersial sebagai tanda bendera merah.

AS menikmati ekspansi terpanjang dalam sejarahnya yang berlangsung selama 11 tahun. Sementara risiko resesi sebagian besar telah memudar untuk tahun 2020. Ada perhatian yang meningkat pada setiap tanda potensi perlambatan.

“Ada perasaan bahwa meskipun risiko telah surut pada saat ini, bahwa ini adalah pasar bull yang sangat lama untuk ekuitas dan ekspansi ekonomi yang sangat lama,” kata presiden bisnis kekayaan Mercer, Rich Nuzum.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, di antara para pemimpin bisnis global, mengatakan, mereka cukup pesimis. Lantaran menurut survei terpisah terhadap hampir 1.600 eksekutif yang dirilis oleh perusahaan konsultan PwC. Ketidakpastian tentang perdagangan, regulasi, dan pertumbuhan di masa depan semuanya membebani eksekutif.

EKSPANSI EKONOMI

Tags :
Kategori :

Terkait