Kementan Bangun Klaster Pertanian di Kaltim

Minggu 01-09-2019,17:03 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Andi Amran Sulaiman saat FGD di Balikpapan, Jumat (30/8/2019). (Fey/diswaykaltim.com) Balikpapan, Disway Kaltim.com — Kementerian Pertanian akan memulai membangun klaster produksi pangan di seluruh wilayah Kalimantan Timur. Untuk menyokong kebutuhan pangan ibu kota negara baru. Klaster penghasil pangan itu akan dibentuk di 10 kabupetan/kota. Termasuk wilayah Balikpapan yang memiliki lahan paling sedikit. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memperkirakan ibu kota baru memerlukan tambahan 60.000 ton produksi beras yang setara dengan 10.000 hektare lahan. “Pemerintah perlu menyiapkan pasokan bahan pangan di Kaltim lebih awal sebelum pemindahan ibu kota,” katanya, baru-baru ini. Soal lahan pertanian, Amran Sulaiman telah berbicara dengan Gubernur Kaltim, Isran Noor. Hasilnya, Kaltim punya lahan pertanian seluas 50.000 hektare. Karena itu, Amran mengaku tak risau. “Jadi, perkara itu (kebutuhan lahan) selesai. Kami tinggal kirim alat berat ekskavator 10 unit (untuk menggarap lahan),” ujarnya. Klasterisasi produksi pangan dilakukan untuk memasok bahan-bahan makanan pokok. Supaya mengikis ketergantungan bahan pokok daerah lain. Selama ini, kebutuhan pangan di wilayah Kalimantan Timur, utamanya beras. Didatangkan dari Makassar, Sulawesi Selatan dan wilayah Jawa Timur. Mengawali pembentukan klaster pertanian, Kementan akan membangun pembibitan. “Tahun ini juga targetnya (pembibitan). Disesuaikan dengan agroclimate dan agroculture masyarakat setempat,” ujarnya. Tak hanya mempersiapkan kebutuhan pangan di tingkat hulu, Kementan juga telah menyusun konsep sampai ke hilir. Seperti persoalan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pertanian dengan mengembangkan pelatihan penggunaan teknologi. Saat ini, tekan Amran, pertanian tidaklah sesulit dahulu dengan adanya bantuan teknologi. Sebagai pembanding, Amran menggambarkan. “Kalau dulu petani harus bekerja selama 2 bulan—3 bulan di sawah hingga masa panen. Saat ini, bekerja di sawah membutuhkan waktu 5 jam untuk lahan seluas 1 hektare,” kata dia menambahkan, pertanian modern bisa menekan biaya hingga 50 persen. Kemudian soal distribusi hasil panen melalui model koperasi korporasi. Dimulai dari koperasi kecil yang membentuk gabungan kelompok tani. Dilanjutkan menjadi koperasi lebih besar dan membentuk korporasi. “Gabungan koperasi menjadi korporasi ini akan bisa melindungi petani,” imbuh Amran. Lahan pertanian di Kalimantan Timur memiliki kondisi lahan dengan tingkat keasaman tinggi dengan kelas tanah 2 hingga kelas tanah 3. Namun Amran meyakini hal itu bukan persoalan, lantaran bisa diselesaikan dengan menciptakan bibit yang beradaptasi dengan lahan baru. Dia mencontohkan uji coba kondisi rawa di Kalsel dan Sumsel telah berhasil dilakukan. Kondisi tersebut juga bisa dilakukan dengan teknologi water management, melakukan pencucian air secara bergiliran hingga bisa menormalkan tingkat ph lahan. “Sudah berhasil dilakukan di atas lahan seluas 150.000 hektar. Itu bisa diterapkan di Kaltim,” kata Amran, optimis. Jumlah penduduk di Kaltim diperkirakan akan meningkat menjadi 5 juta jiwa pada saat ibu kota negara baru diresmikan pada 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, saat ini jumlah penduduk Kaltim sebanyak 3,5 juta jiwa. (k/fey/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait