Sebuah makalah menemukan, di Hong Kong, sekitar 20 persen orang bertanggung jawab atas 80 persen penularan. Hampir 70 persen kasus tidak menginfeksi 1 orang pun.
Akan tetapi, akhirnya kemungkinan seseorang tertular akan meningkat bila semakin sedikit tindakan pencegahan. “Mayoritas masuknya virus ini diperkirakan akan punah dengan sendirinya. Tetapi jika Anda mengizinkan cukup banyak dari mereka, pada akhirnya salah satu dari mereka tidak akan (selamat dari virus),” kata Hanage.
TIDAK CUKUP
Dalam studi yang saat ini sedang ditinjau, epidemiolog di T. H. Chan School of Public Health Harvard, William Hanage, membuat simulasi yang menguji gagasan: pengujian tes saja sudah cukup.
Mereka menyimulasikan komunitas yang yang tertular dengan virus. Kemudian mencontoh apa yang terjadi jika seseorang menguji semua pasien yang melewati pintu fasilitas perawatan kesehatan, mengumpulkan yang dites positif, dan membatasi interaksi mereka dengan petugas perawatan kesehatan dan staf lain.
Mereka membandingkan pendekatan tersebut dengan meluasnya penggunaan alat pelindung diri. Termasuk masker wajah, pelindung wajah, kacamata, sarung tangan, dan gaun, tanpa pengujian. Simulasi ketiga adalah menggabungkan 2 strategi tersebut.
Intinya, simulasi menunjukkan pengujian saja tidak cukup. Virus masih masuk. Itu memicu wabah saat itu. “Namun menurut saya, kita tidak memerlukan model untuk membuat argumen bahwa mengurangi semua potensi rute penularan itu bermanfaat jika Anda benar-benar ingin menghentikan virus masuk ke jaringan Anda,” tutur Hanage. (cnn/qn)