Jokowi: Perekonomian RI Tak Seburuk Negara Lain

Senin 05-10-2020,10:52 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Seperti diketahui, ekonomi Indonesia sudah mengalami penurunan saat itu. Dari biasanya PDB Indonesia berada di kisaran 5 persen. Turun menjadi 2,97 persen pada kuartal I-2020. Penurunan terus berlanjut ke kuartal II yang realisasinya minus 5,32 persen.

“Ini sudah jelas resesi. Tetapi dalam menilai resesi ini penting untuk melakukan perbandingan yang fair,” kata Febrio dalam media briefing virtual dengan BKF, Kamis (1/10).

Dalam kesempatan yang sama, Febrio mengungkapkan, perlambatan aktivitas ekonomi menjadi tanda jelas terjadinya resesi. Tahun ini, dia memperkirakan ekonomi indonesia akan mengalami kontraksi dalam kisaran minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen.

Proyeksi tersebut direvisi dari angka sebelumnya, yakni minus 1,1 persen sampai 0,2 persen.

“Kita lihat di kuartal I sudah turun. (Namun) kita belum bisa katakan resesi. Karena belum tahu berapa lama. Sekarang, kita melihat kuartal II melemah. Kuartal III melemah. Ternyata kuartal I sudah terjadi perlambatan dan ini berkelanjutan,” paparnya.

Hal ini tidak hanya dialami Indonesia. Febrio mengungkapkan, beberapa negara bahkan mencatatkan resesi yang lebih parah dari Indonesia.

Dia mengambil contoh India yang tercatat minus 24 persen atau negara-negara lainnya yang mayoritas ekonominya terkontraksi di kisaran 10 persen sampai 15 persen.

Febrio menekankan, meski Indonesia mengalami resesi, namun cara melihatnya harus menggunakan perpektif yang luas. Apalagi jika ekonomi Indonesia hanya minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen. Kondisi ini jauh lebih baik dengan kondisi perekonomian negara-negara di atas.

“Kita mengatakan bahwa ini adalah masalah yang sangat berat. Tetapi kita juga melakukan targeting dan tetap berhati-hati,” tukasnya.

***

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani mengatakan, dengan adanya risiko resesi tersebut, jumlah pengangguran di Indonesia bakal meningkat hingga 5 juta orang.

“Pertumbuhan ekonomi di minus 1,7 persen dan 0,6 persen akan meningkatkan kemiskinan dan pengangguran secara signifikan. Sekarang jumlah pengangguran kurang lebih 7 juta orang. Dan akan bertambah lebih dari 5 juta,” jelas Rosan ketika memberikan penjelasan dalam diskusi virtual, baru-baru ini.

Di sisi lain, setiap tahun di Indonesia ada tambahan 2,24 juta orang yang membutuhkan lapangan kerja baru. Selain itu, berdasarkan data ketenagakerjaan saat ini, ada 8,14 juta orang yang setengah penganggur dan 28,41 juta orang pekerja paruh wkatu. Dengan demikian, setidaknya ada 46,3 juta orang yang tidak bekerja secara penuh.

“Atau 33,59 persen. Angka ini cukup baru. Dan dari data Kemenkeu, akan ada tambahan 4 juta hingga 5 juta pengangguran akibat COVID-19,” jelas Rosan.

Dia pun menyoroti kinerja sektor-sektor industri di Indonesia yang berkontribusi terhadap minusnya pertumbuhan ekoomi Indonesia. Dia mengatakan, sektor perdagangan dan pengolahan, sebagai 2 sektor dengan jumlah tenaga kerja yang besar kinerjanya tercatat kontraksi sebesar minus 7,57 persen dan minus 6,19 persen pada kuartal II lalu.

Selain itu, sektor akomodasi dan makanan pinuman bakan mengalami kontraksi 22,02 persen serta industri transportasi hingga minus 30,84 persen. “Makanan dan minuman mengalami kontraksi besar. Tekanan terhadap tenaga kerja sangat besar. Oleh karena itu, langkah-langkah ke depan dalam penciptaan lapangan kerja menjadi penting,” ujar dia.

Tags :
Kategori :

Terkait