Ancaman Krisis saat Pandemi

Sabtu 19-09-2020,16:12 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Pandemi corona yang berkepanjangan akan menciptakan pola pemulihan ekonomi “U shape” bahkan “L shape”. Kedua pola ini menandakan ekonomi butuh waktu atau sama sekali tidak pulih seperti sebelum terjadi pandemi.

“Itu best scenario. Pandeminya reda dan ekonominya pulih. Artinya penambahan COVID-nya melambat dan resesinya cuma 2 atau 3 kuartal. Jadi, itu masih U shape pendek ya. Berarti enggak sampai setahun,” katanya.

Meski begitu, Berly meminta masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan jika Indonesia resesi. Pasalnya, resesi hanya masalah angka atau statistik. Dia mengatakan, yang paling penting saat ini adalah pemerintah harus menjamin kebutuhan masyarakat di tengah pandemi. Khususnya kelompok 40 persen termiskin.

“Kalau resesi kenapa? Itu hanya angka. Yang penting orang hidup dulu. Yang penting 20-40 persen masyarakat dilindungi. Ini memang tidak bisa tambah makmur. Jadi justru kita tidak takut resesi,” katanya.

“Prioritasnya melindungi dulu. Jadi harus memilih. Ya melindungi. Ya tidak apa-apa kalau negative. Yang penting yang mati sedikit dan penularan sedikit,” tambahnya.

Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sekaligus Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin menyatakan, hingga akhir September, pihaknya menargetkan penyaluran anggaran pemulihan ekonomi sebesar Rp 100 triliun.

Hal itu dilakukan dalam upaya menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2020. Seperti diketahui, di kuartal II pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah minus. Apabila di kuartal III kembali minus, maka Indonesia resmi masuk jurang resesi.

Sejauh ini, secara kumulatif anggaran PEN sebanyak Rp 695 triliun telah tersalurkan sebesar Rp 240,9 triliun. Rp 87,5 triliun di antaranya sudah disalurkan Satgas PEN. Jumlah inilah yang akan ditingkatkan menjadi Rp 100 triliun hingga penghujung September.

“Akhir September adalah akhir kuartal III. Untuk jaga pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebisa mungkin bisa di kisaran yang sama dengan angka kuartal III tahun lalu. Kami usaha keras. Agar dari Rp 87,5 triliun yang kami salurkan bisa ditingkatkan sampai Rp 100 triliunan di akhir September ini,” ungkap Budi dalam konferensi pers virtual via YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (16/9).

Budi menjelaskan, dengan menyalurkan dana Rp 100 triliun, dapat berdampak Rp 200 triliun pada GDP nasional di kuartal III.

“Saya bukan ahli ekonomi. Tapi dikasih tahu sama teman-teman di ekonomi, kalau pemerintah menyalurkan uang Rp 100 triliun, dampak ke GDP-nya itu dikalikan angka fiscal multiplier yang sekarang besarnya 2,1. Dampaknya sekitar Rp 200 triliunan,” ungkap Budi.

“Itu sebabnya mengapa kita kejar penyaluran Rp 100 triliun. Sehingga mudah-mudahan bisa berikan dampak GDP sekitar 2,1 kali Rp 100 triliun atau sekitar Rp 220 triliun,” tambahnya.

BELUM PULIH

CORE memprediksi ekonomi Indonesia minus 1,5 persen hingga minus 3 persen. Angka ini lebih dalam dari proyeksi pemerintah yang hanya meramalkan ekonomi Indonesia tahun ini minus 0,2 persen hingga minus 1,1 persen.

Direktur Eksekutif CORE, Mohammad Faisal mengatakan, ekonomi Indonesia belum akan kembali positif pada kuartal III dan kuartal IV-2020. Pasalnya, kasus penularan virus corona masih terus berlanjut dan bahkan makin meluas di dalam negeri.

Ia menilai, kontraksi ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV-2020 berpotensi lebih dangkal dari kuartal II-2020. Namun, Faisal tak menyebut secara pasti potensi kontraksi ekonomi pada sisa kuartal tahun ini.

Tags :
Kategori :

Terkait