Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Pasar Inpres semakin sepi. Pedagang mengeluhkan sepinya pendapatan mereka selama masa pandemi.
Jika sebelum adanya corona mereka bisa meraup untung sampai Rp 3 juta perhari dari wisatawan lokal maupun mancanegara, kini terpaksa gigit jari. "Selama ini kan kita bergantung dari acara-acara pariwisata. Selama COVID ini kan tidak ada," ujar Eva, salahsatu pedagang aneka cinderamata khas Balikpapan, saat ditemui, Jumat (11/9/2020).
Pasar Inpres berada tepat di depan Plasa Kebun Sayur. Tepatnya di Jl. letjen Suprapto, Balikpapan Barat. Biasanya tempat ini menjadi salahsatu destinasi wisatawan lokal dan mancanegara untuk berburu cinderamata khas Kalimantan. Mulai dari pakaian bermotif batik dayak, hingga perhiasan manik-manik dan batu cincin dengan aneka bentuk, ada di sana.
Tak jarang tamu-tamu DPRD Balikpapan yang datang dari luar daerah, atau tamu dari kalangan birokrat, akan diantarkan ke pasar Impres untuk sekedar berwisata atau berbelanja oleh-oleh.
Sementara itu, untuk kunjungan penduduk lokal juga terus merosot. Dalam sehari, Eva hanya menyebut ada 7 sampai 10 orang yang melewati kiosnya. Tak banyak yang membeli barang-barang seperti aksesoris kalung dan sejenisnya, dalam kondisi perekonomian masyarakat yang belum membaik pasca kehadiran corona di Balikpapan.
Eva dan beberapa pedagang lainnya mengaku tak menyangka jika masa pandemi bisa berlangsung lama. Kebanyakan dari mereka tidak siap dengan keadaan ini, sehingga beberapa ruko di Pasar Inpres tampak lengang atau tidak berjualan, lantaran pemiliknya sudah gulung tikar. "Iya kita coba bertahan saja ini mas," ujar salahsatu pedagang perhiasan manik-manik yang tak ingin disebut namanya. (ryn/boy)