Jakarta, nomorsatukaltim.com - Peneliti ekonomi senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI, Eric Sugandhi, memprediksi inflasi sepanjang 2020 akan berkisar 2,5 persen secara year on year (yoy) dibanding 2019. Perkiraan ini melemah dibandingkan proyeksi sebelumnya di rentang 3 persen (yoy).
Eric menyebutkan, turunnya prediksi inflasi ini sejalan dengan lemahnya sisi permintaan. “IKS merevisi proyeksi angka inflasi pada 2020 ke 2,5 persen yoy. Dari sebelumnya 3,0 persen yoy,” katanya seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (7/9).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Agustus 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen secara month-to-month (mtm) atau inflasi sebesar 1,32 persen (yoy). Deflasi terjadi karena kombinasi dari peningkatan pasokan barang dan jasa selama pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru dan masih lemahnya permintaan barang dan jasa oleh rumah-rumah tangga.
Bank Indonesia juga telah memperkirakan deflasi pada September akan berlanjut: sebesar 0,01 persen (mtm). Adapun inflasi pada September 2020 secara tahun kalender sebesar 0,92 persen (ytd) dan secara tahunan sebesar 1,46 persen (yoy).
Penyumbang utama deflasi diperkirakan berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar minus 0,05 persen (mtm), bawang merah sebesar minus 0,03 persen (mtm), cabai merah dan telur ayam ras masing-masing sebesar minus 0,02 persen (mtm).
Selain itu, beberapa komoditas lain seperti cabai rawit, jeruk, dan emas perhiasan juga menyumbang deflasi dengan masing-masing sebesar minus 0,01 persen (mtm). Di sisi lain, komoditas penyumbang inflasi di antaranya bawang putih dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen mtm. (tmp/qn)