Penemuan Bangkai Penyu di Pulau Derawan Jadi Alarm Lemahnya Perlindungan Satwa Ikon Wisata Berau
Bangkai penyu dengan luka yang terdampar di depan penginapan di Pulau Derawan, Berau. -Istimewa/@derawanfisheries-
BERAU, NOMORSATUKALTIM – Temuan seekor penyu mati di perairan Pulau Derawan memicu keprihatinan sekaligus kekecewaan warga setempat.
Satwa yang dilindungi undang-undang itu dinilai belum mendapatkan perlindungan maksimal, meski Derawan dikenal sebagai salah satu kawasan wisata bahari unggulan di Kabupaten Berau.
Sebelumnya, dalam sebuah video yang beredar di media sosial pada Kamis (18/12/2025) memperlihatkan seekor bangkai penyu terdampar di depan salah satu penginapan.
Pada video tersebut terlihat jelas pada bagian cangkang penyu tampak luka yang diduga kuat akibat benturan baling-baling kapal atau speedboat yang kerap melintas di kawasan wisata tersebut.
Pemilik penginapan sekaligus pihak yang pertama kali menemukan penyu tersebut, Harry Gunawan, mengaku kecewa atas kejadian itu.
Ia menilai sejumlah lembaga yang selama ini dikenal aktif dalam isu konservasi belum menunjukkan upaya perlindungan penyu secara menyeluruh.
“Sebagai warga asli Derawan, saya kecewa. Kita tahu di sini ada BKSDA, WWF, Yayasan Penyu Indonesia, dan Berau Foundation. Tapi yang saya lihat, perlindungan lebih fokus pada pencurian telur saja. Untuk perlindungan penyu di laut sendiri, hampir tidak ada tindakan nyata,” ujar Harry kepada Nomorsatukaltim, Kamis 18 Desember 2025.
Harry menyebut, kasus kematian maupun luka pada penyu bukanlah kejadian baru di Pulau Derawan.
BACA JUGA: Mahasiswa Unmul Terlibat Aksi Naik Penyu di Derawan, Kampus Siapkan Sanksi Pengurangan Nilai
Berdasarkan pengamatannya di lapangan, kondisi penyu di wilayah tersebut justru jauh lebih memprihatinkan dibandingkan pulau-pulau lain di sekitarnya.
“Sekitar 50 persen penyu di Derawan cangkangnya sudah cacat. Banyak yang rusak karena baling-baling kapal, bahkan ada yang tangannya putus. Ini berbeda dengan penyu di Maratua, Kakaban, Sangalaki, atau Kaniungan,” katanya.
Sebagai pelaku usaha perjalanan wisata, Harry mengaku kerap melihat langsung kondisi penyu yang terluka maupun mati.
Namun hingga kini, ia belum melihat adanya langkah serius dari lembaga terkait untuk menangani persoalan tersebut secara menyeluruh.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

