Titah Sultan Aji Muhammad Arifin, Iringi Pendirian Tiang Ayu pada Prosesi Erau 2025
Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-21,Aji Muhammad Arifin mengeluarkan titah saat prosesi pendirian tiang ayu pada gelaran Erau 2025.-Ari Rachiem/Nomorsatukaltim-
Juru Bicara Kesultanan, Pangeran Aji Noto Negoro Heriansyah menjelaskan, bahwa prosesi tiang ayu selalu menjadi pembuka sakral Erau.
Tiang ayu sendiri adalah simbol tombak warisan leluhur, yang harus didirikan oleh laki-laki dengan jumlah ganjil, demi menjaga keseimbangan adat.
BACA JUGA: Kesultanan Kutai Kartanegara Pastikan Erau 2025 Dihadiri Menteri Pariwisata
“Dalam adat, angka ganjil dipercaya membawa keseimbangan dan kekuatan. Tiang ayu ini bukan sekadar kayu penopang, melainkan lambang kehidupan yang akan menjadi penjaga selama Erau berlangsung,” jelasnya.
Ia juga menguraikan falsafah agung Kesultanan yang dikenal dengan sebutan empat buncu pasak bumi. Falsafah ini adalah pondasi utama kerajaan yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
“Empat buncu pasak bumi terdiri dari adat, adab, berbudaya, dan beragama. Adat adalah fondasi kegiatan seperti erau, kawinan, hingga tasmihan. Adab lebih tinggi dari ilmu, mengajarkan hubungan antara manusia, guru, murid, orang tua dan anak. Berbudaya berarti menjaga tari-tarian dan warisan kita sendiri. Dan bersyarah adalah agama, dari Hindu hingga Islam yang hidup di tanah Kutai,” tuturnya.
Kesultanan juga memegang teguh semboyan Bhinneka Tunggal Swaka, yang berarti berbeda-beda tetap mengabdi pada satu.
BACA JUGA: Festival Erau 2025 Kutai Kartanegara: Kepala Daerah se-Kaltim dan Sultan se-Indonesia akan Hadir
Filosofi itu menjadi panduan hidup masyarakat Kutai, yang beragam namun tetap menyatu dalam kesetiaan pada adat dan negeri.
“Hidup berkalang amanah, mati berkalang tanah. Itu pesan leluhur. Bahwa hidup harus dijalani dengan kejujuran, sedangkan tanah Kutai kelak akan menjadi saksi terakhir bagi kita,” jelasnya.
Festival Erau Adat Kutai 2025 akan berlangsung selama sepekan penuh. Berbagai prosesi adat, upacara sakral, hingga pertunjukan seni budaya akan meramaikan Tenggarong.
Namun bagi rakyat Kutai, Erau bukan sekadar pesta, melainkan jiwa dari adat yang diwariskan sejak ratusan tahun lalu.
BACA JUGA: Kurasi Ketat UMKM Warnai Persiapan Expo Erau 2025
“Erau adalah roh budaya Kutai. Selama tiang ayu masih berdiri, maka marwah adat dan identitas kita tetap kokoh di tengah zaman yang berubah,” pungkas Heriansyah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
