TCM Sempat Beda Hasil

TCM Sempat Beda Hasil

Iswahyudi

Tanjung Redeb,Disway – Sempat terjadi perbedaan hasil pemeriksaan sampel antara Tes Cepat Molekuler (TCM) RSUD dr Abdul Rivai, dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Kalimantan Timur, sampel Berau-50 dipertanyakan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan TCM, sampel Berau-50 dinyatakan negatif. Namun, hasil pemeriksaan PCR Labkesda dinyatakan terkonfirmasi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pada 11 Juli.

Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi mengatakan, hal tersebut bisa saja terjadi. Menurutnya, semua tergantung pengambilan sampel dan hal-hal teknis lainnya. Maka dari itu, pihaknya melakukan pengujian sampel swab dua kali.

Dikatakannya, ada dua alasan kenapa sampel tersebut dikirim ke Labkesda Provinsi. Yang pertama, sampel tersebut dijadikan pembanding antara hasil dari TCM dengan PCR.

Dan yang kedua, untuk menghemat cartridge TCM.

Kendati demikian, pemeriksaan berdasarkan TCM tetap bisa dipercaya dan dinyatakan akurat. Pasalnya, alat tersebut ada karena rekomendasi dari Kementerian Kesehatan.

“Hasil TCM itu bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya kepada Disway Berau, Senin (13/7).

Menurutnya, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi, kenapa hasil TCM berbeda dengan hasil PCR Labkesda. Salah satu yang paling memungkinkan adalah, saat dilakukan pemeriksaan TCM terhadap sampel swab Berau-50, virus tersebut belum muncul. Sehingga hasil yang tercatat dari TCM, orang tersebut tidak terkonfirmasi. “Bisa saja begitu,” imbuhnya.

Dia menegaskan, bahwa hasil dari TCM tersebut bukan tidak akurat. Sehingga, beberapa pasien yang sudah dinyatakan sembuh, bisa dipastikan terbebas dari paparan COVID-19.

“Seandainya sampel Berau-45 itu diperiksakan kembali di TCM, hasilnya pun pasti terkonfirmasi. Ya karena memang munculnya virus itu waktunya berbeda-beda,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur RSUD dr Abdul Rivai, Nurmin Baso mengatakan, pihaknya masih belum memastikan untuk pembelian alat PCR.

“Ini masih belum tahu kami. Apakah akan kami beli atau seperti apa,” ujarnya kepada Disway Berau, belum lama ini.

Ia mengatakan, anggaran untuk pembelian alat tersebut telah disiapkan. Sekira Rp 1,5 miliar, untuk membeli alat PCR dan perlengkapan lainnya.

“Anggaran kami sudah dipertimbangkan dan sudah diajukan,” katanya.

Untuk pengadaan alat, pihaknya masih harus melakukan pembenahan laboratorium terlebih dahulu. Namun, hingga saat ini, renovasi masih belum dilaksanakan. Renovasi laboratorium nantinya akan dilaksanakan sesuai standar laboratorium PCR.

“Itu pun belum kami renovasi. Kami juga masih harus mempertimbangkan dan melihat perkembangan kasus COVID-19 di Berau,” tegasnya.

Jika dilihat dari perkembangan kasus saat ini, dan ada wacana untuk dilakukan pemeriksaan massal, maka alat tersebut harus segera dibeli. Hal itu untuk mempermudah dan mempercepat proses pemeriksaan.

“Kalau belum ada alat itu, berarti nanti sampel akan dikirim,” ungkapnya.

Nurmin mengungkapkan, jika alat tersebut telah didatangkan, pihaknya masih harus menentukan harga untuk sekali PCR. Pasalnya, di setiap daerah, harga selalu berbeda.

“Kalau di RSUD Abdul Wahab Sjaranie, itu harganya sekira Rp 1,9 juta. Sedangkan di Labkesda sekira Rp 1,6 juta,” tuturnya.

Menurutnya, perbedaan harga dipengaruhi oleh harga regen yang dibeli. Pasalnya, ada beberapa jenis regen yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

“Itu hanya kemungkinan saja. Kami pun tidak tahu apa yang memengaruhi harga,” bebernya.

Lanjut Nurmin, kemungkinan nantinya harga satu kali pemeriksaan PCR di Berau, akan sedikit lebih mahal.

Dikarenakan jarak atau biaya pengiriman alat dan regen.

“Mungkin di harga Rp 2 juta,” pungkasnya. (*/fst/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: