Air Kolam Tambang, Solusi PDAM Bontang dalam Mengatasi Krisis Air
Teknologi bisa mengubah yang tak mungkin, jadi mungkin. Upaya PDAM Bontang memenuhi air baku warga dari eks galian tambang bukan barang baru. Di sejumlah daerah sudah melakukan itu. Yang paling dekat di Kutai Timur (Kutim). Tapi, masukan dari Jatam perlu dipertimbangkan. Agar maslahat bagi warga Bontang.
---------------------------
KONDISI air tanah di Kota Bontang terancam. Statusnya rawan. Satu tahap lagi kondisinya naik menjadi kritis air. PDAM Tirta Taman harus mencari sumber air baku. Selain air tanah. Agar kelangsungan hidup di Bontang tetap berjalan secara seimbang.
Sumur di WTP Kanaan II sudah ditutup. Penutupan terpaksa dilakukan, karena permukaan dinding sumur dalam ini runtuh. Air bercampur dengan pasir.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bontang pun telah memetakan lokasi sumur di Kanaan sebagai zona merah. Tidak diperbolehkan lagi tambahan sumur bor baru di wilayah ini.
Kebutuhan air baku dari permukaan memang prioritas pemerintah. Bontang sebenarnya punya air permukaan. Tapi hanya anak sungai. Debit airnya sangat kecil. Tidak mampu memenuhi kebutuhan air baku di kota itu.
Di wilayah Kanaan juga terdapat danau buatan. Luasannya 8 hektare. Tingkat kedalaman hanya 6 meter. Tidak cukup memenuhi kebutuhan air untuk PDAM Bontang, yang setahun memerlukan 1 juta kubik.
Tawaran dari PT Indominco Mandiri (IMM) cukup menggiurkan. Void atau kolam air bekas tambang punya kapasitas air jutaan kubik, mampu memenuhi kebutuhan air baku di Bontang.
Tapi, lagi-lagi PDAM harus hati-hati. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim menyebut air kolam tambang itu berbahaya. Banyak kandungan logam berat. Apabila dikonsumsi secara terus menerus bisa berkaibat fatal.
Namun Indominco Mandiri punya alasan lain. Penerapan teknologi pengelolaan air dari kolam tambang mampu menetralisir racun. Kualitasnya layak dikonsumsi. Bahkan sudah dipraktikkan di lokasi tambang.
Sebetulnya ini bukan barang baru. Sebelumnya, PT BUMI Resources melalui anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) sudah melakukan itu di Kutai Timur (Kutim). Mengolah air bekas galian tambang untuk dimanfaatkan sekitar 8.000 KK. Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Kudungga memiliki kapasitas 100 liter per detik. Seperti yang dilansir Bisnis.com akhir 2019 lalu.
MASIH TAHAP UJI
Rencana pemanfaatan air kolam tambang bisa menjadi solusi. Tapi sumber air baku harus dipastikan bebas dari kandungan zat berbahaya buat manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: