Masih Zona Kuning, Sekolah di PPU Belum Boleh Belajar Tatap Muka

Masih Zona Kuning, Sekolah di PPU Belum Boleh Belajar Tatap Muka

PENAJAM, DiswayKaltim.com - Karena masih berada di zona kuning, sekolah di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) belum akan menggelar kegiatan belajar mengajar tatap muka.

Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) PPU Alimuddin. Setelah menerima panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran dan tahun akademik baru di masa pandemi Coronavirus Disease (COVID-19).

"Karena masih zona kuning, kami berpegangan pada pedoman itu. Maka tidak ada kegiatan di sekolah. Kita tetap melanjutkan metode belajar jarak jauh atau belajar via daring," katanya ditemui Disway Kaltim di ruangannya, Selasa (16/6).

Dari pedoman yang dikeluarkan lewat keputusan bersama empat menteri itu, mengizinkan pemerintah daerah membuka kembali sekolah yang berada di zona hijau berdasarkan status.

Hal itu, bisa diterapkan pula di PPU jika saja terjadi perubahan zona menjadi hijau. Namun begitu, kebijakan tetap menjadi kewenangan pemerintah daerah.

"Kebijakan dari Pak Bupati, kita tunggu kondisi normal baru kita sekolah. Jangan coba-coba mengambil kebijakan yang memiliki risiko tidak baik terhadap generasi muda kita," terangnya.

Apalagi, lanjutnya, PPU merupakan daerah transit. Mesti perlu ada kewaspadaan lebih terkait persoalan pandemi. "Kita tidak mau juga ada klaster sekolah," imbuhnya.

Untuk diketahui dari panduan tersebut, daerah yang berada di zona kuning diprediksi baru bisa menggelar belajar mengajar tatap muka sekira Juli untuk tahap pertama. Setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke atas. Lalu tahap selanjutnya setingkat Sekolah Dasar (SD) dua bulan setelahnya, pada September. Dilanjutkan tahap ketiga untuk setingkat Taman Kanak-kanak pada awal 2021.

Adapun dalam penerapan tahapan menuju new normal, tiap sekolah di bawah naungan Disdikpora PPU telah siap. Mulai dari sarana dan prasarana.

Kebutuhan ruangan yang hanya memperbolehkan berisikan 50 persen dari kapasitas ruangan, serta alat penunjang kesehatan di tiap sekolah. Sekira 80 persen prasarana kesehatan di sekolah sudah siap.

Namun begitu, kata Alimuddin tak mudah untuk menerapkan kedisiplinan akan protokol kesehatan untuk peserta didik juga pengajarnya.

"Jika kondisi menjadi hijau, tidak mudah juga menerapkan itu. Meski secara infrastruktur siap, tapi secara attitude masyarakat saya rasa belum siap. Itu yang belum bisa dijamin. Apakah kita mampu atau tidak," ujarnya.

Hal itu, sambungnya, akan menjadi perhatian lebih. Oleh karenanya, pihaknya juga terus melakukan sosialisasi penerapan protokol kesehatan. "Kita lakukan sosialisasi yang efektif. Yang kita lakukan ialah sosialisasi terhadap para guru," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: