Air PDAM di Samarinda Masih Akan Bergilir

Air PDAM di Samarinda Masih Akan Bergilir

Untuk wilayah lain yang belum teraliri atau bermasalah dengan distribusi air seperti wilayah Sambutan, akan teratasi ketika IPA Sungai Kapih dan IPA Makroman selesai. Ia berharap, akhir tahun sudah beroperasi. Walaupun dengan dana seadanya, karena wabah COVID-19.

Anggaran awal yang diberikan untuk pembangunan dua IPA tersebut sebesar Rp 55 miliar. Tapi, dipotong untuk penanganan COVID-19. Dengan dana yang ada, ia harus berhemat. Sampai kedua IPA tersebut beroperasi.

“Kemungkinan keduanya tidak memiliki pompa. Untuk itu, pompa cadangan nanti akan pindahkan kesana. Mungkin kapasitasnya 50 liter per detik. Atau 100 liter per detik. Terpenting, IPA tersebut bisa digunakan dulu. Kapasitas IPA tersebut masing-masing 200 liter per detik,” sebutnya.

TARIF SUDAH MURAH

Terkait tarif, kata dia, sebagian warga Kota Tepian mungkin mengeluh. Lantaran, tarif yang mahal menurut warga. Tapi, dengan pelayanan yang tidak maksimal.

Hal itu ditanggapi santai oleh Ali Rachman. Menurutnya, tarif air per kubik di Samarinda masih murah ketimbang daerah lain.

Per kubik hanya di patok paling rendah Rp 4 ribu dan paling tinggi Rp 5 ribu. Harga ini masih memakai aturan harga yang ditetapkan 2016 lalu. Sementara daerah lain seperti Kutai Kartanegara dan Balikpapan sudah mencapai Rp 6 ribu per kubik.

“Jauh harganya. Bahkan, di daerah lain juga masih merasakan penjatahan air. Kalau di Samarinda misalnya hanya penjatahan Senin dan Kamis. Tapi, kalau di daerah lain malah Senin, Rabu dan Kamis,” tegasnya.

Tapi dengan nominal tersebut, Ali mengaku PDAM masih bisa untung. Keuntungan mereka berkisar Rp 800 sampai seribu rupiah. Namun keuntungan tersebut tiap tahun semakin kecil. Karena, harga-harga bahan baku, setiap tahunnya terus naik.

Dengan keuntungan yang ada, PDAM Tirta Kencana Samarinda bisa menyetor PAD ke pemerintah kota sebesar Rp 8 miliar di 2019. Tahun sebelumnya, Rp 7 miliar. Karena itu, ia pun meminta agar dibantu untuk melakukan pembangunan IPA.

Ia meminta kepada Pemerintah Kota Samarinda, karena bukan ranah PDAM untuk pembangunan pengolahan itu. PDAM hanya sebagai operator. Pemilik ialah pemerintah kota. “Kami punya untung sekian. Tolong diolah. Bangunkan kami pengolahan. Agar, kami bisa memberikan kepada masyarakat,” pintanya.

Saat ini cakupan pelayanan masih 72 persen dari jumlah penduduk di Kota Tepian. Targetnya tahun depan bisa mencapai 75 bahkan 80 persen jumlah penduduk. Sisa 20 persennya bisa dengan non perpipaan. Yaitu mobilisasi.

Untuk melayani jumlah tersebut, kapasitas produksi PDAM saat ini mencapai 2.500 liter per detik. Terjadi naik dan turun kapasitas produksi bergantung kepada kualitas air baku yang ada di Sungai Mahakam. Pastinya, berpengaruh kepada bahan produksi yang besar.

Ke depannya, angka ini pasti akan bertambah. Bertambahnya produksi, tentunya juga bertambah juga keuntungan. Walaupun sedikit angkanya. Kendala saat ini untuk produksi air baku ialah pengolahan. Kurang banyak. Atau kurang besar. Untuk seluruh samarinda. Saat ini ada 14 IPA di Samarinda. Dalam proses pembangunan ada tiga IPA baru. Sehingga, total nanti ada 18 IPA. (mic/eny/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: