Kinerja Ekspor Produk Pertanian dan Nonpertanian Menurun

Kinerja Ekspor Produk Pertanian dan Nonpertanian Menurun

Balikpapan, Disway Kaltim.com – Kinerja ekspor produk pertanian dan nonpertanian yang terdata di Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan mengalami penurunan cukup tajam. Selama periode Januari-Mei 2020, kinerja produk andalan Kalimantan Timur terkoreksi sebesar 11,7 persen. Kondisi tersebut tak lain disebabkan pandemi COVID-19.

Kepala Karantina Pertanian Balikpapan, Abdul Rahman mengatakan penurunan ekspor terjadi karena adanya penutupan pelabuhan di negara tujuan ekspor. “Kapal tidak boleh masuk negara tujuan seperti Tiongkok, Jepang, Philipina, Vietnam, karena wabah corona,” katanya, Senin (1/6).

Karantina Pertanian Balikpapan mencatat nilai ekspor pada Januari – Mei 2019 sebesar  Rp 1.721.384.512.865. Sedangkan tahun 2020 di periode yang sama sebesar Rp 1.519.860.391.281. “Komoditi masih didominasi oleh kelapa sawit dan turunannya. Sementara bubuk rempah, kopi instan dan pasak bumi volumenya masih kecil,” ujar Abdul Rahman. “Kami masih optimistis dengan target yang sudah ditetapkan. Saat ini sudah mulai ada lonjakan atau kenaikan dari komoditi yang diekspor.”

Abdul Rahman mengatakan komoditi yang diupayakan ekspor dalam jumlah besar adalah pisang, porang, kelor, lada, kakao dan sabut kelapa. Meski begitu, tak sedikit pula sejumlah komoditi yang menghilang dari daftar ekspor. Daun sawit atau jamur kering misalnya. Juga kayu chips akasia dan kayu pallet yang rajin diekspor tahun lalu, kini tak terlihat lagi dalam daftar komoditas yang diekspor.

Tahun ini realisasi ekspor Kalimantan Timur direncanakan sebesar Rp12 triliun. Untuk memenuhi target tersebut, Pemrintah Provinsi Kalimantan Timur telah membuka pelayaran langsung atau direct call dari Pelabuhan Peti Kemas Kariangau. Melalui kebijakan ini, para eksportir dapat melakukan pengiriman produk lebih cepat ke negara tujuan.

“Kami sangat optimistis target realisasi ekspor bidang pertanian akan tercapai,” kata Abdul Rahman.  Ia melihat geliat ekspor mulai terlihat pada bulan April dan Mei 2020. Baulan lalu misalnya, ekspor cangkang sawit asal Kalimantan Timur kembali berjalan. Tercatat 17,6 ribu ton cangkang sawit dengan nilai Rp 30 miliar berlayar ke Jepang.

Komoditas cangkang sawit itu adalah produk samping kelapa sawit yang bakal menjadi salah satu komoditas unggulan. Produk asal subsektor perkebunan ini diminati sejumlah negara. PT EBL sebagai eksportir cangkang sawit telah memenuhi persyaratan teknis negara tujuan.

“Untuk memastikan komoditas tersebut bebas dari hama, pihaknya memberi perlakuan berupa fumigasi atau metode pengendalian hama,” ungkap Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil.

Selain dalam bentuk cangkang menurutnya, produk turunan sawit lain yang menjadi unggulan ekspor lainnya adalah benih, RBD Palm Streain, RBD Palm Olein dan bungkil sawit.  Komoditas yang juga laris di pasar ekspor lainnya adalah jamur, jenitri, daun kelor dan rempah dalam bentuk bubuk.

Ali Jamil, menyebutkan telah mempersiapan peningkatan pelayanan perkarantinaan sejalan dengan kebijakan tatanan normal baru di masa pandemi.

Penerapan biosekuriti pada ruang layanan, penggunaan alat pelindung diri atau APD yang sesuai standar bagi petugas dan pemanfaatan digitalisasi layanan juga ditingkatkan.

“Layanan perkarantinaan tidak boleh berhenti juga tidak boleh lalai. Laksanakan penuh disiplin dan utamakan keselamatan baik petugas, pelaku usaha agribisnis dan masyarakat sekitar," pungkas Ali Jamil. (fey)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: