Ekspor Kerangka Sepeda Hingga ke California

Ekspor Kerangka Sepeda Hingga ke California

Dwi Prasojo memulai Borneo Track dari garasi rumahnya. (Ryan/Disway) -- Balikpapan, diswaykaltim - Borneo Track bisa jadi pelopor industri pembuatan kerangka sepeda. Dengan kualitas premium. Di Balikpapan. Peminatnya tidak hanya dari Jakarta dan Bali. Tapi sudah merambah Benua Amerika. Cukup sulit menemukan rumah produksi Borneo Track. Pasalnya garasi yang disulap jadi pabrik kerangka sepeda itu, hanya berukuran sekitar 2x2 meter. Lokasinya terselip di antara pemukiman warga Jalan Asoka, Gunung Sari Ilir, Balikpapan Tengah. Namun dari garasi itulah, lahir buah tangan Dwi Prasojo, owner Borneo Track. Berupa kerangka sepeda khusus road bike, fixed gear, cyclo-cross dan sepeda MTB dengan desain custom. "Paling jauh kami kirim tiga unit ke California," ujar Dwi, saat ditemui, Ahad (10/5). Kostumisasi itu yang membuat produknya berbeda. Dari kerangka yang biasa diproduksi perusahaan. "Ukurannya presisi. Bisa menyesuaikan tinggi badan," ujarnya. Tiap satu set kerangka sepeda dihargai Rp 6,8 juta. Dibuat dari alumunium alloy super. Dengan kode 6066. Jenis metal ini banyak dijumpai di Indonesia. Kerangka berbahan terbaik dari aluminium alloy berkode 7005. Diekspor dari Italia. Biasanya pesanan seperti ini dihargai Rp 10 juta per unit. "Perbedaannya dari berat kerangka. Yang dari Italia lebih ringan, tapi lebih kuat," ujarnya. Bisnisnya dirintis sejak 2013. Namun serius digeluti sejak 2015. Diawali dari kegemarannya bersepeda. Kemudian coba-coba membuat kerangka. Dwi lulusan STM. Berbekal ilmu mesin produksi itu, Dwi memberanikan diri membuat sepeda impiannya. Ia memanfaatkan media sosial untuk promosi. Dwi mengaku, bisa memproduksi tiga kerangka sepeda dalam sebulan. Sedangkan proses pemesan sampai jadi, memerlukan waktu tiga bulan. Perlu sebulan menunggu pengiriman bahan baku. Dari Italia. Dan kelengkapan lainnya dari Tiongkok. Sebulan pengerjaan. Dan sebulan pengiriman sampai ke tempat tujuan. Saat ini, ia mengantongi untung puluhan juta rupiah per bulan. Sampai saat ini, ia hanya dibantu sepupunya, Heru. Dwi mengaku produksinya terkesan sedikit per tahun. Karena pengerjaan setiap kerangka membutuhkan presisi tinggi. Selain itu kesibukannya sebagai welder di salah satu perusahaan, membuat Borneo Track terkesan sebagai usaha sampingan. Dengan omset lumayan. "Ada keinginan untuk bisa memajukan Borneo Track. Tapi sementara saya pilih sambil bekerja sebagai karyawan," sebutnya. Sejak corona melanda, ia stop produksi. Karena sulit mengirim bahan baku. Meski sampai saat ini masih mengerjakan pesanan yang hampir selesai. "Kami pakai logo beruang. Sebab ingin mengenalkan produk ini dari Balikpapan," ungkapnya. (ryn/hdd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: