Waisak Rasa Daring, Pesan Romo Hendri Suwito

Waisak Rasa Daring, Pesan Romo Hendri Suwito

Samarinda, DiswayKaltim.com- Hari Raya Waisak tahun ini dilakukan secara berbeda. Tidak lagi di kelenteng atau Buddhist Center. Melainkan di rumah. Altar Buddha pun sepi. Ini berawal dari imbauan yang disampaikan Pandita Romo Buddhist Center Hendri Suwito. Ia meminta seluruh umat Buddha di Kalimantan Timur (Kaltim) untuk melaksanakan perayaan Hari Raya Waisak di rumah. Membantu upaya memutus mata rantai penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). “Sesuai dengan arahan dari Kementerian Agama (Kemenag), kegiatan Hari Raya Waisak 2564 Buddhist Era (BE) dilakukan di rumah saja,” ujar Hendri, Rabu (6/5) kemarin di Samarinda, Kaltim. Dalam hal ini, Hendri pun mengajak seluruh umat agar tetap mematuhi imbauan dari pemerintah untuk memutus mata rantai COVID-19. Imbauan itu bukan sekadar kata-kata. Dari pantauan Disway Kaltim, spanduk imbauan sudah terpasang di gerbang masuk. Kondisi Buddhist Center juga sepi. Tidak ada kendaraan ramai terpakir. Hanya ada dua orang sekuriti berjaga. Bahkan, lampion yang biasanya menghiasi malam Waisak juga tidak terpasang. Selain itu, altar pun nampak sepi. Biasanya altar sudah tersaji beragam buah-buahan. Kali ini tidak. Patung Budha tetap duduk tersenyum. Sendiri. Nah yang berbeda adalah ritual. Kalau hari biasa malam puncak diiringi dengan pembacaan doa di dalam altar. Lampu dimatikan. Kemudian setiap orang memegang satu buah lilin sebagai penerang. Setelah itu, ritual akhir, adalah mencuci patung Dewi Kwan Im. Semasa COVID-19 melanda, semua itu tidak bisa berjalan. Semua dilakukan secara virtual atau live streming. Romo Hendri menjelaskan, untuk ibadah Perayaan Hari Raya Waisak akan disiarkan secara langsung melalui digital (live streaming). Dan dapat disaksikan pula oleh umat Buddha melalui rumah. “Di channel youtube Permabudhi,” katanya. Disitu hanya tokoh rohaniawan saja yang melakukan ritual. Sementara lainnya mengikuti dari rumah secara daring. Hal itu juga merujuk arahan pemerintah. Agar Puja Bakti Waisak dilaksanakan di rumah masing-masing. Puja Bakti di tiap vihara dan kelenteng hanya diwakili tokoh rohaniawan Buddha saja. Kemudian, secara nasional sesuai jadwal yang ditentukan, umat Buddha bisa mengikuti puja bakti detik-detik Waisak online via siaran TV dan media sosial (Medsos). Adapun tema Perayaan Hari Raya Waisak 2564 BE kali ini, yakni umat Buddha di Kaltim juga bisa mempraktikkan darma.  “Justru di saat seperti ini kasih itu secara nyata bisa dilalukan, seperti membantu saudara-saudara kita yang sedang mengalami kesulitan tanpa adanya diskriminasi. Saling membantu dan gotong royong, karena itu kekuatan dan yang dimiliki oleh bangsa kita,” tuturnya. Romo Hendri pun berharap dengan segala dukungan dan gotong-royong yang terus dilakukan, akan ada harapan terang bagi bangsa Indonesia. “Mudah-mudahan seperti itu harapan kita semua”. Untuk di Samarinda, umat Buddha Kota Tepian dalam menyambut Waisak mengadakan bakti sosial donor darah yang diselenggarakan Kamis (7/5) kemarin. (nad/boy) Pesan Waisak 2564 BE/2020 : Oleh: Romo Hendri Suwito Ketika kelahiran Sidharta Gautama di taman Lumbini, Dewa-Dewi bersukacita, Manusia berbahagia, hewan-hewan riang gembira, tumbuhan dan bunga mekar harum semerbak. Seisi alam bergembira menyambut kelahiran-Mu. Siddharta Gautama adalah Manusia Buddha yang Maha Sempurna dalam kebajikan, sehingga memancarkan cahaya terang, keajaiban dan kemukjizatan yang tiada duanya. Begitu lahir dari rahim Sang Ibu yang bernana Maha Maya Dewi, bayi kecik Sidhartha sudah langsung menginjakkan kaki menyentuh bumi. Lalu berjalan 7 langkah di atas kuntum bunga teratai dan berujar: "Diantara langit dan bumi, Akulah yang paling mulia". "Aku" disini adalah "Aku" Sejati, "Aku" Nurani yang melampaui semua keduniawian. Inilah pesan Waisak bahwa asal mulanya kita semua adalah suci murni yang memiliki hati nurani yang cemerlang. Oleh dikarenakan dosa kesalahan, kebodohan bathin dan kurangnya kearifan, maka kesucian dan kemurnian nurani menjadi ternoda. Waisak mengingatkan kita untuk sadar kembali, berpaling ke hati nurani dalam setiap pikiran, ucapan dan perilaku. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: