Jangan Lupa DBD, Angka Kematiannya Melebihi COVID-19 di Kaltim
Ramai-ramai bahas COVID-19, lupa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti itu ternyata angka kematiannya cukup tinggi. Pada periode Januari hingga Mei ini, angka kematiannya melebihi wabah corona. ------------- MERUJUK pada data Dinas Kesehatan (Diskes) Kalimantan Timur (Kaltim), angka kesakitan karena DBD jumlahnya sudah ribuan. Periode Januari hingga April. Kepala Bidang (Kabid) pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim Setyo Budi Basuki menyebutkan, tahun ini pada periode yang sama, angka kesakitan karena DBD memang terjadi penurunan. Namun, tetap menyisakan kasus kematian. Tercatat per Januari hingga April 2020, angka kesakitan di Kaltim mencapai 1.249 orang. Dari jumlah tersebut, 10 di antaranya meninggal dunia. Sementara angka kesakitan pada 2019 lalu jumlahnya bisa mencapai 3.959 kasus. Jumlah kematiannya sebanyak 26 orang. Sementara itu, kasus virus corona yang masuk di Kaltim Februari 2020. Hingga saat ini, 5 Mei, sudah 168 orang yang dinyatakan positif. Tapi baru dua yang dinyatakan meninggal dunia. Keduanya berada di Balikpapan. Sebenarnya terdapat kategori pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal. 19 kasus. Delapan kasus di antaranya di Balikpapan. Namun Diskes Kaltim belum mengkategorikan sebagai pasien COVID-19. Karena belum terbukti secara uji lab bahwa pasien PDP tersebut positif. Hanya indikasi dan riwayat pasien mengarah ke kasus COVID-19. Baik COVID-19 maupun DBD adalah penyakit yang disebabkan virus. Gejala dini seseorang yang terinfeksi DBD dan Virus Corona terbilang hampir mirip. Yaitu ditandai dengan naiknya suhu tubuh. Orang yang terinfeksi akan mengalami demam. Bedanya. Demam berdarah, demamnya tiga hari tidak turun. Biasanya hari ketiga sampai hari kelima, pasien merasa lebih baik. Padahal, kondisi itu masuk masa kritis. Sementara COVID-19, selain demam, pasien juga disertai kelelahan, nyeri punggung, otot, dan batuk kering. Menurut Kepala Bidang (Kabid) pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim Setyo Budi Basuki, kedua penyakit ini tidak bisa disamakan. Kalau DBD hanya bisa ditularkan melalui nyamuk. Sementara, kalau COVID-19 vektornya manusia. Berdasarkan data, penyebaran DBD tertinggi ada di Balikpapan. Sama seperti penyebaran virus corona. Angka bebas jentik di Balikpapan sebesar 60 persen. Harusnya bebas jentiknya itu di atas 80 persen. “Karena jentiknya masih banyak, jadi kemungkinan menjangkiti masyarakat, ya besar sekali. Karena, masih banyak nyamuk yang masih berkeliaran,” kata Setyo Budi Basuki, saat dihubungi Disway Kaltim, Senin (4/5). Memang daerah kota sangat berpotensi terjadi penyebaran penyakit demam berdarah. Nyamuk DBD berbeda dengan nyamuk malaria. Kalau nyamuk malaria suka hidup di semak-semak. Daerah hutan. Atau tempat jorok lainnya. Tapi nyamuk Aedes, kriterianya lebih suka tempat yang bersih dan jarang terjamah tangan manusia. Nyamuk jenis ini, juga tidak bisa hidup di tempat yang kotor. Ataupun langsung di tanah. Penanganan kedua penyakit ini jauh berbeda. Penderita DBD tidak perlu penanganan khusus. Tidak perlu tempat isolasi. Berbeda dengan pasien yang mengidap virus corona. Karena pola penularannya bisa manusia ke manusia. “Tapi bukan berarti tidak kami perhatikan. Cuman kita melihat cara penyebarannya,” terangnya. Walaupun jumlah kematian DBD lebih besar ketimbang COVID-19. Tapi, penyebaran virus corona tergolong lebih mudah ketimbang DBD. Untuk itu, virus baru ini harus mendapat perhatian khusus. Selain itu, penyembuhan virus ini tergolong lama. Memerlukan waktu minimal 28 hari untuk pasien penderita COVID-19 agar bisa sembuh. Pasien positif juga harus dirawat secara eksklusif. Satu ruangan digunakan hanya satu orang. Tidak bisa digabung dengan pasien lain. Sementara, ruang isolasi rumah sakit itu sangat terbatas. “Karena itu penanganan virus ini memang sangat ekstra. Karena sangat gampang sekali penyebarannya. Dengan sekejap, bisa tertular. Karena, dari manusia ke manusia,” jelasnya. Tim medis yang menangani pun berbeda. COVID-19 ditangani oleh dokter spesialis paru. Karena, virus ini menyerang pernapasan. “Jadi tim medis pun bisa fokus menangani masing-masing virus ini”. Ia berpesan kepada masyarakat, selagi melakukan aktivitas dari rumah, sebaiknya melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan membersihkan lingkungan rumah yang memungkinkan jentik nyamuk demam berdarah berkembang biak. 615 KASUS DI BALIKPAPAN Sementara itu, Dinas Kesehatan (Diskes) Balikpapan mencatat terdapat 219 kasus baru DBD. Terhitung dari Februari hingga Mei 2020. Jadi, total kasus dari Januari mencapai 615 kasus. Kepala Diskes Balikpapan Andi Sri Juliarty menyoroti lonjakan angka itu. Mereka yang terdata itu berada di rumah sakit dan puskesmas. Padahal awal Februari angka kesakitan karena DBD baru 396 kasus. Dengan empat kasus meninggal dunia. Kasus kematian itu relatif kecil. Ketimbang tahun lalu pada periode yang sama. Yakni 12 kematian. Dokter Dio—sapaan akrabnya, menjelaskan mayoritas yang meninggal tersebut disebabkan terlambat mendapat perawatan medis. Menurutnya, rata-rata korban jiwa tidak menyadari gejala awal. Yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh. Batuk dan pilek. Tanda-tanda itu mirip tipes dan COVID-19. Biasanya, gejala DBD disertai bintik merah. Di sekitar siku. Dan bagian tertentu lainnya. “Belakangan ada laporan yang menyebut gejala DBD tanpa bintik merah,” ungkapnya. Dia mengingatkan warga yang mengalami gejala. Supaya segera memeriksakan diri ke puskesmas. Atau rumah sakit. Khususnya anak-anak usia 4-15 tahun. Dinilai lebih rentan terjangkit. Dengan situasi saat ini, dia memastikan petugas medis bisa membedakan gejala DBD dengan penyakit lain. Menurutnya, deteksi awal sangat penting dilakukan. Nantinya, para petugas medis akan mengarahkan pasien mengikuti tes laboratorium. “Ada alat screening NS1,” imbuhnya. Dia berharap, masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan. Meski saat ini kemarau, namun tidak menutup kemungkinan ada penyebaran jentik. Pada tempat-tempat penampungan air. (mic/ryn/dah) ------- GRAFIS ---------- Perkembangan Kasus DBD Tahun 2020 Jumlah Kasus : 1.309 Meninggal : 10 Data Per Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Januari Februari Maret April Samarinda 116 56 29 14 Balikpapan 138 106 86 9 Penajam Paser Utara 26 38 12 2 Paser 8 25 13 2 Kutai Kartanegara 83 83 23 7 Kutai Barat 40 20 20 2 Mahulu 1 1 2 2 Bontang 31 29 25 10 Kutai Timur 31 40 27 6 Berau 46 58 36 6 TOTAL 520 456 273 60
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: