Nilai Ekspor Kaltim Naik, Masih Didominasi Pertambangan

Nilai Ekspor Kaltim Naik, Masih Didominasi Pertambangan

Ekspor sektor pertambangan masih mendominasi sebesar 75,67 persen. (Andi M Hafizh/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Nilai ekspor Kaltim pada Maret 2020 mencapai USD 1,31 miliar. Mengalami kenaikan sebesar 4,89 persen dibanding ekspor Februari 2020. Sementara bila dibanding Maret 2019 mengalami penurunan sebesar 13,17 persen. “Ekspor Kaltim 2020 ini, mengalami kenaikan pada barang non migas. Sementara untuk ekspor barang migas mengalami penurunan,” jelas Kepala BPS Kaltim, Anggoro Dwithjahyono, Selasa (5/5). Tercatat, nilai ekspor barang non migas mencapai USD 1,18 miliar. Naik 9,27 persen secara month to month. Sementara ekspor barang migas senilai USD 136,20 juta. Turun 22,11 persen dibanding Februari 2020. Sedangkan jika dilihat secara tahunan, dibandingkan dengan ekspor Maret 2019, nilai ekspor Maret 2020 mengalami penurunan 13,07 persen. Dimana ekspor migas turun dari USD 244,28 juta pada Maret 2019. Menjadi USD 136,20 juta pada Maret 2020. Sedangkan ekspor non migas turun dari USD 1,27 miliar menjadi USD 1,18 miliar pada bulan yang sama secara year on year. Grafik perkembangan ekspor selama dua tahun terakhir, posisi ekspor Kaltim pada awal tahun, Januari-Maret 2020, umumnya berada di bawah nilai ekspor tahun 2018 dan 2019. “Walaupun tren ekspornya dari Januari ke Maret 2020 naik. Tapi kenaikannya masih melandai,” tambahnya. Sementara itu, jika dilihat dari sektornya, ekspor pertambangan masih mendominasi sebesar 75,67 persen. Sedangkan sektor industri memiliki kontribusi ekspor sebesar 13,89 persen. Dan pertanian dengan kontribusi terkecil 0,07 persen. Ekspor ketiga sektor ini yang tergabung dalam ekspor non migas, menyumbang sebesar 89,63 persen dari total keseluruhan ekspor kaltim. Sementara ekspor migas berkontribusi sebesar 10,37 persen. Negara mitra dagang ekspor Kaltim pada Maret 2020 sebagian besar berada di kawasan Asia. Dengan tujuan ekspor migas, di antaranya Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, dan Tiongkok. Sedangkan ekspor non migas masih didominasi Tiongkok, India, Jepang, Bangladesh, dan Filipina. “Dengan kondisi ekspor Kaltim sampai bulan Maret 2020, secara nasional kita berada di tiga besar provinsi pengekspor dengan kontribusi sebesar 9,22 persen. Setelah Jawa Barat dan Jawa Timur,” ujar Anggoro. Sedangkan nilai impor Kaltim Maret 2020 mencapai USD 301,12 juta. Mengalami kenaikan sebesar 37,26 persen dibandingkan dengan impor Februari 2020. Sementara bila dibanding Maret 2019 mengalami kenaikan sebesar 29,40 persen. Impor barang migas Maret 2020 mencapai USD 222,92 juta. Naik sebesar 69,76 persen dibanding Februari 2020. Sementara impor barang non migas Maret 2020 mencapai USD 78,21 juta, turun sebesar 11,20 persen dibanding Februari 2020. Anggoro pun menyebut, nilai impor Kaltim pada Maret 2020 telah melampaui nilai impor pada 2019. Secara struktur, sumbangan impor migas mencapai 74,03 persen dari keseluruhan impor Kaltim. Terdiri dari impor minyak mentah sebesar 65,43 persen  dan hasil minyak 8,60 persen. Sementara impor industri sebesar 25,95 persen dan tambang 0,02 persen. Negara asal impor barang migas Kaltim sebagian besar berasal dari Nigeria, Malaysia, Algeria, Korea Selatan, dan Singapore. Sementara impor barang non migas berasal dari Inggris, Tiongkok, Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura. Dengan kondisi ekspor dan impor tersebut menghasilkan neraca perdagangan Kaltim pada Maret 2020 surplus sebesar USD 1,01 miliar. Mengalami penurunan jika dibandingkan dengan neraca perdagangan pada Februari 2020 yang surplus sebesar USD 1,03 miliar. Surplus berasal dari sektor non migas sebesar USD 1,099 miliar. Sementara sektor migas mengalami defisit sebesar USD 86,72 juta. Sedangkan secara kumulatif, neraca perdagangan Kaltim periode Januari – Maret 2020 surplus sebesar USD 3,07 miliar. Surplus non migas mencapai USD 3,66 miliar dan surplus migas sebesar USD 333,02 juta. Terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim Dayang Donna Faroek turut menaruh perhatian pada potensi ekspor produk industri Kaltim. Menurutnya, ekspor sektor ini harus terus ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan pada sektor pertambangan. Ia pun menyebut, pihaknya bersama para pengusaha di Kaltim terus berupaya meningkatkan produktivitas kerja industri untuk menghasilkan produk yang berorientasi pada ekspor. "Kita ada pelatihan -pelatihan usaha berorientasi ekspor. Kerjasama dengan Bank Indonesia, Deskranasda, dan Dinas Perindustrian," pungkasnya. Selain itu, Kadin juga melakukan kursus singkat administrasi ekspor bersama asosiasi eksportir. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: