Pulang Ragu Tak Pulang Rindu

Pulang Ragu Tak Pulang Rindu

SAYA menghubungi teman di Tanggerang Selatan. Via WhatsApp. Cita namanya. Tapi bukan Cita Citata yang artis itu. Saya ingin menanyakan tentang mudik Lebaran untuk tahun ini. Di tengah wabah COVID-19 yang penyebarannya begitu masif di beberapa daerah di Tanah Air. Pemerintah sebatas masih memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tidak mudik. Sebagai salah satu langkah mengerem penyebaran virus. Hanya ASN, anggota Polri dan TNI yang sudah dilarang mudik saat itu. "Sepertinya tidak jadi pulkam pak. Tapi tiketku masih belum ku refund sih. Masih berharap keajaiban," katanya, waktu itu. Teman saya ini memang rutin pulang ke Balikpapan setiap Lebaran. Karena asalnya memang dari sini. Orang tuanya juga masih disini. Kawan-kawan nya pun banyak disini. Termasuk saya. Kebetulan suaminya kerja di Jakarta, mau tak mau dia pun ikut boyongan dan kini menetap di Pondok Aren, Tanggerang Selatan. "Suami sih sudah ada telepon ke maskapai. Tanya-tanya soal tiket nya. Pihak maskapai juga nyaranin nunggu saja dulu. Kalau memang tidak bisa juga berangkat, mereka bisa pindah tanggal atau refund. Tapi kalau refund ada potongan 25 persen," katanya lagi dengan menyertakan emot monyet menutup mata. Itu dulu. Saat masih imbauan. Tapi kini ia mesti berlapang dada. Untuk tidak mudik dulu tahun ini. Untuk siap dipotong 25% dari refund tiket. Karena Presiden Joko Widodo telah memutuskan melarang mudik. Untuk semua kalangan. Bukan lagi untuk ASN, Polri dan TNI saja. Pelarangan ini diumumkan Presiden pada Selasa, 21 April lalu. Dalam Ratas dengan Kementrian di Istana Presiden. Dan kebijakan ini berlaku mulai hari ini, 24 April. Tujuannya agar yang datang tidak menyebarkan virus. Atau sebaliknya. Ada yang menilai keputusan presiden ini terlambat. Mengingat beberapa hari terakhir cukup banyak yang sudah balik ke kampung halaman. Tapi ada juga yang menilai keputusan ini tepat. Karena sebelum memasuki Bulan Ramadan. Entahlah. Mana yang benar. Yang pasti ada yang kecewa tidak bisa Lebaran di kampung halaman. Ada juga yang bisa menerima dan maklum dengan kondisi yang terjadi. Tradisi mudik memang sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Dan menjadi ciri khas Lebaran di Indonesia. Jarang bisa ditemui di negara-negara lain. Walaupun mayoritas penduduknya juga beragama Islam. Tradisi ini katanya dimulai sekitar tahun 70-an. Saat Jakarta mulai mengalami perkembangan pesat. Ketika semua tersentral di sana. Membuat Jakarta melesat menjadi kota modern. Membuat Jakarta menjadi impian anak daerah untuk mengubah nasib. Mencari pekerjaan. Nah, bagi mereka yang sudah bekerja, biasanya  mendapat libur panjang ketika Lebaran saja. Momen inilah yang dimanfaatkan untuk pulang ke kampung halaman. Bersilaturahmi dengan keluarga, kerabat dan tetangga. Mudik juga menjadi momentum liburan dan berwisata setelah selama satu tahun sibuk dengan rutinitas pekerjaan. Hal ini terus berlanjut dan semakin berakar ketika mulai diterapkannya otonomi daerah pada tahun 2.000. Maka semakin banyak orang ingin mencari peruntungan alias mengubah nasib dengan pergi dari kampung halaman. Sama halnya seperti di Jakarta, mereka yang bekerja di luar daerah, hanya bisa pulang ke kampung halaman saat libur Lebaran. Membuat tradisi ini semakin meluas. Menjadi sebuah fenomena dan seolah menjadi sebuah keharusan. Hanya tahun ini dipastikan tradisi ini akan hilang seiring dengan kebijakan yang telah diputuskan pemerintah. Kalaupun nekat akan berhadapan dengan aturan pemerintah. Yang pasti Lebaran tahun ini kita tidak akan lagi melihat info seputar arus mudik. Yang biasanya ramai di televisi sejak H-7 Lebaran. Bagi mereka yang rutin pulang ke kampung halaman saat Lebaran,  tiba-tiba tidak melakukannya, pasti akan terasa lain. Kecewa dan sedih itu pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Itulah kondisinya. Tinggal bagaimana menyikapinya. Agar tidak terlalu larut dalam kesedihan. Apalagi perkembangan teknologi saat ini sangat mendukung. Khususnya agar silaturahmi di bulan penuh berkah tetap terjaga. Dengan video call misalnya. Atau kirim foto via medos. Atau bahkan sekadar pesan singkat. Memang beda dengan bertemu langsung. Tapi paling tidak bisa sebagai pengobat rindu. Agar hari kemenangan bersama keluarga tetap terasa syahdu. Meskipun jauh di mata, tapi dekat di hati. Seperti pantun berikut ini; Barcelona klub top Eropa. Real Madrid dan Atletico Madrid rival sekota. Di hari Lebaran tak dapat berjumpa. Untaian maaf ku sampaikan lewat kata. (*/Disway Kaltim Marketing Division)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: