Jati Diri Warga Balikpapan

Jati Diri Warga Balikpapan

Siapa sebenarnya warga Balikpapan? Mereka begitu kuat menahan gempuran pandemi. Sambil berjuang mencari makan. Sudah sekitar tiga pekan lamanya. Sistem pengetatan sosial diberlakukan. Selama itu pula, terjadi perubahan mendasar; semua orang jadi perhatian pada kesehatan. Semua orang pakai masker. Bahkan jadi terbiasa bekerja dari rumah. Itu hanya pengamatan saya yang amatiran. Bahkan tidak menghasilkan jawaban, siapa sebenarnya warga Balikpapan? Mungkin lebih mudah menjawab ini kalau saya berhasil menemui kepala Disdukcapil Balikpapan. Tapi setelah dipikir, data jumlah penduduk tidak akan menjelaskan. Mengapa dan seberapa kuat, serta seberapa lama warga Balikpapan dapat menahan gempuran pandemi. Kebetulan, saya dapat penugasan menemui Plt Disnaker Balikpapan Arbain Side. Untuk menanyakan sistem work from home (WFH) dan kalau ada sanksi, bentuknya seperti apa. Karena tak punya nomor telepon beliau, saya putuskan untuk mengunjungi Kabid Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Disnaker Balikpapan. Ibu Niswaty, yang berkantor di lantai empat, Gedung Disnaker Balikpapan. Ruang perkantoran itu lengang. Bukan karena pegawainya sedang WFH. Tapi memang ruangannya besar. Ada meja untuk empat karyawan. Satu ruangan kepala bidang. Serta ruang-ruang kecil lainnya. Untuk mediasi perselisihan. Antara karyawan dan perusahaan. Ruang perkantoran itu adem. Suasananya tenang. Mungkin kebetulan. Atau memang didesain khusus. Sehingga kalaupun ada perselisihan, masalah pekerjaan di ruang tersebut tidak sampai jambak-jambakan. Tambah adem, karena dari jendela kacanya, terlihat pemandangan indah kapal-kapal lalu lalang. Di Teluk Balikpapan. Tak terhalang gedung tinggi. Karena Gedung Sea View, yang rencananya dibangun dekat situ, masih mangkrak. Belum sempat bertemu beliau, saya diarahkan menemui bawahannya. Kasi Pencegahan dan Penyelesaian Hubungan Industrial Disnaker Balikpapan. Biasa disapa Mas Hidayah. Dari beliau ini, saya dapat informasi. Bahwa disnaker sedang mendata sekitar 6 ribu pekerja yang dirumahkan. Ada ratusan pekerja yang di-PHK. Data ini tercatat per 20 April. Mas Hidayah menganalogikan masalah ini. Seperti bola salju. Artinya, akan bertambah terus. Selama pengetatan sosial masih dilakukan. "Datanya masih belum fix," ujar Hidayah. Data itu masih terus mengalir. Masuk melalui email perusahaan-perusahaan yang saat ini terseok-seok. Sehingga harus merumahkan karyawan. Demi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Data yang lain juga masuk. Dari link pendataan para pekerja yang disiapkan khusus disnaker. Supaya nanti bisa dapat bantuan. Dari program prakerja yang diinisiasi pemerintah pusat. Karena angkanya terus meningkat, sejumlah permasalahan mulai mencuat. Misalnya tumpang tindih data. Ada karyawan yang sudah didata perusahaan. Namun si karyawan tetap memasukkan datanya. Melalui link disnaker. Ada juga pekerja informal. Seperti pegawai UMKM. Ikut mendata dirinya. Padahal pendataan ini khusus untuk pekerja formal. Seperti perusahaan perbankan, perhotelan, atau ritel sekelas Ramayana atau Hero. Selain masalah angka yang terus membengkak, laporan perselisihan mulai timbul. Per 1 April, setidaknya sudah ada enam pencatatan perselisihan. Karena penasaran, saya mencoba membuka kertas-kertas laporan itu. Untuk melihat perselisihan seperti apa dan dari perusahaan mana saja. Namun dengan sigap Mas Hidayah memenutupi dengan tangannya yang besar. "Jangan dong, Bro," lirihnya. Saya paham sekali. Kalau itu dianggap aib bagi perusahaan. Sama seperti nama para warga yang dinyatakan terpapar COVID-19. Tidak akan disebut-sebut. Namun kita perlu memahami. Penyebab semua masalah ini bukan dikarenakan tindakan mereka lakukan menuai aib. Tapi murni karena bencana. Dari data itu, akhirnya terkuak siapa jati diri warga Balikpapan yang sebenarnya. Yakni terdiri dari para buruh, para pekerja keras yang terus bergerak. Seiring majunya perindustrian dan pembangunan Balikpapan. Meski saat ini dibatasi pengetatan sosial. Meski dirumahkan. Bahkan meski di-PHK. Dengan mental bajanya. Masih mampu dan mau mengisi pendataan itu. Supaya kelak bisa segera bekerja lagi. Inilah alasan kenapa Balikpapan masih bertahan. Pemkot juga tidak tinggal diam. Mereka siap menyalurkan bantuan. Setidaknya ada sekitar Rp 70 miliar. Digelontorkan untuk 30 persen jumlah KK. Yakni sekitar 70 ribu KK, yang akan mendapat bantuan tersebut. Termasuk buat mereka yang dirumahkan dan di-PHK. Juga buat pekerja berpenghasilan tidak tetap. Sekarang bantuan itu tinggal menunggu proses pendataan. Melalui ketua-ketua RT. Makanya, hari ini saya berencana silaturahmi ke rumah Pak Sutejo. Ketua RT 24, Baru Ulu, Balikpapan Barat. Semoga beliau masih ingat saya. (*) *Penulis adalah jurnalis Disway Kaltim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: