Permintaan Sayuran Hidroponik Tinggi, Tak Butuh Modal Besar, Lebih Cepat Panen

Permintaan Sayuran Hidroponik Tinggi, Tak Butuh Modal Besar, Lebih Cepat Panen

Sabarudin saat memanen sayur hidroponik di kebunnya. Warga Desa Purwajaya Dusun Bangun Sari, Kecamatan Loa Janan, Kukar ini merintis bisnis tanaman hidroponik sejak 2018. (Dian Adi/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Bisnis tanaman hidroponik bisa menjadi salah satu peluang usaha yang menarik. Terutama, untuk jenis tanaman sayur dan buah. Prospek bisnis ini, cukup cemerlang. Karena permintaan akan sayur dan buah hidroponik cukup tinggi. Terutama di kota-kota besar seperti Samarinda dan Balikpapan. Hal itu sudah dirasakan oleh Sabarudin. Warga Desa Purwajaya Dusun Bangun Sari, Kecamatan Loa Janan Kutai Kertanegara (Kukar). Ia yang sebelumnya karyawan perusahaan pertambangan, kini beralih menjadi petani hidroponik. "Saya mulai bisnis ini sejak akhir 2018. Dan prospeknya memang bagus. Walaupun sekarang ya agak menurun karena COVID-19," katanya, Rabu (8/4). Sabarudin bisa menjual 250 pak sayur hidroponik per hari. Dengan harga jual Rp 6 ribu per pak. Terdiri dari selada, sawi, kangkung dan bayam. Dan didistribusikan ke supermarket seperti Hypermart, Food Mart, dan Lotte. Serta ke rumah-rumah makan dan UMKM di bidang kuliner. "Kalau seperti selada, permintaan banyak dari restoran grill (daging panggang, red) dan penjual kebab," ujarnya. Bahkan dulu, Sabarudin juga sempat memasok hingga Balikpapan. Namun karena permintaan di Samarinda cukup tinggi. Ia fokus memenuhi kebutuhan di Samarinda. Walau pun, ia mengaku, satu minggu terakhir, bisnisnya slow down. Permintaan menurun terdampak COVID-19. Namun Sabarudin tak kehabisan akal. Ia beralih menjual produknya secara online. Melalu media sosial Facebook dan Instagram.  Mengoptimalkan pemesan dari rumah ke rumah. Ia bekerjasama dengan 15 petani lain yang tergabung dalam Kelompok Tani Idzajaya untuk memasarkan produk secara online. "Saya dorong anggota untuk menjual secara online. Ya lumayan, masih bisa jalan. Ini slow down karena corona saja kok. Ke depan, bisa ramai lagi," ujar Ketua Kelompok Tani Idzajaya ini, optimistis. Ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk mengonsumsi sayuran hidroponik. Karena lebih sehat, higienis dan bebas pestisida. Sabarudin pun menjelaskan, sebagai peluang bisnis, tanaman hidroponik cukup menjanjikan. Karena tidak perlu lahan yang luas dan modal besar. Cukup menyiapkan media tanam dari botol-botol bekas. Yang penting bisa menampung air. "Paling banter harus menyiapkan pipa. Pipa kan enggak mahal juga. Relatif saja," sambungnya. Setelah itu, kata dia, baru mencari target pasar dan mengatur skala produksi. Keunggulan lain, tanaman sayuran hidroponik adalah kualitas tanaman yang lebih cepat panen dan tidak rentan akan  penyakit. Dari masa tanam hingga ke waktu panen hanya membutuhkan 20 hari untuk sayur jenis kangkung dan bayam. Sedangkan untuk selada membutuhkan waktu sekitar 40 hari. "Selisih kira-kira lima hari lebih cepat dengan ditanam secara konvensional," sebutnya. Sabarudin awalnya memulai usahanya hanya sekadar coba-coba. Dan belajar secara mandiri. Berkat ketekunannya, kini ia sudah memiliki 7 meja media tanam dengan kapasitas 400 lubang untuk ditanami sayuran hidroponik. Per hari ia bisa menghasilkan 70 kilogram sayuran. Dengan pendapatan Rp 4 juta per bulan. Bahkan saat Ramadan, permintaan akan sayuran hidroponik bisa meningkat hingga 400 pak per hari. "Nah, tidak tahu untuk Ramadan tahun ini bagaimana, karena masih COVID-19 ini," keluhnya. Sabarudin pun berencana akan mengurus sertifikasi usaha. Mulai dari label laik sehat dari Dinas Kesehatan. Serta uji klinis bebas pestisida. "Kan percuma kita sosialisasikan ini sehat tanpa pestisida, tapi tidak ada uji klinisnya," pungkasnya. Supermarket Serap Sayur Lokal  Beberapa supermarket di Samarinda menyuplai kebutuhan sayur dan buah dari petani lokal. Salah satunya di Hypermart Big Mall Samarinda. Hal itu disampaikan Yus Tiardi, supervisor Hypermart Big Mall. Ia mengatakan, khusus untuk sayuran daun, pasokan diambil dari pemasok lokal. "Untuk sayur tertentu yang tidak ada di Samarinda saja. Seperti brokoli, jamur kita ambil dari Malang," kata Yus, Rabu (8/4). Ia pun menyebut, secara harga dan kualitas, produk petani lokal bisa bersaing. Bahkan kualitas sayur lokal, kata dia, lebih bagus dan segar. Hypermart Big Mall biasanya memasok 30 hingga 50 pcs sayur per varian dari para pemasok. Sementara buah-buahan diorder 3 kali sepekan. Yus menyebut, pihaknya bekerja sama dengan 4 pemasok di Samarinda. Walau pun di tengah pandemik COVID-19 ini ia menurunkan pasokan komoditas sayur. Orderan tidak lagi dilakukan setiap hari. Namun hanya 3 kali sepekan dengan jumlah order 10 pcs per varian sayur. Di antaranya ada selada keriting, sawi sendok, kangkung, bayak, dan seledri. Hal ini terjadi, karena traffic kunjungan yang menurun. Dampak dari penutupan Big Mall sejak 25 Maret lalu. Jam operasi Hypermart pun dibatasi. Mulai pukul 12 siang hingga pukul 8 malam. Ini berlaku sampai 15 April mendatang. Terpisah, pemasok komoditas pertanian Samarinda Sansukarna menyebut, peluang pemasaran produk pertanian lokal memiliki prospek yang menguntungkan. Karena saat ini, usaha retail di Samarinda dan Balikpapan menerima pasokan sayur dan buah dari petani lokal. Ia sendiri sudah memiliki kontrak dengan 7 usaha retail di Samarinda dan Balikpapan. Di antaranya Hypermart Big Mall, Hypermart Plaza Mulia, Food Mart dan Lotte Mart di Samarinda. Sementara di Balikpapan ada di Hypermart BSB, Hypermart BC, dan Food Mart Penta City. "Awalnya saya menawarkan saja ke buyer di sana. Alhamdulillah, responsnya baik," kata Sansukarna, Rabu (8/4). Ada pun komoditas pertanian yang ia suplai adalah buah-buahan seperti pepaya california dan semangka. Juga sayur-sayuran hidroponik. Ia pun sudah bermitra dengan kurang lebih 35 petani lokal Samarinda. Untuk memasarkan produk pertanian mereka. "Ya, Alhamdulillah produk petani lokal bisa terserap," sebutnya. Sansukarna sudah 2 tahun menjadi suplier produk petani lokal. Ia pun mengaku tujuannya hanya untuk membantu petani agar bisa memasarkan produknya. Dalam keadaan pandemik COVID-19 seperti sekarang, penjualan memang menurun. Namun salah satu supermarket, yakni Lotte Mart malah meningkatkan pasokannya. Setiap hari, Lotte meminta pasokan 30 hingga 50 pak per varian sayur. Padahal sebelumnya, pasokan sayur dilakukan tiga kali sepekan. "Di Lotte memang laku lebih cepat. Mungkin kesadaran untuk pola hidup sehat jadi lebih tinggi," sebut Sansukarna. Untuk menjaga kepercayaan pelanggan, Sansukarna pun berusaha menjaga kualitas produk. Sebelum dikirim ke pembeli, biasanya ia menyortir sayur dan buah yang layak jual. Tidak boleh ada cacat fisik dan daun yang layu. Ia pun memberikan harga yang kompetitif dengan para petani. Biasanya ia mengambil keuntungan 25 persen dari harga jual ke buyer. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: