Bukan Bucin Kaleng-Kaleng

Bukan Bucin Kaleng-Kaleng

Duduy baru selesai membersihkan motor kesayangannya. Saat itu jam di ponselnya menunjukkan pukul 15.00 Wita. Hari minggu ini bisa jadi hari spesial buat Duduy. Eli perempuan cantik nan jelita di kampusnya mengajak jalan-jalan sore di alun-alun kota. Sambil nongkrong. Tapi sayangnya bukan hanya Duduy. Iwan, kawan kampusnya juga diajak. Iwan pun menantang Duduy. Barangsiapa yang sampai di rumah Eli duluan, dialah yang berhak membonceng Eli ke alun-alun. Pergi-pulang (PP). Eli menyetujui. Sebagai lelaki sejati, Duduy tidak boleh menghindar. Apalagi menyangkut cinta dan perasaan. Setengah jam berlalu. Duduy siap berangkat dengan motor BMW (bebek merah warnanya) miliknya. Helm, sarung tangan, jaket, dan sepatu sudah dipakai. Surat-surat berkendara SIM dan STNK sudah disiapkan sejak pagi. Persiapan yang benar-benar matang. Usai memohon doa restu kedua orangtua, Duduy segera menarik gas motor. "Bismillah," ucap Duduy  dengan penuh semangat. Bebek merahnya pun mulai mengaspal. Di tempat lain, Iwan siap berangkat. Tak ada persiapan spesial yang dilakukannya. Yang ada di pikirannya membawa uang banyak buat mentraktir Eli di alun-alun. Iwan menggeber motor sport-nya. Tak pakai helm dan sarung tangan. Hanya menggunakan jaket. Trendi. Rambutnya yang basah terlihat keren saat tertiup angin. Di tengah perjalanan, Duduy dan Iwan dikagetkan dengan pemeriksaan kendaraan oleh polisi alias razia. Sudah pasti Iwan kena. Selain tak menggunakan helm, Iwan juga lupa membawa STNK. "Selamat sore. Mohon maaf mengganggu perjalanan Anda. Bisa lihat surat-surat Anda?" tanya polantas yang menghentikan kendaraan Iwan. Ia pun menyerahkan SIM miliknya. "Mohon maaf pak. Anda melanggar lalu lintas karena tidak menggunakan helm dan tidak membawa STNK. Terpaksa Anda kami tilang," tegas polantas. Iwan kaget dan panik. Namun tak menyerah begitu saja. "Damai saja pak," bisik Iwan ke polantas tadi. Si polantas yang dibisikin Iwan tetap diam sambil berjalan menuju meja pembuatan surat tilang. Iwan bergegas turun dari motor. "Ayolah pak. Damai saja," bisik Iwan sambil berjalan di samping polantas. Duduy yang juga ikut diperiksa mencoba bersikap tenang. Apalagi semua aturan dan syarat berlalu lintas sudah dipenuhi. Sekitar 2 menit diperiksa, Duduy dipersilakan melanjutkan perjalanan. Tinggal Iwan yang masih berusaha keras merayu. Bernegosiasi. Namun sayang. Si polisi tetap tidak mau diajak damai. "Kita kan tidak lagi bertengkar, Pak. Indonesia juga sudah damai kok, Pak," ucapnya tersenyum seraya menyerahkan SIM Iwan ke meja tilang. "Silakan ditunggu, Pak," ucapnya lagi sambil bergegas pergi. "Hancur deh. Jadi telat jemput Eli," ketus Iwan dalam hati. Sementara itu Duduy telah sampai di depan rumah Eli. Senyum lebar terlihat dari wajah Duduy. Tak tampak motor Iwan. Eli menyambut dengan senyum manis. "Selamat datang Duduy," sambut Eli. "Ayo kita berangkat," ajak Eli sambil segera duduk di belakang Duduy. Yang empunya motor masih diam. Seperti tak percaya bisa membonceng perempuan cantik di kampusnya. Yang selama ini selalu hadir di mimpi-mimpinya. Yah begitulah. Tuhan memang selalu memberikan kejutan buat pejuang cinta. Bener tidak? (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: