Konveksi Lokal Mulai Produksi APD, Penuhi Kebutuhan Rumah Sakit

Konveksi Lokal Mulai Produksi APD, Penuhi Kebutuhan Rumah Sakit

Salah seorang pekerja sedang menjahit baju hazmat. Untuk meyelesaikan satu baju dibutuhkan waktu 45 menit. (Dian Adi/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) menjadi kebutuhan utama dalam menghadapi wabah pandemik COVID-19. Terutama bagi para tenaga medis. Sayangnya, ketersediaan akan APD ini masih sangat terbatas. Menyadari kebutuhan itu, produsen lokal Samarinda, Muharram Konveksi memproduksi kebutuhan APD. Berupa baju Hazardous Material (Hazmat) dan masker. "Sudah satu minggu ini kami produksi, berdasarkan permintaan dari rumah sakit," ujar Muhammad Nur, Founder Muharram Konveksi, Rabu (1/4). Disway Kaltim, bersama jajaran Dinas Perindustrian Kota Samarinda, berkesempatan melihat langsung proses produksi di pabrik Muharram Konveksi. Jalan Rapak Mahang Kelurahan Sungai Kapih, Sambutan. Di pabrik berukuran 18 x 16 meter persegi ini, Muharram Konveksi mampu memproduksi kurang lebih 16 hazmat dan seribu masker per hari. Didukung dengan 40 mesin jahit dan 30 karyawan. Nur menyebut, sesuai dengan kebutuhan saat ini, idealnya, ia harus memproduksi minimal 40 baju hazmat per hari. "Kita terbatas di mesin. Mesin overlock untuk memproduksi hazmat cuma dua," keluhnya. Setiap produksi satu lembar baju hazmat, memerlukan waktu 45 menit. Bisa dikerjakan dengan satu orang menggunakan mesin jahit overlock. Sekali produksi langsung jahit sekaligus obras. Nur pun menegaskan, ia memproduksi APD tidak berorientasi pada keuntungan. Melainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan pakaian medis di Samarinda. "Semangat kami, hanya kerja kemanusiaan. Kalau capek, iya. Tapi kondisi sekarang menuntut untuk bekerja lebih," sebutnya lirih. Awalnya, Muharram Konveksi bukan pabrik yang bergerak di bidang pakaian medis. Hanya usaha eksisting yang mendiversifikasi produk. Namun Nur memastikan, ia mengikuti standardisasi kesehatan yang berlaku. "Bahan baju hazmat kita menggunakan kain spunbond gramasi 75 gram ori. Sesuai standar kesehatan," tegasnya. Baju hazmat ini hanya bisa digunakan sekali pakai. Yang tersedia dalam dua model. Yakni model sambung dan model pisah antara baju dan celana. Harga jual produk baju hazmat ini senilai Rp 225 ribu per lembar. Sementara untuk masker, usaha konveksi yang telah berdiri sejak tiga tahun lalu ini, memproduksi dua jenis. Masker sekali pakai dan masker kain. Dengan harga mulai dari Rp 3.500 hingga Rp 5 ribu per pcs. Masker ini didistribusikan ke rumah sakit rujukan, apotek, dan beberapa pedagang. "Kalau untuk pedagang saya batasi pembeliannya. Maksimal 6 lusin per dua hari sekali. Karena takutnya mereka menimbun, dan menjual dengan harga tinggi," terang Nur. Untuk kendala produksi, Nur mengaku kesulitan bahan baku dan keterbatasan mesin. Karena bahan baku masih didatangkan dari luar Kalimantan. Selama ini, bahan baku kain spunbond dikirim dari Surabaya dengan kapasitas 20 rol dalam sekali pengiriman. Sementara mesin, setidaknya ia membutuhkan tiga buah mesin overlock tambahan untuk mengejar target produksi 40 lembar per hari. Karena keterbatasan alat dan bahan tersebut, Nur berharap kepada para pemesan untuk setidaknya memberikan uang muka. Ini dilakukan untuk membantu proses produksi. "Jujur, kalau pakai sistem ada barang ada uang. Kami gak sanggup. Kami pakai sistem trust aja. Harus bayar dulu di awal," tegasnya. Nur pun berharap, dalam hal ini pemerintah dapat mendukung dari segi bahan baku dan ketersediaan alat. Nur pun menyebut, ia menargetkan untuk memproduksi 2 ribu pcs baju hazmat. Yang akan didistribusikan ke seluruh rumah sakit dan puskesmas di Samarinda. Selain itu, baju hazmat produksinya juga akan disalurkan ke Balikpapan dan Mahakam Ulu. Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian Kota Samarinda Muhammad Faisal mengapresiasi produk APD dari produsen lokal ini. "Alhamdullilah, ada usaha konveksi di Samarinda yang sudah fokus membantu produksi baju hazmat dan masker yang mulai langka," sebut Faisal.   Ia pun berharap, langkah ini bisa ditiru para pengusaha konveksi di Samarinda. Untuk mendisversifikasi usahanya memproduksi APD. "Karena butuh sekali di kondisi saat ini. Yang penting sesuai dengan standardisasi," pungkasnya. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: