Ekspor Jalan Terus, Sebagian Jadwal Diubah, Otoritas Sterilisasi Komoditas 

Ekspor Jalan Terus, Sebagian Jadwal Diubah, Otoritas Sterilisasi Komoditas 

Meski mengalami pengurangan dan perubahan jadwal, namun ekspor komoditas tetap berjalan. SOP ketat memang sedang dijalankan otoritas pelabuhan sejak mewabahnya COVID-10. Itu dilakukan demi menghindari penyebaran virus melalui orang dan barang. (Hafizh/Disway Kaltim) Balikpapan, DiswayKaltim.com – Aktivitas ekspor di Kalimantan Timur yang melalui Kota Balikpapan masih tetap berjalan di tengah ancaman wabah COVID-19. Namun pengetatan pemeriksaan yang dilakukan otoritas pelabuhan menyebabkan pengiriman terpangkas. Hal itu karena ada waktu tambagan untuk pemeriksaan barang serta anak buah kapal (ABK) demi memastikan keamanan. Sekretaris Dinas Perdagangan Balikpapan Philipus Rimpa mengatakan, dalam kondisi normal pengiriman barang ekspor rata-rata sebanyak lima perjalanan dalam sebulan. “Sejak sebulan yang lalu, tinggal tiga trip (perjalanan) saja,” katanya, Minggu (29/3). Pengurangan jadwal itu, kata Rimpa, akibat pengetatan yang dilakukan otoritas demi menjamin keamanan barang.  “Butuh waktu yang panjang untuk proses pemeriksaan. Sterilisasi,” jelas dia. Rimpa mengatakan, ekspor yang masih berlangsung saat ini untuk memenuhi kontrak yang sudah berjalan. Dengan demikian pelaksanaan ekspor tidak ada yang mengalami pembatalan dan disesuaikan dengan kontrak dan komoditas yang diekspor. “Beberapa (komoditas) reschedule (jadwal ulang) sampai kondisinya membaik,” imbuh dia. Dinas Perdagangan Balikpapan mencatat nilai ekspor non migas pada Januari 2020 sebesar USD 269 juta lebih. Jumlah itu turun apabila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak USD 314 juta lebih. Sementara komoditas yang diekspor juga berkurang. Pada Januari 2020 hanya batu bara, plywood, kernel dan palm oil. Sedangkan Januari 2019, selain komoditas itu, terdapat ikan segar dan akasia woodchip. “Ikan segar tetap ada ekspor untuk memenuhi kontrak.” Komoditas ekspor melalui Balikpapan hanya bertambah pada tahun lalu, yakni pengiriman pisang ke Malaysia. Sebagai tambahan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan stimulus kedua dalam upaya mendorong kinerja ekonomi domestik. Selain stimulus fiskal, pemerintah juga memberikan empat jenis stimulus non fiskal. Stimulus non fiskal bertujuan memberikan dorongan terhadap kegiatan ekspor impor yang terganggu akibat wabah virus corona. Stimulus non fiskal pertama berupa penyederhanaan dan pengurangan jumlah larangan dan pembatasan (lartas) aktivitas ekspor yang tujuannya meningkatkan daya saing. Dalam hal ini, dokumen health certificate serta v-legal tidak lagi menjadi dukumen persyaratan ekspor, kecuali diperlukan eksportir. Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) angka ekspor pada Januari 2020. Nilai ekspor pada Januari 2020 mencapai USD 13,41 miliar atau mengalami penurunan 3,71 persen Nilai ekspor yang mengalami penurunan secara tahunan adalah pertambangan, yakni 19,15 persen menjadi USD 1,79 miliar. Sementara pertanian dan pengolahan masih mengalami kenaikan masing-masing 4,54 persen dan 3,16 persen. Nilai ekspor Indonesia Januari 2020 mencapai USD 13,41 miliar atau menurun 7,16 persen dibanding ekspor Desember 2019. Demikian juga dibanding Januari 2019 menurun 3,71 persen. Ekspor non migas Januari 2020 mencapai USD 12,61 miliar, turun 5,33 persen dibanding Desember 2019. Sementara itu dibanding ekspor non migas Januari 2019, turun 0,69 persen. Penurunan terbesar ekspor non migas Januari 2020 terhadap Desember 2019 terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar USD 703,2 juta (34,08 persen). Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada logam mulia dan perhiasan/permata sebesar USD 219,0 juta (57,84 persen). Menurut sektor, ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari 2020 naik 3,16 persen dibanding bulan yang sama 2019. Demikian juga ekspor hasil pertanian naik 4,54 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 19,15 persen. Ekspor non migas Januari 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu USD 2,10 miliar, disusul Amerika Serikat USD 1,62 miliar dan Jepang USD 1,12 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 38,41 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD 1,18 miliar. Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari 2020 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 2,34 miliar (17,47 persen), diikuti Jawa Timur USD 1,58 miliar (11,76 persen) dan Kalimantan Timur US$1,26 miliar (9,38 persen). (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: