Mengurangi Risiko saat Wabah Corona

Mengurangi Risiko saat Wabah Corona

OLEH: KHEYENE MOLEKANDELLA* Corona atau wabah COVID-19 di Indonesia telah menyebar di berbagai kota besar. Salah satunya Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Tak ingin lamban menanggapi isu ini, Indonesia segera melakukan berbagai upaya untuk menghentikan penyebaran virus ini. Wabah COVID-19 telah ditetapkan pemerintah sebagai bencana non alam. Seluruh aktivitas manusia nyaris lumpuh. Semua lapisan masyarakat diimbau untuk bekerja sama menghentikan virus ini: berdiam diri di rumah dan meminimalisasi kegiatan di luar rumah. Aspek komunikasi bencana dapat menjadi sebuah ‘sinyal’ yang memudahkan transfer informasi terkait bencana kepada masyarakat dengan beragam media. Frank Dance mengatakan, hal yang paling sering terjadi dalam bencana adalah ketidakpastian informasi. Dalam kondisi bencana, kepastian informasi sangat berharga. Karena informasi adalah ‘harta’ dan rujukan awal bagi masyarakat untuk bersikap. Hal ini harus didukung dengan kematangan informasi dari pembuat pesan. Beberapa kota juga telah membentuk media center COVID-19. Bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat. Sebagai upaya menangkal hoaks yang bertebaran dan dianggap membingungkan masyarakat. Sehingga media center berfungsi sebagai wadah yang efektif untuk menyaring hoaks. Mengutip penjelasan Haddow dalam bukunya yang berjudul Disaster Communications In a Changing Media World menjelaskan, ada lima poin penting dalam berkomunikasi secara efektif pada saat bencana:  customer focus. Memahami informasi apa saja yang dibutuhkan masyarakat saat bencana; leadership commitment. Komitmen dalam berkomunikasi secara berkelanjutan oleh pemerintah di level atas sebagai roda penggerak informasi; situasional awerness. Kesadaran dalam mencari dan menganalisa informasi untuk dikonsumsi; media partnership. Pemerintah bekerja sama dengan media dalam penyampaian informasi. Selarasnya komunikasi dari atas ke bawah ditambah lagi keterlibatan media dan masyarakat adalah kunci keberhasilan komunikasi bencana. Komunikasi bencana juga bertujuan mengurangi risiko terjadinya bencana, meminimalisasi korban dan dampak negatif lainnya. Komunikasi bencana meliputi banyak aspek selain informasi berisi koordinasi dari pemerintah ke masyarakat. Aspek koordinasi adalah sebuah cara mengolaborasi semua elemen masyarakat untuk terlibat aktif hingga bencana selesai. Pesan yang disampaikan saat koordinasi harus seragam dan cepat. Sehingga semua lokasi yang terdampak bencana dapat bergerak serentak. Media dalam wabah COVID-19 telah membantu pemerintah memberikan sosialisasi serta terus mengedukasi masyarakat melalui iklan-iklan dan pemberitaan yang sifatnya mengimbau sesering mungkin untuk terus menjaga kebersihan. Salah satunya mencuci tangan dan penggunaan masker. Kelangkaan hand sanitizer akhirnya direspons banyak informasi cara pembuatannya. Tentu saja ini sangat membantu masyarakat yang berhadapan dengan kelangkaan barang-barang tersebut. Berkomunikasi dengan elemen masyarakat termasuk media, menjadi bukti kuat seragamnya pesan yang turun dari atas ke bawah. Sehingga ketika pesan tersebut tersampaikan dengan baik, maka dapat menyelamatkan banyak nyawa dan mengurangi risiko bencana. Pasalnya dalam bencana, sering terjadi ketidakpastian informasi. Karena itu, banyak masyarakat yang bingung. Akhirnya salah bersikap. Hal ini juga bisa disebabkan karena banyaknya pemberitaan hoaks tentang COVID-19. Komunikasi bencana tidak saja berbicara saat bencana terjadi. Tetapi saat pra hingga pasca bencana. Termasuk komponen komunikasi bencana. Hanya saja, kini Indonesia tidak dalam tahap pasca bencana. Kita sedang menghadapi bencana. Harapan terbesar kita adalah kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Harus berkelanjutan. Tidak boleh terputus. Terutama media menjadi faktor pendukung yang kuat untuk menentukan keberhasilan dari komunikasi bencana. Media dapat mengurangi kecemasan masyarakat terhadap wabah COVID-19 serta memberikan kepastian informasi bagi kita. Informasi yang salah justru dapat memperburuk dan memperkeruh situasi. Sehingga bukan sebatas berharap pada media saja, masyarakat juga harus pandai menyeleksi informasi yang hendak dikonsumsi. Komunikasi bencana biasanya dipersiapkan pada lokasi atau kota yang secara geografis rawan bencana. Bencana tersebut bisa saja seperti gunung meletus, banjir, kebakaran hutan dan lain sebagainya. Hingga wabah COVID-19 berlalu, pemerintah memiliki tugas menjalankan komunikasi pasca bencana. Bertujuan memulihkan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat. Demi kestabilan Indonesia. Semoga COVID-19 segera berlalu. Mari sama-sama menyampaikan informasi yang baik dan bermanfaat untuk membantu pemerintah mengurangi risiko bencana. (*Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Mulawarman Samarinda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: