Tak Cukup dengan Senyum Lebar

Tak Cukup dengan Senyum Lebar

Jumlah kendaraan yang lalu lalang di Balikpapan saat ini sangat banyak. Tidak mengherankan. Karena hampir dalam satu keluarga paling sedikit memiliki dua kendaraan bermotor. Dengan banyaknya kendaraan bermotor, tentu risiko kecelakaan semakin tinggi. Karena itu setiap pengendara perlu kehati-hatian saat di jalan raya. Namun terkadang yang terjadi dan sering terjadi, kita berhati-hati orang lain pula yang tidak. Saya pernah mengalami langsung. Kejadiannya bahkan bukan di jalan raya. Tapi masih di dalam gang tempat saya tinggal. Bayangkan. Masih di gang. Saat itu waktu menunjukkan pukul 08.30 Wita. Saya mulai berangkat kerja. Menggunakan kendaraan roda dua. Santuy sambil menikmati pagi. Menyapa para tetangga yang sedang melakukan aktivitas pagi. Mulai dari menjemur pakaian, bersiap pergi kantor, hingga yang sekadar menikmati rokok sambil membayangkan (mungkin) yang indah-indah. Ketika sampai di ujung gang dan akan belok ke kiri, tiba-tiba......... ciiiiiiit. Suara saya keluar dari mulut. Berusaha membantu dua tuas rem (kebetulan motor matic)  yang ditarik bersamaan. Sepeda motor berhenti. Hanya beberapa sentimeter dari motor di depan. Yang sedang dikendarai seorang lelaki berumur. Sekira 50 tahun. Tanpa helm. Dengan posisi motor melawan arah. Tahu kesalahannya, ia pun tersenyum lebar. Selebar-lebarnya. Sampai kelihatan gigi geraham. Emosi yang tadinya sudah siap meledak, langsung hilang. Entah karena melihat senyum selebar itu. Atau karena memandang orang tua. Bisa juga karena sedang berlatih sabar. Seperti yang pernah diingatkan pimpinan di kantor, Allah SWT selalu bersama orang-orang yang sabar. Yang pasti emosi langsung menguap entah kemana. "Hati-hati pak. Jangan melawan arah lagi. Bahaya," ucap saya sambil berlalu. Lelaki itu hanya tersenyum. Tetap dengan senyum lebar. Yang (mungkin) menurutnya bisa menghilangkan emosi seseorang. Selesai. Lain waktu pernah juga saya melihat seorang anak muda. Pakai motor. Seperti pembalap MotoGP. Bekendaranya zigzag. Melewati beberapa kendaraan. Tapi tiba-tiba bruuuuk. Si pengendara motor tadi terjatuh. Menabrak sebuah mobil. Orang-orang berhenti. Berupaya membantu si pengendara motor. "Tenang-tenang. Anak motor jatuh. Biasa," teriak si pengendara motor. Berusaha menenangkan orang-orang yang ingin membantu. "Tenang-tenang pala lu peyang! Tuh, mobil ku penyok," bentak seorang bapak berkumis tebal yang rupanya pemilik mobil tersebut. Si pengendara motor hanya tersenyum. Cukup lebar. Sambil menahan sakit. "Pokoknya saya tidak mau tahu. Kamu ganti kerusakannya," tegas si bapak sambil menarik tangan si pengendara motor. Rupanya si bapak berkumis tidak mempan dikasih senyuman. Mungkin si bapak sudah terlanjur emosi. Sehingga tidak bisa sabar lagi. Yang pasti keselamatan di jalan bukan untuk kita sendiri. Tapi juga untuk keselamatan orang lain. Agar tidak ada yang dirugikan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: