The Eyes of Darkness: Ramalan Virus Corona sejak 1981 (6-FINAL); Selamat Datang Wuhan-400
Amerika hanya tak mau ketinggalan. Paman Sam hanya membuat tiruannya. Aslinya justru datang dari China. Wuhan-400. Dibuat khusus membasmi manusia. Senjata khusus membunuh peradaban. Dengan tingkat keberhasilan 100 persen. Chrisna Endrawijaya ST MM, Balikpapan CHRISTINA Evans dan Elliot Stryker kini sudah tahu. Di mana anaknya disekap. Di instalasi rahasia. Tepatnya dalam hutan di Bukit Sierra. Nevada. Di sana anak Tina, Danny, jadi kelinci percobaan. Hari-hari diinjeksi virus. Atau lebih tepatnya senjata biologis. Kini mereka menuju ke sana. (Baca ulasan sebelumnya di koran langganan Disway Kaltim edisi Sabtu 7 Maret 2020). CHAPTER 34-40 (FINAL) Ford Explorer digas. Masuk dalam hutan. Di Bukit Sierra. Makin lama pepohonan makin lebat. Penuh salju. Namun tak menyurutkan Tina dan Elliot. Berkali-kali mengabaikan plang. “DILARANG MASUK. MELAWAN HUKUM FEDERAL”. Sudah 5 mil. Tapi masih mencari-cari. Akhirnya menemukan jejak. Bekas lintasan mobil. Memutuskan mengikutinya. Sejauh 100 yard. Sampai bertemu pagar besi. Setinggi 9 kaki. Puncaknya runcing. Lengkap dialiri listrik. Buntu. Tak mungkin melewatinya. Tanpa dibuka dari kontrol dalam. Tapi Tina percaya. Yakin Danny membantu. Dengan kekuatan supranatural. Yang selama ini muncul. Elliot menghela napas. Diam. Di antara percaya dan tidak. Tiba-tiba pagar membuka. Mata Elliot membelalak. Ternyata benar. Keajaiban itu ada. Wujudnya Danny. Explorer kembali dipacu. Sampai menemui checkpoint. Gardu dengan palang masuk. Dikawal penjaga bersenjata. Elliot menyiapkan pistol. Kali ini pasti konflik. Si penjaga mengawasi Explorer. Tidak pernah melihatnya. Menahan tombol palang masuk. Mengangkat telepon. Mengontak kantor utama. Tina dan Elliot menahan napas. Ini dia. Pasti ketahuan. Namun ada yang aneh. Gagang telepon dibanting. Si penjaga frustasi. Jaringan telepon rusak. Pasti ini ulah Danny lagi. Kekuatan telekinesisnya terus membantu Tina dan Elliot. Tapi si penjaga maju. Mengangkat senapan semi otomatis. Lagi-lagi keanehan. Palang mendadak terangkat. Elliot langsung menginjak gas. Si penjaga kaget. Lantas mengangkat senapan mesinnya. Mencoba melepaskan selusin peluru. Elliot dan Tina menunduk. Tapi tak ada apapun terjadi. Senapan mesin itu macet. Antara lega lolos dari maut dan bingung, keduanya mengarah ke puncak gunung. Memburu atap instalasi yang sudah terlihat dari jauh. Mereka akhirnya sampai. Mustahil rasanya tidak ketahuan. CCTV sepanjang jalan. Namun suasana hening. Pasti Danny. Gumam Tina. Dia mengacaukan seluruh jaringan. Bahkan CCTV. Tina seperti tak mengenali Danny. Dia tak tahu anaknya punya kemampuan ini. Elliot dan Tina maju. Berhadapan pintu tanpa gagang. Tanpa lubang kunci. Di depannya ada kamera. Satu-satunya cara masuk, dibuka dari dalam. Lagi-lagi pintu membuka sendiri. Pasti Danny. Keduanya melangkah masuk. Ke gedung tanpa jendela. Di tengah hutan. Di Bukit Sierra. Masuk ke ruangan pertama. Seperti ruang security check. Banyak monitor CCTV. Yang gambarnya rusak. Jaringan masih terganggu. Ada dua petugas. Yang lebih muda menoleh. Usai mendengar suara pintu. Kaget tiba-tiba diacungi pistol. Oleh Elliot. Tapi petugas muda ini heroik. Mengangkat revolver. Dan menekan pelatuk. Ajaib. Peluru tak keluar. “Senjatamu tak berguna,” kata Elliot. Lantas meminta keduanya tak bergerak. Sayang petugas ini bebal. Dilemparnya revolver. Elliot tunduk menghindar. Petugas tadi memburu Tina. Kali ini Elliot menyerang. Sebuah peluru menembus pundak si petugas. Membuat petugas yang lebih tua ikut menyerah. Lantas diikat. Sementara yang ditembak, dikunci di toilet. --- Kepala Biro Nevada George Alexander tak sabar. Dia sudah di helikopter. Bersama tangan kanannya, Kurt Hansen. Dan pilot Jack Morgan. Ketiganya menembus badai salju. Berusaha menyusul Elliot dan Tina. Baru 5 menit mereka meninggalkan Reno. Masih ada 25 menit yang harus dikejar. Untuk sampai ke instalasi rahasia. Di Bukit Sierra. Alexander bertekad. Elliot harus dibunuh. Sementara Tina, disiksa. Sampai membeber siapa saja pengkhianat yang membantunya. Membongkar Project Pandora. Dan lokasi rahasianya. Setelah ketahuan, semua harus dibinasakan. --- Ruang demi ruang di instalasi rahasia membingungkan. Serba putih. Mirip satu sama lain. Elliot dan Tina tak punya petunjuk. Ke arah mana mereka masuk. Salah-salah bisa bertemu petugas. Atau orang lain yang berbahaya. Mereka pasrah. Berharap Danny membantu. Benar saja. Lampu kelap-kelip. Disusul lampu-lampu setelahnya. Mengarah ke lift. Ini pasti petunjuk dari Danny. Mereka diberi arah. Keduanya lantas mengikuti. Masuk ke lift. Menuju bawah tanah. Lantai terdalam. 4 tingkat di bawah permukaan gedung. Untuk pakai lift itu, sebenarnya butuh ID khusus. Tiap lantai berbeda ID-nya. Tapi toh gara-gara Danny, langkah Elliot dan Tina mulus. Sampai di lantai terbawah, mereka keluar. Mendengar suara wanita dan pria. Ada yang berdiskusi. Ada pula yang bercengkrama. Tertawa. Dari beberapa ruang. Elliot dan Tina berjalan pelan-pelan. Berusaha tidak menimbulkan bunyi. Berusaha tidak ketahuan. Isyarat lampu muncul lagi. Redup terang. Bergiliran seperti mengarahkan. Elliot dan Tina lagi-lagi memutuskan percaya. Pada Danny. Dan kemampuan telekinesisnya. Yang akhirnya mengantarkan keduanya ke ruang rectangular. Ukuran 40 kaki kali 20. Pintu dibuka. Tampak monitor-monitor. Seperti mencatat organ tubuh. Grafis, tabel, dan angka. Di dalamnya ada dua orang. Pakai jas lab. Mereka adalah Dr Carlton Dombey dan Dr Aaron Zachariah. Dua peneliti. Yang mengurus Danny. Sebagai alat uji coba hari-hari. Dombey ahli biologi dan biochemistry. Sementara Zachariah, bakteriologi dan virologi. Dua orang yang tepat untuk mengembangkan senjata biologis. Hanya Dombey yang bersedia membantu. Zachariah menolak. Dan mengancam tindakan Elliot dan Tina, serta Dombey, akan berakibat hukum. Dicap pengkhianat negara. Bahkan dibunuh. Tapi Dombey bersedia. Dia sudah tak tahan. Dengan uji coba manusia. Yang dianggapnya melawan Tuhan. Sebelum membeber apa yang terjadi, dia mengantar Elliot dan Tina. Ke ruangan Danny. Agar segera dibebaskan. Ketiganya mengarah ke ruangan khusus. Seperti ruang operasi. Di meja rawat, tampak Danny. Kurus kering. Dengan berbagai kabel. Memonitor semua organ. Dombey menjelaskan sudah 7 minggu Danny hanya diberi cairan. Dibiarkan sekarat kelaparan. Ini karena penelitian nyaris selesai. Sampel-sampel Danny sudah diambil. Menjawab mengapa hanya Danny yang bisa selamat. Usai diinjeksi virus. Dombey mengatakan, tiap kali diinjeksi, tubuh Danny melawan. Dan mengalahkan virus itu. Inilah yang diteliti. Sebab tiap hari Danny bisa sembuh. Padahal virus itu ganas. Dan semua sudah mati karenanya. Termasuk 13 anak lain dan 2 pengawas pramuka yang satu bus dengan Danny. Hanya Danny yang hidup. Padahal sudah 14 kali diinjeksi. Elliot dan Tina bergidik. “Oh Tuhanku,” gumam Elliot berkali-kali. Dombey lantas melanjutkan. Instalasi di Bukit Sierra ini adalah tempat pengembangan senjata biologis. Juga senjata kimia. Dan eksperimen DNA. Total ada 40 penelitian. Serupa Danny. Seperti 40 project senjata pembunuh massal. Sekaligus di satu gedung. Di bawah tanah. Ini adalah persaingan perang dingin. Antara Amerika dan China. Diikuti negara-negara timur tengah. Amerika punya satu instalasi. Di Sierra ini. Sementara China punya 3. Rusia punya 1. Sementara Irak dan Libya fokus mengembangkan bio-chem. Sebagai senjata balas dendam. Ke Amerika. Kisah di Bukit Sierra ini bermula 20 bulan lalu. Saat itu peneliti dari China, Li Chen, datang ke Amerika. Membawa sebuah disket. Berisi hasil-hasil penelitian. Di China. Tentang pengembangan virus berbahaya. Senjata biologis terbaru. Bernama Wuhan-400. Nama diambil dari lokasi re-DNA dilakukan. Beberapa kilometer dari pinggiran Wuhan. Sebenarnya ada 399 virus selain ini. Yang berhasil dijadikan senjata biologis. Namun Wuhan-400 dianggap yang terbaik. China menganggap Wuhan-400 adalah senjata sempurna. Berupa virus dengan gejala awal mirip flu. Yang hanya bisa dibawa manusia. Dan hanya menyerang manusia. Seperti sipilis, Wuhan-400 tidak bisa hidup di luar tubuh manusia. Semenit langsung mati. Bila keluar inang. Sehingga tidak bisa menjadi wabah permanen. Tak seperti anthrax atau virus lain. Dan ketika manusia pengidap mati, virus ikut mati. Ketika suhu tubuh turun di bawah 86 derajat Fahrenheit. Artinya bila China menggunakan Wuhan-400. Mereka hanya perlu menunggu virusnya bekerja. Setelah semua manusia mati, mereka bisa langsung masuk. Menduduki wilayah itu. Tanpa harus melakukan karantina. Atau melumpuhkan penyebaran virus itu kembali. Semua mati. Termasuk virus. Senjata yang sempurna untuk ekspansi militer. Apalagi hanya butuh 4 jam. Untuk virus aktif. Setelah masuk ke tubuh manusia. Dan maksimal 24 jam, manusia itu pasti tewas. Dan rata-rata tewas di bawah 12 jam. Jauh lebih mematikan dari Ebola. Tingkat kematian Wuhan-400 mencapai 100 persen. China sudah membuktikannya. Lewat serangkaian tes. Pada puluhan ribu tahanan militer. Cara kerja virus ini sangat efektif. Langsung menyerang sel otak. Membuat tubuh tak bisa mengeluarkan antibodi. Yang kemudian berujung sesak napas. Hanya Danny-lah satu-satunya yang selamat. Sampai saat ini. Membuatnya jadi objek penelitian baru. Di Amerika. Danny dianggap jalan keluar. Menciptakan antivirus. Melawan Wuhan-400. Bila tiba saatnya China menggunakannya. Melawan Amerika. Dombey menerangkan, Danny sebenarnya korban tak disengaja. Ceritanya bermula ketika Biro Nevada mendapatkan data Li Chen. 20 bulan lalu. Dan langsung melakukan serangkaian uji coba. Di Bukit Sierra. Salah satu ilmuan, Larry Bollinger, bertindak ceroboh. Dia terinfeksi. Dan berusaha lari. Keluar dari gedung, dia dikejar. Nahasnya, Larry bertemu. Dengan rombongan 14 anak dan 2 pengawas pramuka. Yang saat itu camping. Di hutan daerah Bukit Sierra. Biro Nevada akhirnya menangkap semuanya. Termasuk Danny. Mereka yakin semuanya sudah tertular. Dan akhirnya diinjeksi sekalian. Dengan virus Wuhan-400. Untuk melihat dampak pada manusia. Seluruhnya tewas, kecuali Danny. --- Tina masuk ke ruangan khusus. Mendekati Danny. Dia coba menahan tangis. Sudah begitu lama tak bertemu. Dia tak mau tangis yang keluar. Dia harus menunjukkan bahagia. Menenangkan Danny. Bahwa ini sudah berakhir. Mata keduanya bertemu. Danny tersenyum. Senyum kecil. Sambil menahan sakit. Tina tak tahan. Dia menangis. Sambil memeluk sang anak. Dia mendesak Elliot untuk segera pergi. Dari neraka ini. Dombey setuju. Tapi meminta Elliot mengikatnya. Dan juga menyumpal mulutnya. Lantas dia meminta Elliot membuka sumpalan mulut Dr Zachariah. Agar ketika dilacak, dia bisa menyebut Dr Zachariah-lah yang membongkar semua. Pada Elliot dan Tina. Dombey memang marah. Tapi dia tak mau pergi. Di sinilah dia merasa hidup. Di neraka inilah dia merasa berfungsi. Elliot dan Tina setuju. Keduanya lantas bergegas. Keluar gedung. Tiba-tiba ada suara helikopter. Di atas, Alexander dan Kurt Hanssen berwajah puas. Keduanya siap-siap memberondong peluru. Mereka baru saja berhasil menembus badai salju. Dengan peluang selamat 50-50. Dengan teknik terbang dibawa angin. Ikut miring dan memutar. Tanpa menggunakan gas. Sangat sulit. Namun hasilnya jackpot. Mereka berhasil mengejar Tina dan Elliot. Tepat waktu. Sebelum keduanya meninggalkan Bukit Sierra. Tinggal 10 kaki lagi. Helikopter segera mendarat. Sementara Tina, Elliot dan Danny, tak mungkin bisa lari jauh. Salju begitu tebal. Apalagi Danny harus digendong. Namun inilah saatnya pembalasan. Danny bertindak. Wajahnya mengeras. Kerut di keningnya terlihat jelas. Dia berusaha mengeluarkan kekuatan telekinesis. Menghadapi nemesis terakhir. Tiba-tiba saja. Helikopter terangkat lagi. Sang pilot, Jack Morgan keheranan. Dia adalah pilot heli senior. Berkali-kali selamat dalam tugas sulit. Terutama terbang dalam kegelapan. Sukses besar melawan mafia di Kolombia. Hingga dijuluki si kelelawar. Namun kali ini dia tak berkutik. Kemudi tak berfungsi. Heli naik sampai 100 kaki. Dan terus naik. Kurt Hansen yang takut terbang, berteriak histeris. Jack Morgan tertawa. Bila ini adalah akhir, inilah kematian yang dia inginkan. Heli kemudian terhempas jatuh. Sangat cepat. Mata kosong Alexander menatap tanah. Dia menyukai kematian. Dan inilah kematian itu. Heli jatuh. Lantas meledak. Tina memekik. Sebenarnya tak setuju. Dengan aksi Danny yang terakhir. Baginya ini seperti pembunuhan. Dia tak bisa membayangkan. Akan jadi seperti apa Danny nantinya. TAMAT. Terima kasih sudah mengikuti ulasan Disway Kaltim atas novel: The Eyes of Darkness. Nantikan serial-serial lainnya di koran langganan kesayangan Anda ini. #Salam Disway. (che/habis) Baca edisi sebelumnya: The Eyes of Darkness: Ramalan Virus Corona sejak 1981 (4); Menutupi Senjata Biologis The Eyes of Darkness: Ramalan Virus Corona sejak 1981 (1); Fiksi yang Terbukti dan Kesedihan Seorang Ibu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: