SERTIFIKAT BEBAS CORONA
Masa karantina WNI dari Wuhan, Tiongkok, di Natuna, jadwalkan berakhir hari ini. Mereka akan mendapat pemeriksaan terakhir di Jakarta sebelum diserahkan ke pemerintah daerah masing-masing. Termasuk 14 mahasiswa asal Kalimantan Timur. Identitasnya sengaja masih dirahasiakan. SEJAK 2 Februari lalu sebanyak 238 warga negara Indonesia (WNI) dari Tiongkok yang dikarantina di Natuna akan dipulangkang, Sabtu (15/2) hari ini. Mereka telah menjalani masa inkubasi selama 14 hari. Direncanakan mereka akan dipulangkan ke daerah asal di hari yang sama. Atau sehari setelahnya, Minggu (16/2) besok. Plt Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Andi M Ishak masih terus melakukan koordinasi pemulangan 14 warga Kaltim yang ada di Natuna. Kementerian Kesehatan belum menginformasikan secara detail dan resmi terkait rencana teknis pemulangan itu. "Kami belum dapat jadwal. Kapan dan dimana. Pulangnya menggunakan apa," katanya saat dikonfirmasi Disway Kaltim, Kamis (13/2). Tapi informasi tak resmi yang diperolehnya dari berbagai sumber bahwa masa inkubasi akan selesai Sabtu (15/2). "Perkiraan waktunya sekitar itu". Karena tidak ada instruksi teknis tersebut, maka Pemprov Kaltim tidak mempersiapkan secara khusus kedatangan mereka yang mayoritas para mahasiswa itu. Ia meyakini, setelah menjalani proses karantina selama dua pekan, maka dianggap klir terbebas dari wabah COVID- 19. "Artinya ketika mereka sudah bisa pulang, maka sudah dinyatakan bebas dari virus corona," tegas Andi. Andi pun tak mendengar dari Kemenkes RI untuk melakukan persiapan khusus terkait penanganan WNI yang baru datang dari Tiongkok itu. Pemprov Kaltim menyerahkan seluruh proses pemulangan itu terhadap instansi terkait, yakni Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan pemkot/pemkab masing-masing WNI. Para WNI asal Kaltim itu, kata dia, hanya akan melewati pemeriksaan seperti biasa di pintu masuk. Baik lewat bandara atau pelabuhan. Yaitu, alat pemindai suhu tubuh atau thermal scanner. "Pasti melewati mekanisme standar yang ada. Kalau ada terindikasi dilihat di situ," ucapnya. Anehnya, hingga saat ini Pemprov Kaltim pun belum mengetahui identitas warga Kaltim di Natuna. Yang 14 orang itu. Sebelumnya, pernah diwartakan di berbagai media bahwa ada 15 orang. Ternyata satu orang di antaranya adalah warga Kalimantan Utara (Kaltara). Pemporv Kaltim menganggap minimnya informasi soal identitas tersebut untuk menghindari stigma di masyarakat. Setelah kepulangan mereka yang dikarantina itu ke daerah asal. Semata-mata menghindari terjadinya stigma bahwa mereka adalah pembawa virus. “Kami dibantu KKP untuk mencari data itu, tapi belum ada juga," terangnya. Kabar yang ditermianya selalu positif. Bahwa 14 warga Kaltim dalam kondisi sehat. Dan negatif terinfeksi COVID-19. ITu yang membuat Andi lega. Ia berharap masyarakat Kaltim agar tetap tenang. Tidak perlu khawatir dengan kepulangan 14 WNI dari Natuna. Gubernur Kaltim Isran Noor ketika dikonfirmasi Disway Kaltim 10 Februari lalu di Bandara SAMS Sepinggan, juga mengakui bahwa aksesnya dibatasi untuk ke Natuna. Padahal Ia berniat untuk mengunjungi warganya itu. Namun, Isran menganggap wajar saja lantaran merupakan standar operasional prosedur yang ditetapkan WHO. “Saya mau ke sana tapi dibatasi. Andai kata dibolehkan saya mau kunjungan ke sana,” ujarnya. **** Rina Karmila mulai lega. Anak pertamanya Marina Febri Chariah (19), selesai melalui masa karantina di Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Anak pertamanya itu merupakan seorang mahasiswi yang tengah menempuh kuliah di Hubei Minzu University, Kota Enshizhou. Berjarak sekitar 7 jam dari Kota Wuhan, Tiongkok. Daerah asal wabah COVID-19. Marina Febri Chariah adalah warga Balikpapan yang ikut dijemput pemerintah RI. Anak pertama dari pasangan Rina Karmila dan Umar Baki itu telah melalui masa karantina selama dua pekan. Itu adalah rentang waktu masa inkubasi COVID-19. Sehingga jika dalam masa waktu itu tidak ada tanda-tanda terjangkit virus, maka dinyatakan negatif. "Ia besok (Sabtu 15/2) kakak pulang. Cuma sampe sekarang belum ada kabar bagaimana mekanismenya. Saya sudah komunikasi sama Humas Pemprov," ujar Rina Karmila kepada Disway Kaltim, kemarin malam. Rina mengakui minimnya informasi yang diterima pihak keluarga dari pemerintah daerah. Informasi yang diterimanya, kepulangan para WNI yang menjalani karantina di Natuna diawali dengan keberangkatan dari Natuna ke Halim Perdana Kusuma. Dan setibanya di Halim seluruh WNI kembali akan mendapat pemeriksaan terakhir dari Kementerian Kesehatan RI. "Besok itu mulai jam 12 (waktu Natuna) mulai acara seremoninya. Sampe di Halim juga disambut oleh Menteri. Di sana juga mereka bakal mendapat surat keterangan kesehatan". Jika benar Sabtu Febri dipulangkan, ada kemungkinan akan terbang pada pukul 19.00 Wita dari Halim Perdana Kusuma. Tapi bisa juga menginap semalam di Jakarta. Baru Minggu balik ke Balikpapan. "Kalau dari jadwal penerbangan ada Batik Air jam 7 malam baru terbang dari Halim. Tapi bilang Humas Provinsi itu ada kemungkinan bermalam di Jakarta dulu, besoknya baru pulang," tambahnya. Febri Charia juga memberikan kabar dari Natuna. Menurut Febri kepada ibunya, jika jelang kepulangan seluruh WNI mendapatkan pemeriksaan berkala. Skalanya ditingkatkan lenih intens. Febri pun memastikan seluruh WNI dalam kondisi sehat semua. Mereka juga lebih tampak berbahagia karena akan pulang. "Biasanya sehari dua kali diperiksa, mau pulang jadi empat hingga lima kali pemeriksaan. Tapi mereka semua senang karena mau pulang," ujar Rina. Selama menjalani masa karantina itu, Febri juga disebut baik-baik saja. Dia lebih banyak olahraga, belajar, diskusi dengan temen-temen kuliahnya. “Makan, salat, ya seperti biasa saja mas". DINYATAKAN BEBAS COVID-19 Sementara itu, Kepala KKP Kelas II Samarinda, Sabilal Rasyad menyatakan masa karantina di Natuna berakhir pada pukul 12.00 WIB Sabtu (15/2). Setelah itu, akan dilakukan proses pemulangan yang dikoordinasi langsung oleh Kementerian PMK dan stakeholder terkait, termasuk Kementerian Kesehatan. "Ada acara seremonial pelepasan sedikit di sana (Natuna)," jelasnya, saat dikonfirmasi Kamis (13/2). Ia menjelaskan, pemulangan dari Natuna akan melalui Jakarta. Setelah itu baru mereka pulang ke daerah asalnya masing-masing. Dalam proses pemulangan itu, tak ada pengawalan khusus. Mereka akan pulang, seperti warga pada umumnya. Karena, mereka sudah dinyatakan bebas dari masa inkubasi virus Covid-19. Menurutnya, mereka yang pulang akan mendapatkan sertifikat. Surat keterangan bebas (corona) dan kartu kewaspadaan. Yang pada intinya menyatakan bahwa mereka bebas dari virus tersebut. Sehingga dapat pulang ke daerahnya. Selain itu, kartu tersebut menjadi pedoman, yang sewaktu-waktu digunakan untuk berobat, jika ada mengalami perubahan kondisi kesehatannya. "Siapa tahu (setelah pulang) mereka ada sakit dan sebagainya, silakan berobat. Sudah diantisipasi sedemikian rupa, dan semua mahasiswa sudah dikasih tahu semua tentang pencegahan dan lainnya," jelasnya. Ia memastikan, mereka yang pulang bebas virus corona. Karena sudah melewati pelbagai proses pemeriksaan pada saat karantina. " Insya Allah aman. Mudah-mudahan sampai hari Sabtu sehat semua tidak ada gejala yang mengarah ke corona". KKP Samarinda maupun Balikpapan pun tak melakukan persiapan khusus terhadap kepulangan mereka. Termasuk memantau kelanjutannya. Setelah mereka sampai di Kaltim. Karena itu domain dari pemda. Hanya pada saat kedatangan saja mereka tetap akan melewati prosedur. Di bandara maupun pelabuhan. "Tidak ada masalah. Biasa saja. Mereka sudah sama seperti kita ini, karena sudah diobservasi. Sudah dianggap terbebas," paparnya. Ia menjelaskan, meskipun tidak ada persiapan khusus, namun ada tim yang akan memantau mereka. Sayangnya ia mengaku sampai saat ini tidak memiliki data identitas warga Kaltim yang akan pulang dari Natuna. "Saya berasumsi mungkin tim khusus yang tahu. Mereka yang akan memantau. Mereka yang tahu nama dan alamatnya," jelasnya. Sementara itu, hingga Kamis (13/2), dari seluruh pintu masuk ke Kaltim, baik di bandara dan pelabuhan yang dipantau oleh KKP, tidak menemukan adanya kasus. Warga yang mengalami suhu panas tinggi atau gejala virus corona. "Tidak ada yang suspect satupun. Kalau ada otomatis kita rujuk langsung ke rumah sakit. Alhamdulillah kita berharap tidak ada. Kalau ada indikasi, ya perlu perhatian khusus. Sampai saat ini tidak ada, baik pintu masuk bandara atau pelabuhan," tandasnya. (*) Pewarta : Muslim Hidayat, Andrie Aprianto Editor : Devi Alamsyah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: