Menurut Gusdurian, Gus Sholah Lebih Diterima di Berbagai Kalangan
Pendiri dan Penggerak Gusdurian Kaltim Asman Azis. ============== Samarinda, DiswayKaltim.com- Meninggalnya Gus Sholah juga meninggalkan rasa kehilangan bagi para pemuda NU di Kalimantan Timur (Kaltim). Juga bagi anak muda Gusdurian. Kendati secara struktural bukan bagian dari organisasi Islam terbesar di Indonesia itu, namun mayoritas penggerak Gusdurian juga dari kalangan NU. “Satu kehilangan besar bagi kita. NU dan Gusdurian. Karena Gus Sholah salah satu tokoh yang dituakan di NU. Dan juga sebagai adik kandung Gus Dur yang melanjutkan estapet kepemimpinan di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang,” kata Pendiri dan Penggerak Gusdurian Kaltim Asman Azis. Kendati masa lalunya, semasa mendiang Gus Dur masih hidup. Gus Sholah kerap sekali berbeda pandangan tentang keislaman dan kebangsaan. Namun itu bukan berarti negatif. Justru sebaliknya. Bisa menjadi pembelajaran yang sangat baik bagi bangsa ini. “Meski saudara kandung, tapi punya gagasan dan pikiran yang berbeda,” kata Asman. Perbedaan pandangan tersebut, kata dia, membuat perspektif yang lebih luas bagi yang mengikuti pemikiran dua tokoh NU ini. Asman masih ingat pada 1998. Saat debat antara Gus Dur dan Gus Sholah terkait dengan wawasan kebangsaan, Islam dan Pancasila. Kemudian tentang nasionalisme dan Piagam Jakarta mewarnai perdebatan Gus Dur dan Gus Sholah. Bahkan ketika itu, Gus Dur mengangkat perdebatan tersebut ke media. Menurut penuturan Asman yang mengutip kata-kata Gus Dur saat itu, mengangkat berdebatan kedua ulama besar tersebut sebagai bagian dari upaya pembelajaran bagi publik. Terkait bagaimana menyikapi perbedaan pendapat. Terkait perbedaan pandangan antara keduanya. “Saya dengan Gus Sholah bisa diskusi di mana saja. Bisa di meja makan. Bisa di teras masjid. Kenapa harus di media? ini agar bisa diketahui oleh publik. Agar publik lebih memahami terkait dengan dasar negara kita. Yakni soal negara kita. Terkait Pancasila,” kata Gus Dur saat itu, yang disampaikan Asman kepada Disway Kaltim. Apa yang dipertontonkan keduanya, tambah Asman, yang harus menjadi pembelajaran bagi anak-anak muda NU dan anak-anak bangsa saat ini. Bahwa perdebatan yang sangat ideologis sekali pun bukan untuk saling menjauhkan. “Itu jadi pelajaran penting. Hubungan silaturahmi harus tetap berjalan,” katanya. Apa perbedaan mencolok dari Gus Dur dan Gus Sholah? Menurut Asman, Gus Dur berpandangan bahwa Islam itu komplementer terhadap Pancasila. Gus Dur menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Sementara Gus Sholah, berpandangan bahwa Islam sebagai ideologi alternatif. “Artinya jika bangsa meminta agar ideologi Islam sebagai asas bernegara, tidak masalah. Tapi intinya ada konsesus bersama,” jelasnya. Soal kedekatan, Gus Sholah dianggap lebih dekat dengan kalangan Islam modern, ketimbang Gus Dur. “Kami para pengikut gagasan Gus Dur, sangat kehilangan Gus Sholah. Tokoh NU yang juga kurang lebih abangnya. Yang juga lintas berbagai golongan. Sangat luwes bergaul. Bahkan di kelompok-kelomok Islam politik, Gus Sholah lebih diterima. Gus Sholah orang yang jauh lebih diterima dan lebih dekat. Kami yakin bisa mendapat tempat terbaik di sisi Alloh SWT,” imbuhnya. (dah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: